Konspirasi Cinta dan Wanita Penikmat Hujan - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Thursday, 25 April 2019

Konspirasi Cinta dan Wanita Penikmat Hujan



Tercium bau khas tanah yang terkena air mata langit, suara gemericik air terdengar dari berbagai arah, daun yang bergoyang oleh Tuan Angin yang ingin mengajaknya berdansa, hingga terbentuklah beberapa kubangan air yang tersebar dimana-mana. Saat itu terlihat seorang wanita setengah dewasa tengah berjalan dengan santai menikmati rintikan air yang menghujam badan mungilnya, dengan sesekali ia menengadah ke atas dan menghela nafas. Terlihat seperti berat sekali beban yang ia rasakan. 

Bagaimana tidak, kekasih yang selama ini ia tunggu ternyata menghilang tanpa jejak bagaikan tulisan yang ada di Pasir Pantai yang tersapu ombak, janji yang pernah laki-laki itu utarakan, kini hanyalah bagaikan tumpukan sampah yang menunggu untuk dibersihkan. Leli itulah nama wanita setengah dewasa yang dimaksud dia wanita yang terlalu polos hingga selalu percaya dengan setiap ucapan laki-laki yang ia sayangi, mungkin karena ia tengah terbuai akan kasih sayang yang laki-laki itu berikan kepadanya, dengan jurus yang jitu biasa digunakan oleh laki-laki untuk membuat wanita mabuk kepayang semisal gombalan dan segala bentuk perhatian. Ah sepertinya melankolis sekali wanita ini. Perasaannya selalu mengalahkan logika yang ia punya hingga beberapa kali ia mampu memaafkan laki-laki yang menyakitinya. Leli sosok yang setia bahkan sekalipun sebenarnya saat itu ada laki-laki yang hendak mendekatinya. Namun ia selalu menghindar dan selalu menghormati pasangannya meski terkadang yang mendekatinya jauh lebih tampan dari pangeran yang selama ini dia puja. 

Hingga suatu ketika, semuanya berubah keadaan menjadi dingin melebihi suhu di negara Eropa. Perlahan pangerannya menghilang tidak lagi memberikan bentuk perhatian atau pesan yang berisikan ucapan "selamat pagi" sebagai bentuk dukungan dan pemberi semangat untuk menjalani hari yang biasa dilakukan selama bertahun-tahun ini. Aneh, ketika hal itu terjadi karena selama ini dia selalu bersikap manis pada Leli bahkan ketika Leli hendak pergi dari kisah romantika mereka dikarenakan ia ingin fokus dengan kuliahnya, laki-laki itu selalu menahannya tapi sekarang? Di tahun-tahun terakhir ia kuliah sang mentari di hidupnya malah redup entahlah mungkin karena sudah waktunya ia tergelincir namun tak tahu apakah besok ia akan kembali atau tidak bagai hari terakhir di mana semuanya yang ada di alam semesta ini musnah. 

Padahal ketika ia memakai toga ingin sekali ada seseorang yang menemaninya, karena jika orang tua itu tidak mungkin, sanak saudara juga tidak akan pernah. Lalu kenapa? Hal tersebut telah terjadi beberapa tahun silam ketika Aceh dilanda Tsunami dahsyat hingga semua orang terdekat termasuk keluarganya meninggal hingga hanya Leli seorang diri yang masih hidup dan berjuang mati-matian untuk bertahan hidup meski sendirian, manis pahit kehidupan telah ia rasakan waktu itu ia sedang duduk di bangku SMA meski begitu ia adalah sosok wanita yang kuat, tangguh, tidak pernah berputus asa apalagi sampai berhenti melangkahkan kaki hanya karena kata "sulit" ia bertahan hidup dengan mencoba menawarkan diri sebagai pencuci piring di Rumah Makan yang ada di sana. Hingga karena tekad yang kuat dan ia adalah sosok wanita yang ambisius Leli pun berhasil masuk ke jenjang kuliah lebih tepatnya ia masuk salah satu universitas negeri yang bergengsi di Indonesia, ia anak muda yang penuh semangat bergelora dalam jiwanya. Hingga di tengah keadaan itu ia bertemu dengan sosok laki-laki parubaya yang berkuliah sama dengannya namun berbeda fakultas pertemuan ini berawal dari perkenalan pas mereka tengah Ospek. Berlanjut hingga menjadi teman dekat, sahabat lalu menjadi pasangan. Entah ini keputusan terlalu cepat atau bagaimana pedalnya Leli pun belum tahu betul karakter laki-laki itu. 

