UNSIL NEGERI, APA YANG MASIH KURANG? - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Tuesday 15 December 2015

UNSIL NEGERI, APA YANG MASIH KURANG?

Universitas Siliwangi sudah menjadi PTN menginjak tahun ke-2. Namun, masih ada kekurangan yang dirasakan oleh mahasiswa baru terutama mahasiswa luar daerah Jawa Barat. Sejalan dengan Universitas Siliwangi yang negeri, maka mahasiswanya tidak hanya dari periangan timur dan sekitarnya. Kini, mahasiswa Universitas Siliwangi berasal dari Medan, Padang, Lampung, Madura, Lamongan, Yogyakarta, Banjarmasin, dan daerah lain di Indonesia. Satu faktor yang menjadi permasalahan adalah faktor bahasa. Mahasiswa di Universitas Siliwangi terutama mahasiswa yang berasal dari periangan timur mereka selalu menggunakan Bahasa Sunda. Mahasiswa dari luar periangan timur terkadang serasa keberadaannya tidak dianggap. Semisal contoh ketika bermain atau dikelas penggunaan bahasa persatuaan yaitu bahasa Indonesia terkadang tidak digunakan dengan baik. Padahal ketika sudah memasuki lingkungan kampus seharusnya wajib menggunakan bahasa Indonesia. Terutama sekarang Universitas  Siliwangi sudah menjadi kampus negeri bukan swasta. Dapat kita artikan bahwa Universitas Siliwangi sekarang adalah milik Indonesia bukan hanya milik periangan timur saja. Tidak hanya penggunaan bahasa sunda yang menjadi masalah tetapi masih banyak permasalahan yang seharusnya mejadi evaluasi.  Berbagai opini tentang permasalahan di Universitas Siliwangi ini bermunculan.
Heru Utama Putra mahasiswa tingkat I dari Ilmu Politik-Universitas Siliwangi berpendapat “Seharusnya penggunaan bahasa Indonesia digunakan ketika mahasiswa sudah memasuki lingkungan kampus dan disediakan tempat untuk membuang kuntung rokok agar tidak berserakan keberadaannya”.
Rina Lusiana mahasiswa tingkat III dari Pendidikan Bahasa Inggris berpendapat “Untuk masalah bahasa sebenarnya tidak menjadi masalah. Namun, permasalahan yang saya rasakan adalah ketika harus membayar parkiran. Padahal ketika saya harus kuliah sehari 3 kali dan ketika bolak balik untuk bayar parkir saja saya harus membayar Rp.3000,00.- seharusnnya untuk Universitas Negeri tidak bayar lagi”.
Muhammad Ivan Yulyanto mahasiswa tingkat I dari Teknik Elektro berpendapat “Maaf saya tidak bisa berbahasa sunda tapi tolong gunakan bahasa Indonesia saat ada di lingkungan kampus. Saya dari Yogyakarta merasakan penggunaan bahasa Indonesia harusnya digunakan dengan wajib di lingkungan kampus”.
Wildan Arif Gumilar mahasiswa tingkat I dari Teknik Informatika berpendapat “Saya rasa penggunaan bahasa sunda tidak menjadi masalah, lagian saya bisa bahasa sunda. Namun permasalahan utama adalah kurang dirawatnya kamar mandi dan membuat saya bingung ketika harus ke kamar mandi”.
Dari pendapat teman-teman mahasiswa dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa penggunaan bahasa Indonesia harus benar-benar menjadi sesuatu yang wajib karena mahasiswa Universitas Siliwangi tidak hanya dari periangan timur saja. Harus ada sifat saling menghargai. Saya sendiri terkadang merasa tidak di anggap ketika mereka menggunakan bahasa daerah mereka yang kadang tidak saya mengerti. Ada semboyan yang tepat untuk Univeritas Siliwangi menyangkut permasalahan bahasa yaitu “Bahasa Daerah Pasti, Bahasa Indonesia Wajib, dan Bahasa Asing Perlu”. Jikalau semboyan ini benar-benar diterapkan, maka saya yakini mahasiswa dapat lebih mengerti akan bahasa persatuan. Selain itu, masalah kuntung rokok adalah masalah yang sebenarnya tidak mengherankan. Sependapat dengan Heru bahwa perlu adanya tempat untuk kuntung rokok agar tidak berserakan seperti layaknya di Rumah Sakit. Selanjutnya masalah parkiran yang masih bayar memang menjadi masalah besar. Kita sudah menjadi Universitas Negeri tetapi parkiran tetap membayar. Apakah pemerintah tidak melakukan subsidi untuk parkiran universitas negeri? Ini menjadi pertanyaan besar dan walaupun harus membayar seharusnya ada kartu parkiran mahasiswa layaknya kartu masuk ke perpustakaan dan sehari cukup seribu. Walau bolak-balik 5 kali juga tetap membayar seribu karena masih dalam satu hari. Permasalahan terakhir yaitu kamar mandi yang kurang perawatan. Memang ini telah saya rasakan ketika pertama masuk, namun ini di maklumi karena kita sedang mengalami masa transisi dari swasta menuju negeri. Namun dari pihak universitas seharunya mereka bergerak cepat dan tanggap atas semua permasalahan yang teman-teman mahasiswa keluhkan.


Teguh Frediansyah-Ilmu Politik


1 comment:

  1. min kapan pembangunan unsil selanjutnya? apakah cuma wacana? kenapa pergerakan pembangunan sangat lambat sedangkan sekarang mahasiswa negri sendiri mempunyai kriteria nya untuk jadi negri ...

    ReplyDelete