Erna Dede Fujiani, Wisudawati jurusan Pendidikan Masyarakat angkatan 2015 dengan Predikat Lulusan Tercepat dalam masa Pendidikan selama 3 tahun 4 bulan 19 hari. Sumber Foto: Gemercik Media |
Gemercik News – Tasikmalaya (30/3). Dalam prosesi wisuda di setiap Perguruan Tinggi pasti terdapat mahasiswa yang mendapat predikat Lulusan Terbaik dan Lulusan Tercepat. Pada wisuda periode II tahun akademik 2018/2019 Universitas Siliwangi telah berhasil mencetak wisudawan dan wisudawati yang mendapat predikat terbaik dan tercepat.
Nunu Lugina, Wisudawan jurusan Manajemen angkatan 2015 berhasil mendapat predikat lulusan terbaik pada wisuda periode II tahun akademik 2018/2019 dengan perolehan IPK sempurna, yakni 4.00 (summa cumlaude). Pada masa perkuliahan, Nunu bukanlah mahasiswa akademisi. Hal tersebut dibuktikan dengan bergabungnya Nunu ke dalam Management Student Organization (MSO), pada tahun kedua perkuliahan. Selain itu, Nunu juga bekerja part time dan freelance pada tahun ketiga dan keempat perkuliahan. Saat diwawancarai, Nunu mengatakan bahwa sering mengalami keteteran.
“Keteteran pasti pernah. Sering malahan. Karena saya juga secara pribadi
terlalu bagus banget dalam me-manage waktu,” tuturnya. Namun, di balik kesibukannya, Nunu berhasil mengatasi ‘keteteran' tersebut dengan selalu fokus terhadap apa yang sedang dikerjakan atau dilakukan, sehingga Ia dapat mempertahankan nilai akademiknya hingga lulus.
Nunu berpesan pada mahasiswa yang hingga saat ini masih melaksanakan perkuliahan agar tetap menjaga semangat dan fokusnya. “Jaga fokusnya, tetap perbaiki diri dan lakukan yang terbaik. Jangan banyak tergiur sama hal-hal yang sifatnya mengganggu perkuliahan. Silakan bermain, silakan bekerja, silakan nongkrong dan sebagainya. Tapi tau waktu dan bisa menentukan prioritas. Harus bisa bagi waktu. Harus benar-benar bisa mematok,” tutupnya.
Selain itu, Erna Dede Fujiani, Wisudawati jurusan Pendidikan Masyarakat berhasil mendapat predikat lulusan tercepat pada wisuda periode II tahun akademik 2018/2019 dengan masa pendidikan selama 3 tahun 4 bulan 19 hari.
Awalnya, saat Erna akan melakukan sidang, terjadi sebuah kontroversi yang membuat Erna tidak dapat melaksanakan sidang. Pasalnya, untuk program sarjana rata-rata lulus pada tahun keempat perkuliahan, sedangkan Ia hanya membutuhkan waktu kurang dari tiga setengah tahun untuk menyelesaikan pendidikannya. Namun, setelah melakukan diskusi dengan para dosen, akhirnya Erna dapat melaksanakan sidang karena jumlah sks telah dipenuhi dan administrasi telah selesai.
Tidak jauh berbeda dengan Nunu, pada saat menjadi mahasiswa Erna juga sibuk dalam berbagai organisasi, seperti himpunan mahasiswa jurusan selama dua periode, komunitas keislaman jurusan, KISI dan salah satu organisasi eksternal. Akibat banyaknya organisasi yang Erna ikuti, Ia juga sempat mengalami keteteran, sehingga Ia memilih untuk fokus menjalankan tugasnya di himpunan mahasiswa jurusan. “Awalnya keteteran, memang dari SMA sudah ikut organisasi. Saat kuliah ingin masuk banyak organisasi. Tapi karena keteteran, jadi fokus di himpunan. Masuk semester akhir baru di stop, karena mau fokus ke skripsi,” tuturnya.
Saat ditemui di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Erna mengatakan bahwa predikat lulusan tercepat bukanlah target utamanya. Target utamanya adalah agar tidak membayar UKT semester 8. Hal tersebut didukung dengan program yang ada di jurusan Pendidikan Masyarakat, yaitu magang. Adanya magang merupakan suatu celah bagi Erna untuk mencari masalah-masalah dan menjadikannya sebagai penelitian. Saat PLP berlangsung, Erna telah berhasil menyusun proposal penelitiannya dan melakukan Ujian Proposal pada bulan Oktober 2018 disusul Sidang Skripsi pada bulan Januari 2019.
Erna berpesan agar tidak takut mengikuti organisasi. Karena meskipun mengikuti organisasi, akademik pun dapat berjalan sebagaimana mestinya.
“Jangan beranggapan bahwa yang (mengikuti) organisasi itu gak mementingkan akademiknya, justru ketika kita organisasi bisa jalan, kenapa akademik harus stuck di sana. Hayu jalan bareng-bareng. Ada contohnya juga kan, kita bisa. Jangan takut buat ikut organisasi, soalnya kalo misalnya di akademik kan kita teorinya, di organisasi kita terjun (langsung, jadi) ke masyarakatnya jadi mudah,” tutupnya mengakhiri wawancara.
Penulis: Dewi dan Nurul
Penyunting: Yeyen Y.
No comments:
Post a Comment