Ketekunan Dan Kegigihan Sang Penjahit Demi Keluarganya - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Monday, 5 October 2015

Ketekunan Dan Kegigihan Sang Penjahit Demi Keluarganya




Tukang jahit, profesi yang acap kali dipandang biasa oleh khalayak ternyata mampu mengantarkan Sutisna mewujudkan mimpi-mimpi besarnya dalam melawan getirnya kehidupan. Ayah dari tiga orang anak ini mengawali karir sebagai seorang penjahit sejak ia lulus dari pesantren. Ia memutuskan untuk merantau ke kota Bandung dan memulai segalanya dari awal. Mula-mula ia hanya bekerja sebagai pemotong kain yang upahnya tak seberapa. Tetapi,  ia terus menjalaninya dengan ikhlas. Hingga pada akhirnya dengan selang waktu yang relatif lama, ia dipercaya untuk mengatasi sendiri orderan untuk menjahit baju.
            Hidup di kota Bandung sebagai seorang duda tentunya membuat Sutisna merasa kesepian. Tapi hal itu tak digubrisnya sama sekali. Prinsipnya saat itu ia harus sukses, sukses, dan sukses. Tapi, takdir Tuhan berkata lain. Ia dipertemukan dengan seorang gadis dari Cililin yang bernama Teh Eneng. Dan akhirnya mereka menikah dan dikaruniai satu orang anak perempuan dan satu orang anak laki-laki.
            Tak disangka, kehidupan Sutisna mengalami perubahan seratus delapan puluh derajat. Ia yang dulunya hanya bekerja sebagai pemotong kain sedikit demi sedikit dapat membuka usaha menjahit sendiri yang ia beri nama ‘Redza Collection’. Dari usaha kecilnya itu ia pun dapat membuka lapangan kerja dan membuka kursus menjahit bagi siapa saja.
            Sutisna yang notabene nya lulusan pesantren, sangat menyayangi dan menghormati orangtuanya. Penghasilannya sebagian besar diberikan kepada mereka dengan merenovasi rumah. Tetapi, ia juga tak pernah lupa untuk berzakat. Sutisna dipandang oleh para pekerjanya sebagai orang yang sangat baik dan suka menolong orang yang kesusahan.
            Ditengah puncak karirnya, disaat ia dipercaya oleh suatu perusahaan untuk menyelesaikan orderan dalam jumlah yang relatif banyak terjadi suatu kesalahan yang sangat fatal. Pakaian yang diorder tidak sesuai dengan yang dibuat oleh Sutisna dan para pekerjanya. Hal itu mengakibatkan kerugian yang cukup besar.
            Sejak saat itu, Sutisna mengalami kebangkrutan. Ia tak mampu membayar gaji pegawainya. Pada saat itu juga Sutisna mengalami sakit yang cukup parah. Sehingga  untuk menghidupi keluarganya ia harus menjual Mesin jahit dan mesin bordir yang ia miliki.
            Meski berbagai cobaan datang menghampiri Sutisna, ia tetap tabah, sabar dan tawakal serta menyerahkan semuanya kepada sang pencipta. Karena ia yakin, Allah SWT lebih tahu apa yang terbaik baginya dan keluarganya. Ia tak pernah berhenti berdoa. Ia tak pernah berhenti berikhtiar. Apapun akan ia lakukan demi kebahagiaan keluarganya. Hingga pada akhirnya Sutisna diberikan jalan oleh Allah SWT. Ia mendapat panggilan dari teman lamanya ntuk mengelola perusahaan temannya itu di Jakarta. Kesempatan itu tak di sia-siakan oleh Sutisna meski sebenarnya ia harus meninggalkan keluarganya.
            Saat ini, keadaan ekonomi Sutisna stabil kembali. Ia mendapatkan banyak hikmah dari berbagai cobaan yang menimpanya. Tentu itu karena kesabaran dan kegigihannya. Ia percaya jalan Allah SWT selalu indah apapun itu. Tetap istiqomah dan pantang menyerah.

(Rini Saraswati)

No comments:

Post a Comment