Oleh: Andre Ravilda Gustiansyah
Mahasiswa Agroteknologi 2018
Pemikiran yang aneh terlalu menyempitkan konsep belajar yang hanya semata di bangku perkuliahan. Mahasiswa membutuhkan hal lebih yang bisa membuatnya berkembang lebih baik. Organisasi menawarkan apa yang dibutuhkan mahasiswa untuk menapaki zaman yang semakin kompetitif. Jiwa kepemimpinan dan kecakapan sosial merupakan dua hal yang bisa dibentuk ketika mahasiswa mau terjun dan berkonstribusi lebih dalam lingkup organisasi.
Tetapi, gagasan yang bagus ini ternyata banyak merubah orientasi menjadi sebuah kesalahan fatal. Ironisnya, tak banyak yang tahu tentang ini. Tak sedikit mahasiswa yang berbondong-bondong memborong beberapa organisasi sekaligus karena tergila-gila dengan konsep murni yang sebenarnya telah kotor.
Anggapan bahwa aktivis yang mengabdikan hidupnya terlalu besar pada kehidupan organisasi telah menciptakan kengiluan juga keraguan yang patut dipertanyakan. Mereka menjadi sulit dibedakan antara bangga atau congkak, peduli atau hanya sebatas pencitraan.
Pembawaan mereka yang terlalu idealis akan pemikiran yang terbuka, walau sebenarnya terlihat sangat sempit jika dikaji lebih jauh. Perasaan dengan hasrat yang tinggi ternyata benar bisa membuat orang lupa jati diri. Jiwa semangat peduli rakyat atas ketidakadilan dari kebijakan yang dibuat memang bagus. Bahkan patut mendapat apresiasi serta pujian secara tulus. Tetapi ketika perbuatan baik bertentangan dengan kewajiban, dimana hak menolak untuk mentaati hal baku menjadi sesuatu yang biasa, ini seperti sebuah pelanggaran.
Menghadiri bangku perkuliahan merupakan hak setiap mahasiswa. Meninggalkannya saja bukanlah hal rumit yang perlu dibesar-besarkan jika kemampuan akademis sudah berpijak di tempat yang tepat. Namun, bagi orang yang terlalu tak acuh dengan angka yang belum mengetahui nilai apa yang mengikat pada dirinya merupakan suatu bentuk perbuatan bodoh. Merasa bahwa apa yang dilakukan adalah hal yang tepat akan berubah ketika kenyataan buruk telah sampai pada akhirnya. Inilah mengapa banyak mahasiswa mungkin terlalu kecewa mengakuinya.
Apa pentingnya obsesi akan jiwa kepemimpinan jika hanya akan menghambat jalan berpikir. Antusiasme yang tinggi itu baik jika tidak dengan mengabaikan hal kecil lainnya. Retakan-retakan kecil lama-kelamaan akan menjadi besar. Akhirnya akan menjadi sulit untuk diperbaiki.
Mahasiswa tidak perlu ikut banyak berorganisasi jika memang tak ingin. Cukup dengan mengetahui satu hal penting bahwa ikuti saja apa yang diinginkan oleh hati jika memang itu baik dan perlu dipaksakan demi kebaikan.
Bukan kuantitas, tetapi kualitas yang paling utama. Cukup satu, tapi teguhkan hati dan besumpahlah untuk berdedikasi dan mengabdi tanpa menyepelekan hal lain yang juga akan mendukung di masa mendatang. Mahasiswa tidak akan bisa hidup hanya dengan selembar ijazah, tetapi apa juga yang lebih buruk dari seorang pemimpin yang tak cukup terkualifikasi?
Penyunting : Ros M
No comments:
Post a Comment