Tukang jahit, profesi yang acap kali dipandang biasa
oleh khalayak ternyata mampu mengantarkan Sutisna mewujudkan mimpi-mimpi
besarnya dalam melawan getirnya kehidupan. Ayah dari tiga orang anak ini
mengawali karir sebagai seorang penjahit sejak ia lulus dari pesantren. Ia
memutuskan untuk merantau ke kota Bandung dan memulai segalanya dari awal.
Mula-mula ia hanya bekerja sebagai pemotong kain yang upahnya tak seberapa.
Tetapi, ia terus menjalaninya dengan
ikhlas. Hingga pada akhirnya dengan selang waktu yang relatif lama, ia
dipercaya untuk mengatasi sendiri orderan untuk menjahit baju.
Hidup
di kota Bandung sebagai seorang duda tentunya membuat Sutisna merasa kesepian.
Tapi hal itu tak digubrisnya sama sekali. Prinsipnya saat itu ia harus sukses,
sukses, dan sukses. Tapi, takdir Tuhan berkata lain. Ia dipertemukan dengan
seorang gadis dari Cililin yang bernama Teh Eneng. Dan akhirnya mereka menikah
dan dikaruniai satu orang anak perempuan dan satu orang anak laki-laki.
Tak
disangka, kehidupan Sutisna mengalami perubahan seratus delapan puluh derajat.
Ia yang dulunya hanya bekerja sebagai pemotong kain sedikit demi sedikit dapat
membuka usaha menjahit sendiri yang ia beri nama ‘Redza Collection’. Dari usaha kecilnya itu ia pun dapat membuka
lapangan kerja dan membuka kursus menjahit bagi siapa saja.
Sutisna
yang notabene nya lulusan pesantren,
sangat menyayangi dan menghormati orangtuanya. Penghasilannya sebagian besar
diberikan kepada mereka dengan merenovasi rumah. Tetapi, ia juga tak pernah
lupa untuk berzakat. Sutisna dipandang oleh para pekerjanya sebagai orang yang
sangat baik dan suka menolong orang yang kesusahan.
Ditengah
puncak karirnya, disaat ia dipercaya oleh suatu perusahaan untuk menyelesaikan
orderan dalam jumlah yang relatif banyak terjadi suatu kesalahan yang sangat
fatal. Pakaian yang diorder tidak sesuai dengan yang dibuat oleh Sutisna dan
para pekerjanya. Hal itu mengakibatkan kerugian yang cukup besar.
Sejak
saat itu, Sutisna mengalami kebangkrutan. Ia tak mampu membayar gaji
pegawainya. Pada saat itu juga Sutisna mengalami sakit yang cukup parah.
Sehingga untuk menghidupi keluarganya ia
harus menjual Mesin jahit dan mesin bordir yang ia miliki.
Meski
berbagai cobaan datang menghampiri Sutisna, ia tetap tabah, sabar dan tawakal
serta menyerahkan semuanya kepada sang pencipta. Karena ia yakin, Allah SWT
lebih tahu apa yang terbaik baginya dan keluarganya. Ia tak pernah berhenti
berdoa. Ia tak pernah berhenti berikhtiar. Apapun akan ia lakukan demi
kebahagiaan keluarganya. Hingga pada akhirnya Sutisna diberikan jalan oleh
Allah SWT. Ia mendapat panggilan dari teman lamanya ntuk mengelola perusahaan
temannya itu di Jakarta. Kesempatan itu tak di sia-siakan oleh Sutisna meski
sebenarnya ia harus meninggalkan keluarganya.
Saat
ini, keadaan ekonomi Sutisna stabil kembali. Ia mendapatkan banyak hikmah dari
berbagai cobaan yang menimpanya. Tentu itu karena kesabaran dan kegigihannya.
Ia percaya jalan Allah SWT selalu indah apapun itu. Tetap istiqomah dan pantang
menyerah.
(Rini Saraswati)
No comments:
Post a Comment