Sekolah Rakyat Cermin Kepedulian Bangsa - GEMERCIK MEDIA

Sunday, 2 December 2018

Sekolah Rakyat Cermin Kepedulian Bangsa

Gilang Gustiawan, Mahasiswa Ekonomi Pembangunan 2017. Juara 2 Lomba Menulis Opini LPM Gemercik 2018

Indonesia merupakan serangkaian emas, tembaga, dan baja. Sebulir minyak, titanium, dan uranium. Segumpal batubara, dan tanah yang subur. Kekayaan alam yang tak akan tertandingi oleh bangsa manapun. Indonesia lahir atas dasar perjuangan rakyat yang kuat melawan penjajah, ribuan bahkan sampai jutaan nyawa menjadi taruhannya. Mereka yang disebut "Pahlawan" tak sia-sia memperjuangkan negeri ini, sebab mereka membayarnya dengan tuntas. 

Sembilan dekade yang lalu, sejak pertama kali Sumpah Pemuda dikumandangkan. Sebentuk komitmen para pemuda untuk maju dan terlibat dalam memerdekakan bangsa Indonesia ini. Masyarakat Indonesia haruslah bangga, karena tanpa keberanian dan komitmen para pemuda tersebut, kita tidak akan pernah mendapati diri yang nyaman dan bebas pada era masa kini. Namun masyarakat Indonesia juga harus malu. Karena sayangnya, momen yang terhitung telah memasuki usia matang bila disandingkan dengan usia manusia ini seakan hanya menjadi penghias dalam kalender tahunan semata. Sumpah Pemuda bukan sekedar tiga baris pengakuan. Sumpah Pemuda dan setiap butirnya membulatkan makna bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah mutlak pemersatu bangsa. Pemaknaan hingga penerapan nilai haruslah diresapi dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, tidak cukup hanya dalam satu atau dua hari saja. 

Dulu, kita mengangkat bambu runcing dan berperang untuk mengusir penjajah. Akan tetapi, saat ini merupakan saat-saat di mana kita mendapat tantangan yang lebih berat, yaitu melawan bangsa kita sendiri. Perkembangan teknologi yang semakin canggih ini bukan hanya memberikan dampak positif, akan tetapi menimbulkan pengaruh yang negatif pula bagi para penggunanya, terutama bagi kalangan pemuda. Informasi-informasi atau situs-situs yang dapat diakses dari internet mempunyai manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan,akan tetapi ada juga yang dapat merusak mental penggunanya, yaitu situs-situs porno. Kenapa saya menyangkut pautkan internet sebagai penghalang terealisasinya makna sumpah pemuda? Perjudian online, informasi berlebih, kekejaman online atau cyber crime, penipuan, bahkan penculikan. Hal tersebut merupakan contoh dampak yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. 

Kenapa banyak pemuda bahkan anak-anak di bawah umur menyalahgunakan internet? Karena seperti yang kita ketahui saat ini, tayangan-tayangan di TV Nasional isinya hanya sinetron yang mengagung-agungkan rating tanpa melihat dampak yang akan ditimbulkan dengan ditayangkannya film tersebut. Saat anak-anak melakukan peralihan dari TV ke Youtube, justru saat ini banyak pengguna Youtube di Indonesia malah saling mencaci maki antar pengguna Youtube lainnya. Kesalahpahaman, saling merendahkan, dan saling mencaci maki adalah gambaran besar Youtube Indonesia saat ini. Berbeda bukan lagi kebhinnekaan, tetapi berbeda adalah ketidaksamaan, sehingga menyikapinya adalah dengan melakukan persekusi terhadap pihak-pihak yang tidak sama dengannya. Seperti yang kita ketahui, anak-anak di bawah umur mudah sekali mencerna atau mengonsumsi apa yang telah mereka dapatkan dari konten tersebut, dan nantinya mereka akan mempraktekkan hal tersebut di kehidupan mereka sehari-hari. Apakah hal tersebut akan mencerminkan apa yang diharapkan para Pahlawan dari sumpah pemuda tersebut? Jawabannya tentu tidak. 

Saat ini Role Model yang dapat memberikan inspirasilah yang dibutuhkan generasi muda untuk merealisasikan apa yang di harapkan para Pahlawan terdahulu. Saat ini banyak anak muda yang selalu mengeluh “Sebenarnya apa yang diberikan bangsa ini untuk kita?”. Ayolah jangan selalu berpikir seperti itu. Kenapa tidak kita ubah saja menjadi “Sebenarnya apa yang dapat kita berikan untuk bangsa ini?”. Mudahnya, kita jangan mengeluh perihal apa yang negara berikan untuk kita, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk negara ini. Daripada kita “anak-anak muda” yang notabenenya ingin menghabiskan masa-masa muda dengan berfoya-foya, alangkah lebih baiknya kenapa kita tidak membuat Sekolah Rakyat saja? Sekolah yang berorientasikan untuk masyarakat yang kekurangan dalam segi financial. Setidaknya bukankah masa muda kita akan lebih bermanfaat untuk orang-orang banyak? 

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Pada bulan Maret 2018, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 25,95 juta orang (9,82 persen). Berdasarkan data tersebut tingkat kemiskinan di Indonesia masih sangat besar. Hal tersebut akan berdampak pada anak-anak yang putus sekolah akibat orang tua yang tidak mampu untuk menyekolahi anak-anaknya. Dalam jangka panjang, hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat pengangguran di Indonesia. Apakah kita sebagai generasi penerus bangsa yang mempunyai nasib yang lebih baik daripada mereka akan diam begitu saja? Tentu tidak bukan? 

