Universitas Siliwangi
sudah menjadi PTN menginjak tahun ke-2. Namun, masih ada kekurangan yang
dirasakan oleh mahasiswa baru terutama mahasiswa luar daerah Jawa Barat.
Sejalan dengan Universitas Siliwangi yang negeri, maka mahasiswanya tidak hanya
dari periangan timur dan sekitarnya. Kini, mahasiswa Universitas Siliwangi
berasal dari Medan, Padang, Lampung, Madura, Lamongan, Yogyakarta, Banjarmasin,
dan daerah lain di Indonesia. Satu faktor yang menjadi permasalahan adalah
faktor bahasa. Mahasiswa di Universitas Siliwangi terutama mahasiswa yang
berasal dari periangan timur mereka selalu menggunakan Bahasa Sunda. Mahasiswa
dari luar periangan timur terkadang serasa keberadaannya tidak dianggap.
Semisal contoh ketika bermain atau dikelas penggunaan bahasa persatuaan yaitu
bahasa Indonesia terkadang tidak digunakan dengan baik. Padahal ketika sudah
memasuki lingkungan kampus seharusnya wajib menggunakan bahasa Indonesia. Terutama
sekarang Universitas Siliwangi sudah
menjadi kampus negeri bukan swasta. Dapat kita artikan bahwa Universitas
Siliwangi sekarang adalah milik Indonesia bukan hanya milik periangan timur
saja. Tidak hanya penggunaan bahasa sunda yang menjadi masalah tetapi masih
banyak permasalahan yang seharusnya mejadi evaluasi. Berbagai opini tentang permasalahan di
Universitas Siliwangi ini bermunculan.
Heru Utama Putra
mahasiswa tingkat I dari Ilmu Politik-Universitas Siliwangi berpendapat “Seharusnya
penggunaan bahasa Indonesia digunakan ketika mahasiswa sudah memasuki
lingkungan kampus dan disediakan tempat untuk membuang kuntung rokok agar tidak
berserakan keberadaannya”.
Rina Lusiana mahasiswa
tingkat III dari Pendidikan Bahasa Inggris berpendapat “Untuk masalah bahasa
sebenarnya tidak menjadi masalah. Namun, permasalahan yang saya rasakan adalah
ketika harus membayar parkiran. Padahal ketika saya harus kuliah sehari 3 kali
dan ketika bolak balik untuk bayar parkir saja saya harus membayar Rp.3000,00.-
seharusnnya untuk Universitas Negeri tidak bayar lagi”.
Muhammad Ivan Yulyanto
mahasiswa tingkat I dari Teknik Elektro berpendapat “Maaf saya tidak bisa
berbahasa sunda tapi tolong gunakan bahasa Indonesia saat ada di lingkungan
kampus. Saya dari Yogyakarta merasakan penggunaan bahasa Indonesia harusnya
digunakan dengan wajib di lingkungan kampus”.
Wildan Arif Gumilar
mahasiswa tingkat I dari Teknik Informatika berpendapat “Saya rasa penggunaan
bahasa sunda tidak menjadi masalah, lagian saya bisa bahasa sunda. Namun
permasalahan utama adalah kurang dirawatnya kamar mandi dan membuat saya
bingung ketika harus ke kamar mandi”.
Dari pendapat
teman-teman mahasiswa dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa penggunaan bahasa
Indonesia harus benar-benar menjadi sesuatu yang wajib karena mahasiswa
Universitas Siliwangi tidak hanya dari periangan timur saja. Harus ada sifat
saling menghargai. Saya sendiri terkadang merasa tidak di anggap ketika mereka
menggunakan bahasa daerah mereka yang kadang tidak saya mengerti. Ada semboyan yang
tepat untuk Univeritas Siliwangi menyangkut permasalahan bahasa yaitu “Bahasa
Daerah Pasti, Bahasa Indonesia Wajib, dan Bahasa Asing Perlu”. Jikalau semboyan
ini benar-benar diterapkan, maka saya yakini mahasiswa dapat lebih mengerti
akan bahasa persatuan. Selain itu, masalah kuntung rokok adalah masalah yang
sebenarnya tidak mengherankan. Sependapat dengan Heru bahwa perlu adanya tempat
untuk kuntung rokok agar tidak berserakan seperti layaknya di Rumah Sakit.
Selanjutnya masalah parkiran yang masih bayar memang menjadi masalah besar.
Kita sudah menjadi Universitas Negeri tetapi parkiran tetap membayar. Apakah
pemerintah tidak melakukan subsidi untuk parkiran universitas negeri? Ini
menjadi pertanyaan besar dan walaupun harus membayar seharusnya ada kartu
parkiran mahasiswa layaknya kartu masuk ke perpustakaan dan sehari cukup
seribu. Walau bolak-balik 5 kali juga tetap membayar seribu karena masih dalam
satu hari. Permasalahan terakhir yaitu kamar mandi yang kurang perawatan.
Memang ini telah saya rasakan ketika pertama masuk, namun ini di maklumi karena
kita sedang mengalami masa transisi dari swasta menuju negeri. Namun dari pihak
universitas seharunya mereka bergerak cepat dan tanggap atas semua permasalahan
yang teman-teman mahasiswa keluhkan.
Teguh Frediansyah-Ilmu
Politik
min kapan pembangunan unsil selanjutnya? apakah cuma wacana? kenapa pergerakan pembangunan sangat lambat sedangkan sekarang mahasiswa negri sendiri mempunyai kriteria nya untuk jadi negri ...
ReplyDelete