Kisruh masa disebabkan oknum provokator tak bertanggung jawab |
Gemercik News - Tasikmalaya (24/10) Aksi damai
Bela Panji Tauhid berupa longmarch pada Rabu siang kemarin berjalan
lancar dan tertib jika tidak ada provokasi dari oknum tak dikenal yang mengaku
berasal dari NU. Namun, aparat keamanan yang berasal dari Dandim 0612 Kota
Tasikmalaya dan Kepolisian dari Polres Kota Tasik berhasil mencegah dan dengan
sigap mengamankan provokator yang hampir menyebabkan terjadinya bentrok antara
dua kubu. Dimana dua kubu tersebut adalah Kubu Masa Aksi yang berkumpul di
Masjid Agung dan Kubu NU, PMII, GP Ansor, dan beberapa ormas lain yang berada
di Jl. Otto Iskandardinata.
Terjadinya perbedaan pendapat diantara dua
kubu berhasil diredam dengan koordinasi yang baik dari pihak kepolisian dimana
Kapolres Kota Tasikmalaya, AKBP Febry Kurniawan Ma'ruf, S.I.K., S.H. melakukan klarifikasi
dengan kedua kubu. Kubu NU sempat terprovokasi karena menurut mereka bendera yang
dibakar dan dikibarkan adalah bendera dari HTI (ormas Islam yang telah
dibubarkan), sementara kubu masa aksi menilai bendera tersebut adalah panji
tauhid yang diberi nama Ar-Royah. Hingga saat ini hal tersebut masih
menimbulkan pertanyaan di berbagai pihak.
Ketua PC NU Kota Tasikmalaya, K.H. Ate Musodiq mengungkapkan kekecewaannya
karena masih ada organisasi terlarang di Indonesia dan beliau berharap semoga
organisasi tersebut bisa hilang dan lenyap, mereka berjanji akan membantu pemerintah
dan negara untuk melawan apapun yang dapat menyebabkan kehancuran Negara Kesatuan
Republik Indonesia. “Dan yang paling pedih bahwa di Tasikmalaya, MUI dan pengurusnya semua
dibelakang HTI dan harus dijadikan pelajaran bagi pemerintah khususnya Badan Intelejen
Negara Republik Indonesia,” ungkapnya.
Lebih lanjut beliau juga memberikan tanggapan
atas kasus Pembakaran Bendera Hitam di Garut, "Ya itu kan masalahnya lafadz
laa ilaaha illallah bukan untuk dikibarkan dijalan tapi dibaca di masjid,
di pesantren, dan dikaji bahwa orang-orang pesantren lebih pandai daripada mereka.
Mereka menyangka salah kepada kita, sebenarnya mereka yang tidak berlandaskan.
Itu adalah sebagai simbol bukan akan merobek-robek laa ilaaha illallah
muhammadurrasulullah,” jelas beliau.
Disisi lain, pihak masa aksi memberi
tanggapan pula atas kasus pembakaran bendera hitam,“Sebenarnya kalau saya pernah membaca pernyataan
dari salah satu petinggi HTI katanya HTI tidak mempunyai bendera yang khusus, begitu.
Kalau laa ilaaha illallah muhammadurrasulullah
itu umum untuk umat Islam. Kalaupun umpamanya HTI yang dibubarkan oleh
pemerintah, kan laa ilaaha illallah-nya
tidak termasuk karena itu bukan lambang suatu kelompok ataupun ormas kalau HTI dikatakan
ormas,” tutur Ust. Iry Syamsuri selaku tokoh masyarakat.
Hingga saat ini, perbedaan pendapat dari
dua kubu belum ditemui jalan tengahnya. Mereka masih bersikukuh dengan pendapat
masing-masing.
Reporter: Erika Nofia
Editor: Nurlaila
No comments:
Post a Comment