Di Balik Kaderisasi - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Monday, 3 October 2016

Di Balik Kaderisasi


Setiap tempat pendidikan mempunyai cara untuk menciptakan calon penerus terbaik. Cara-cara yang dilakukan ini nantinya akan membentuk pribadi seseorang untuk menjadi yang diinginkan tempat tersebut. Banyak cara yang dilakukan, mulai dari pelatihan militer, pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan tenaga pendidik, hingga pengaplikasian dari apa yang dipelajari. Hal ini biasa dilakukan oleh sekolah atau organisasi tertentu. Di Universitas Siliwangi misalnya, bagaimana cara membuat mahasiswa mencintai almamaternya? Pun lebih signifikan, cara mahasiswa mencintai fakultas atau jurusannya. Intinya disini adalah cara untuk membawa mahasiswa mencintai tanah pendidikannya, tempat ia mencari ilmu.


Tentu ini bukanlah hal yang salah selagi hal tersebut bisa membawa perubahan ke arah yang positif, apalagi jika menumbuhkan prestasi-prestasi baru serta kebersamaan dalam mencintai fakultasnya. Hal tersebut sangat melekat pada beberapa fakultas yang menonjol atau nampak kebersamaannya yang membuat fakultas tersebut dikenal oleh lingkungan kampus.


Tidak hanya fakultas, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pun berpengaruh terhadap perubahan sikap mahasiswa, karena dalam pengkaderannya, mahasiswa akan dibuat beridealis yang sama dengan UKM tersebut. Bahkan di dalam Organisasi Mahasiswa Daerah (ORMADA) yang memang di dalamnya berisi mahasiswa seperantauan atau satu daerah.


Sebenarnya bukan hal yang salah ketika mahasiswa mencintai daerahnya, namun yang menjadi nilai negatif disini adalah perihal legalitas dan kepentingan yang ada di dalamnya, karena seorang mahasiswa jelas harus memahami tujuan mereka berada di suatu universitas untuk apa? Apakah hanya untuk kuliah? Ataukah disertai berorganisasi?


Namun yang menjadi permasalahan adalah di mana mahasiswa tidak lagi terfokus pada akademik mereka ataupun fokus terhadap organisasi-organisasi yang jelas kelegalannya. Kaderisasi yang dibangun pada akhirnya membawa masalah yang lebih spekulatif lagi, di saat kenyamanan lebih diutamakan daripada kewajiban yang sudah ditangguhkan oleh surat keputusan dari Rektor maupun Dekan.  Hal tersebut menjadi perdebatan hingga saat ini, karena dirasa kaderisasi tersebut mengandung kepentingan-kepentingan oknum tertentu. Belum lagi akan segera dilaksanakannya pemilihan Presiden Mahasiswa Universitas Siliwangi serta Ketua Umum Dewan Legislatif Mahasiswa Universitas Siliwangi.


Ketiadaan transparasi terhadap anggota lain pun menjadi masalah, karena banyak hal yang seharusnya dijelaskan lebih detail jikalau anggota dari ORMADA tersebut banyak. Apalagi jika melakukan kegiatan yang dilaksanakan secara rutin dan terdapat pemungutan di dalamnya.  Pada fase yang seperti inilah seharusnya Menteri dari Dewan Eksekutif Mahasiswa dan Komisi Dewan Legislatif Mahasiswa yang terkait hal tersebut bergerak mencari tahu tentang kaderisasi yang dilakukan dalam organisasi-organisasi yang belum jelas legalitasnya namun bergerak aktif di dalam kampus. Apalagi sampai menggunakan almamater atau fasilitas lain di Universitas Siliwangi dalam kegiatannya.


Hal ini perlu menjadi perhatian para petinggi organisasi mahasiswa (ORMAWA) untuk segera ditindak lanjuti, agar nantinya tidak menjadi implementasi dari organisasi resmi di kampus yang memiliki legalitas. Jangan sampai nantinya mahasiswa akan menjadi korban dari kepentingan beberapa oknum, entah itu kepentingan politik ataupun kepentingan dalam finansial, pun mahasiswa harus lebih menggali apa yang sedang ia ikuti hingga tidak hanya “ikut-ikutan” dalam berorganisasi.


Sebagai mahasiswa kita harus bisa menelaah mana hal yang baik dan tidak untuk diikuti, mana pula kegiatan yang memang jelas dan diakui legalitasnya agar kader yang terbentuk pun kader yang memang bermanfaat bagi universitas maupun fakultasnya, bukan hanya sebagai pelengkap dari alat kepentingan mahasiswa lain. 
 
Penulis: Iftihal Muslim Rahman

No comments:

Post a Comment