Sumber Foto :http://www.hatikupercaya.com/renungan-menjelang-akhir-tahun.html
Tidak terasa rotasi kepengurusan ORMAWA kampus berlambangkan maung sudah sebentar lagi
dilaksanakan melalui pesta demokrasi mahasiswa. MAM (Musyawarah Akbar
Mahasiswa) sudah menanti di awal bulan ke sebelas. Catatan di penghujung tahun
menjadi satu fokus tersendiri karena peristiwa ini menjadi sejarah baru dalam
berlangsungnya demokrasi kampus.
Dalam konsep “Distribution of Power” diartikan sebagai “Pembagian Kekuasaan.” Penafsiran mengenai
pembagian kekuasaan yaitu bahwa masing-masing organisasi mahasiswa di tingkat
Universitas Siliwangi mendapat porsi dan bobot tugas yang sama atau seimbang,
juga pembagian kekuasaan tidak seimbang antara kekuasaan eksekutif, legislatif.
Apabila dalam pembagian kekuasaan cenderung lembaga legislatif lebih besar atau
lebih kuat disebut “Legislatif Heavy”. Sedangkan apabila pembagian kekuasaan eksekutif
cenderung yang lebih besar atau lebih kuat disebut
“Eksekutif Heavy”.
Sejarah baru telah tergoreskan dengan
adanya Legislatif Heavy yakni dominasi dari legislatif terhadap eksekutif.
Kondisi ini terjadi karena beberapa faktor yang paling mendasar yakni walaupun
sama-sama solid diawal, mana yang lebih solid di akhir? Persatuan internal
dengan persepsi yang sama menjadi kunci siapa mendominasi siapa.
Dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya, Eksekutif Heavy menjadi salah satu hal yang wajar
terjadi di tataran organisasi kampus Universitas Siliwangi. Legislatif yang
terasa tidak ada di tahun sebelumnya, kini menampakan peran yang sesungguhnya.
Kritisasi menjadi makanan sehari-hari untuk eksekutif sampai di penghujung masa
periode.
Unsur kepentingan walaupun pandangan
sebagian mahasiswa itu kurang baik. Namun, sejatinya diperlukan unsur
kepentingan untuk kesolidan dalam menyamakan persepsi. Saling mengkrisisi yang
membangun memang diperlukan, anggap saja eksekutif mempunyai oposisi yakni legislatif.
Dengan banyaknya kritisasi setiap kebijakan, seyogyanya menjadikan eksekutif
semakin tergugah untuk maju dan unggul.
Mosi tidak percaya bisa saja dilayangkan
kapan saja oleh legislatif terhadap eksekutif meskipun diakhir masa jabatan
yang sebentar lagi lengser. Jika memang kinerja dari eksekutif tidak
merepresentasikan keinginan legislatif sebagai penampung aspirasi mahasiswa.
Tak dipungkiri, keadaan ini menjadi catatan sejarah baru di dalam jalannya
demokrasi kampus Universitas Siliwangi.
Dengan pergantian kepengurusan atau
rotasi kepemimpinan di akhir tahun ini, diharapkan adanya keseimbangan dan
tidak saling mendominasi. Karena perlu kita ketahui bahwa jika sama-sama kuat
antara eksekutif dan legislatif. Maka dampak nya juga akan baik bagi ormawa di
fakultas dan jurusan. Karena ORMAWA kampus menjadi teladan atau patokan dari
ormawa di tataran yang lebih sempit.
Kritis dari legislatif diperlukan dalam
rangka mengawal jalannya demokrasi kampus. Eksekutif juga harus menunjukan
kemajuan dan keunggulan dalam pelaksanaan kebijakan yang dikeluarkan. Target
yang jelas harus dimiliki dalam rangka meminimalisir kritik yang sebenarnya
membangun untuk kemajuan Universitas Siliwangi kedepannya. Saling bergenggam
tangan menjadi kunci kesuksesan kepemimpinan. Bukan karena dasar tidak suka,
maka setiap kebijakan walaupun bagus tetapi dikritisasi. Profesionalitas
menjadi unsur penting dalam kemajuan kampus kita bersama. (Syah)
No comments:
Post a Comment