Beda Pendapat NU dan Massa Aksi, Oknum Provokator Hampir Sebabkan Kericuhan - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Thursday, 25 October 2018

Beda Pendapat NU dan Massa Aksi, Oknum Provokator Hampir Sebabkan Kericuhan

Kisruh masa disebabkan oknum provokator tak bertanggung jawab 

Gemercik News - Tasikmalaya (24/10) Aksi damai Bela Panji Tauhid berupa longmarch pada Rabu siang kemarin berjalan lancar dan tertib jika tidak ada provokasi dari oknum tak dikenal yang mengaku berasal dari NU. Namun, aparat keamanan yang berasal dari Dandim 0612 Kota Tasikmalaya dan Kepolisian dari Polres Kota Tasik berhasil mencegah dan dengan sigap mengamankan provokator yang hampir menyebabkan terjadinya bentrok antara dua kubu. Dimana dua kubu tersebut adalah Kubu Masa Aksi yang berkumpul di Masjid Agung dan Kubu NU, PMII, GP Ansor, dan beberapa ormas lain yang berada di Jl. Otto Iskandardinata.

Terjadinya perbedaan pendapat diantara dua kubu berhasil diredam dengan koordinasi yang baik dari pihak kepolisian dimana Kapolres Kota Tasikmalaya, AKBP Febry Kurniawan Ma'ruf, S.I.K., S.H. melakukan klarifikasi dengan kedua kubu. Kubu NU sempat terprovokasi karena menurut mereka bendera yang dibakar dan dikibarkan adalah bendera dari HTI (ormas Islam yang telah dibubarkan), sementara kubu masa aksi menilai bendera tersebut adalah panji tauhid yang diberi nama Ar-Royah. Hingga saat ini hal tersebut masih menimbulkan pertanyaan di berbagai pihak.

Ketua PC NU Kota Tasikmalaya,  K.H. Ate Musodiq mengungkapkan kekecewaannya karena masih ada organisasi terlarang di Indonesia dan beliau berharap semoga organisasi tersebut bisa hilang dan lenyap, mereka berjanji akan membantu pemerintah dan negara untuk melawan apapun yang dapat menyebabkan kehancuran Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan yang paling pedih bahwa di Tasikmalaya, MUI dan pengurusnya semua dibelakang HTI dan harus dijadikan pelajaran bagi pemerintah khususnya Badan Intelejen Negara Republik Indonesia, ungkapnya.

Lebih lanjut beliau juga memberikan tanggapan atas kasus Pembakaran Bendera Hitam di Garut, "Ya itu kan masalahnya lafadz laa ilaaha illallah bukan untuk dikibarkan dijalan tapi dibaca di masjid, di pesantren, dan dikaji bahwa orang-orang pesantren lebih pandai daripada mereka. Mereka menyangka salah kepada kita, sebenarnya mereka yang tidak berlandaskan. Itu adalah sebagai simbol bukan akan merobek-robek laa ilaaha illallah muhammadurrasulullah, jelas beliau.

Disisi lain, pihak masa aksi memberi tanggapan pula atas kasus pembakaran bendera hitam,Sebenarnya kalau saya pernah membaca pernyataan dari salah satu petinggi HTI katanya HTI tidak mempunyai bendera yang khusus, begitu. Kalau laa ilaaha illallah muhammadurrasulullah itu umum untuk umat Islam. Kalaupun umpamanya HTI yang dibubarkan oleh pemerintah, kan laa ilaaha illallah-nya tidak termasuk karena itu bukan lambang suatu kelompok ataupun ormas kalau HTI dikatakan ormas, tutur Ust. Iry Syamsuri selaku tokoh masyarakat.

Hingga saat ini, perbedaan pendapat dari dua kubu belum ditemui jalan tengahnya. Mereka masih bersikukuh dengan pendapat masing-masing.

Reporter: Erika Nofia
Editor: Nurlaila

No comments:

Post a Comment