Anak adalah harta yang sangat berharga bahkan sampai tidak ternilai harganya. Sifat dan karakter anak perlu ditanamkan sejak dini, salah satunya menanamkan dan mengajarkan sifat kepedulian mereka sebagai makhluk sosial terhadap diri mereka sendiri dan orang lain. Proses menanamkan sifat kepedulian bisa melalui berbagai cara, yakni memulai dengan peka terhadap keadaan dan masalah mikro maupun makro negara ini, salah satunya mengenai masalah kemiskinan dan pendidikan. 

Masalah kemiskinan dapat memperlambat program pembangunan melalui pendidikan, selain itu juga sistem pendidikan saat ini dibuat seakan-akan tidak berpihak pada masyarakat yang kurang mampu, dan hanya sebatas formalitas tanpa kualitas. Dua masalah tersebut menjadi bahan renungan sekaligus Problem Solving yang wajib kita lakukan sebagai bentuk pengabdian terhadap bangsa. Sejalan dengan kedua masalah tersebut tidak perlu menunggu langkah yang dilakukan pemerintah untuk mengatasinya, tetapi langkah dan kemauan kita perlu di gerakan dan diimplementasikan mulai dari sekarang dengan mendirikan Sekolah Rakyat (sekolah informal) yang di orientasikan pada kemiskinan, dan sebagai langkah menanamkan sifat kepedulian dengan mengadopsi penanaman awal dari perkembangan zaman (Revolusi Industri 4.0). 

Sekolah Rakyat ini berorientasi pada masyarakat yang dalam segi financial tidak cukup untuk menyekolahkan anaknya. Banyak sekali anak-anak di negeri ini yang sangat bersemangat dalam hal belajar, akan tetapi semangat belajar mereka bisa patah kapan saja jika masalah financial di negeri ini tak kunjung usai. Banyak anak-anak yang mengamen dan mengemis di jalanan kota hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Padahal, waktu tersebut dapat mereka gunakan untuk bersekolah. Apakah kita tidak empati melihat kejadian tersebut? Apalagi mereka semua adalah generasi penerus bangsa. 

Sekolah Rakyat merupakan perwujudan makna dari sumpah pemuda itu sendiri. Sekolah Rakyat ini ingin menciptakan manusia-manusia yang peduli dengan bangsanya sendiri dengan terjun langsung ke lapangan yang dilakukan oleh anak-anak muda. Tahapan-tahapan pengajarannya pun di mulai dari planning, controlling, sampai program progressing. Sistem pengajarannya pun mengikuti pola dari anak itu sendiri. Banyak sistem pendidikan yang menggunakan kekerasan fisik dalam menghukum anak-anak yang bersalah. Berniat membuat anak itu semakin baik dengan hukuman tersebut, justru malah membuat mental dan semangat belajar mereka berkurang. Oleh karena itu sistem mengajar Sekolah Rakyat ini sangatlah santai akan tetapi serius, sehingga membuat anak-anak nyaman dengan sistem pembelajaran yang di terapkan pada dirinya tersebut. 

Langkah teknis Sekolah Rakyat itu sendiri adalah dengan berskemakan pengajaran berupa penanaman berbagai keilmuan secara dasar dan mengikuti minat dan kemampuan masing-masing anak. Langkah tersebut menjadi sangat penting karena jika anak-anak sudah suka dan nyaman dengan keilmuan yang dipelajari dan sesusai dengan fashion nya maka peluang besar terbuka lebar. Dalam segi waktu mengajar pun kita sebagai pengajar harus peka akan sifat anak-anak yang mudah bosan jika terlalu lama belajar. Oleh karena itu saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung kita dapat menyelipkan permainan yang membuat rasa bosan si anak dapat berkurang, akan tetapi tak lupa juga harus mengandung pembelajaran di setiap permainannya. Pelaksanaan belajar mengajar pun dilakukan oleh pengajar di waktu luang, apalagi Mahasiswa yang harus bisa melakukan manajemen waktu dengan benar. Selain perihal teknis, sarana bentuk fisik seperti buku-buku, alat tulis, dan benda pendukung lainnya harus sesuai dengan kebutuhan dan keadaan. Sarana penunjang lainnya yang bersifat sensitif ialah berupa dana yang dibutuhkan. Penghimpunan dana bisa dari pengumpulan secara sukarela dari masing-masing penggerak atau menghimpun dari masyarakat sekitar. Pembuatan media informasi berupa website ataupun aplikasi juga dapat membantu mengumpulkan dana, sarana, serta tenaga tambahan atau sukeralawan secara efektif. 

Terakhir, dengan terwujudnya Sekolah Rakyat tersebut maka cita-cita para Pahlawan terdahulu dapat terwujud melalui anak-anak muda yang kreatif, inovatif, dan mempunyai sifat peduli terhadap sesama. Ingat, anak-anak Generasi Milenial butuh bimbingan dan arahan kita, agar nantinya Generasi Milenial ini tidak terbawa akan arus globalisasi yang begitu pesat. Tidak hanya itu, masyarakat yang kurang beruntung pun perlu bantuan uluran tangan kita, yang sebagaimana kita di sini di tempatkan sebagai makhluk sosial. Hasil dari pelaksanaan konsep Sekolah Rakyat ini kelak akan berguna bagi bangsa. Selain itu, hal tersebut akan dirasakan pula oleh pelaku dan pelaksana Sekolah Rakyat. Sekolah Rakyat ini bertujuan untuk membangun sifat peduli pada bangsa melalui bentuk pengabdian. Jadi, Peran anak-anak muda seperti inilah yang di cita-citakan para Pahlawan terdahulu yang harus dilakukan mulai sekarang. 

Penulis : Gilang Gustiawan, Mahasiswa Ekonomi Pembangunan 2017. Juara 2 Lomba Menulis Opini LPM Gemercik 2018
Editor : Roslina Malau

No comments:

Post a Comment