Hari-hari dijalani dengan bahagia, hingga suatu ketika ada pesan dari laki-laki itu, "Li, maaf sebelumnya aku ingin menyampaikan bahwa aku rasa hubungan kita sudah tidak mungkin untuk diteruskan, terima kasih atas kebahagiaan dan kesan selama ini aku tidak akan melupakanmu, " tutur laki-laki itu terbayang ketika ia tengah berbicara. "Tapi kenapa? Selama ini hubungan kita baik, tidak ada masalah bisa kita selesaikan dengan baik-baik dan bukannya kamu ingin menjadikan aku sebagai pasangan hidupmu nanti setelah kita sudah lulus kuliah?" balas Leli dengan penuh luapan emosi kesedihan yang tak sanggup lagi ia bendung. "Iya maaf karena aku sudah mengumbar janji kepadamu, namun sebenarnya aku akan segera menikah dengan Andira sesungguhnya selama ini dia adalah wanita yang aku idamkan namun selama itu pula ia tengah berhubungan dengan kekasihnya tapi setahun belakangan ini kekasihnya pergi dan kami tengah dekat hingga sekarang memutuskan untuk langsung menikah," seketika terasa bagai petir menyambar dirinya, bagaimana bisa? Pangerannya selama ini dekat dengan Andira padahal ia sedang menjalin hubungan dengan Leli, apakah ini sebuah konspirasi? Atau seperti halnya pengkhianatan? Pasalnya Andira adalah sahabat Leli sendiri bahkan apapun yang ia rasakan bahkan ketika mereka menjalin kasih, Andira selalu jadi tempat curhat pertama yang nyaman. 

Leli pun enggan membalas lagi pesan dari lelaki kurang ajar itu, seketika Leli berubah menjadi wanita yang pendiam dan sesekali ia memilih menyendiri di perpustakaan, namun baiknya karena tempaan ini ia menjadi wanita yang lebih dewasa, sehingga membuatnya berhati-hati dan tidak mudah mempercayai orang lain. Keinginan untuk wisuda ditemani sosok teman hidup pun terpaksa harus pupus, namun tidak dengan semangat belajar Leli yang semakin menggebu apalagi ketika ia hendak menyusun skripsi kini ia sudah merelakan apa yang menimpa dirinya sebagai pelajaran berharga yang tidak akan pernah ia lupakan. Karena itulah Leli sangat suka dengan hujan, karena hujan baginya adalah suatu bentuk fenomena alam yang mengajarkan arti ketulusan, air yang rela menjatuhkan dirinya dari awan demi memberikan kehidupan untuk keberlangsungan semua makhluk hidup di bumi. Begitupun jiwa Leli, tak apa ia berkorban asalkan laki-laki yang ia sayangi merasa bahagia selama hidupnya, meskipun bukan Leli wanita yang mendampinginya. 

Hal yang dilakukan Leli, ketika hujan sesekali ia pun menjatuhkan air matanya mengingat semua kenangan manis bersama keluarganya yang telah tiada sembari berkata dalam hati, "Kalian akan selalu ada bagiku, dan kalian akan terus menjadi penyemangat bahkan ketika seluruh dunia meninggalkanku tapi Tuhan dan kalian akan selalu ada untukku." Tutur Leli dengan mengeluarkan air mata keikhlasan sambil tersenyum. 

Penulis: Sri Hardiani

Penyunting: Jihan F

No comments:

Post a Comment