Fenomena Definisi Cantik Dalam Novel “Kalau Semua Wanita Jelek” Karya Tere Liye - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Tuesday, 26 March 2019

Fenomena Definisi Cantik Dalam Novel “Kalau Semua Wanita Jelek” Karya Tere Liye

Oleh: Indriani Suharyan
Pendidikan Bahasa Indonesia 2018

Seorang perempuan cenderung mengandalkan kepercayaan dirinya kepada sebuah penampilan. Dalam arti lain, kepercayaan diri yang ada dalam jiwa seorang perempuan hampir seratus persen berasal dari apa yang ia kenakan dan keindahan fisiknya. Ini terbukti dengan melihat peristiwa yang terjadi dalam masyarakat secara umum. Misalnya saja ketika perempuan diundang di suatu kegiatan sosial, mereka akan menjadikan penampilan sebagai nomor satu daripada hal yang lain, dan merasa pesimis ketika mereka disandingkan dengan seorang perempuan yang berpenampilan lebih baik dan cantik daripada dirinya, maka otomatis kepercayaan dirinya pun akan berkurang.

Bagi seorang perempuan penampilan sangatlah penting, itu akan menunjang seberapa besar kepercayaan diri perempuan untuk tampil di depan publik dan menjadi pusat perhatian banyak orang. Kita juga dapat membuktikan hal ini melalui sebuah simbol untuk menyatakan seorang perempuan dalam dunia sains. Sebagian orang mengatakan bahwa simbol lingkaran dengan tanda silang di bawahnya merupakan gambaran dari sebuah cermin. Mereka beranggapan bahwa perempuan memiliki kecenderungan bercermin. Mendengar kata cermin, tentu tidak lepas dari penampilan. Artinya, seorang perempuan memang sangat memerhatikan penampilannya untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri mereka.

Dalam cerpen “Kalau Semua Wanita Jelek”, penulis menggambarkan bahwa tokoh Jo sangat peduli akan penampilannya. Kepercayaan dirinya tergantung pada bentuk tubuh dan paras wajah yang ia miliki, di samping pakaian serta make up yang ia kenakan. Sayangnya, Jo memiliki tubuh dan paras wajah yang terbilang jelek untuk kategori kecantikan menurut perspektif masyarakat umum. Wajahnya penuh dengan jerawat, tubuhnya mengandung banyak lemak, atau bisa dibilang gendut. Karena itu tingkat kepercayaan dirinya pun berkurang. 

Jo memandang bahwa perspektif masyarakat mengenai definisi cantik itu memang benar. Karena berdasarkan fenomena yang terjadi di lingkungan sosial, masyarakat menyebutkan kata cantik hanya untuk mereka yang memiliki tubuh ramping, molek, dan mampu mendatangkan perhatian banyak orang terutama kaum laki-laki. Tidak ada istilah cantik dimiliki oleh ia yang bertubuh gendut di dunia ini. Di belahan bumi mana pun, cantik tetap dimiliki oleh ia yang bertubuh ramping. Lalu, bagaimana sebutan untuk mereka yang bertubuh gendut? Tentu mereka mendapatkan sebutan berupa lawan kata dari cantik, yaitu jelek. Masyarakat cenderung mencemooh orang gendut, mayoritas dari mereka telah menanamkan pemikiran bahwa kehidupan orang gendut cenderung tidak sehat, seperti halnya mereka terlalu banyak makan dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bersantai sehingga jarang berolahraga. Fenomena tersebut pun mengurangi rasa kepercayaan diri dalam diri mereka, seolah menjadi tekanan bagi mereka untuk dapat bebas menunjukan dirinya di depan umum dan di hadapan seorang laki-laki.

Dari penjabaran mengenai definisi cantik dalam “Kalau Semua Wanita Jelek” karya Tere Liye, maka dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya seorang wanita selalu ingin terlihat baik saat tampil di muka umum. Ketika penilaian orang lain terhadap mereka adalah cantik, maka mereka pun akan berusaha untuk lebih mempercantik diri mereka seperti halnya dengan make up atau pakaian yang indah. Itu pun terjadi untuk perempuan yang dinilai orang lain jelek, kebanyakan dari perempuan-perempuan tersebut pun akan berusaha untuk mempercantik diri mereka dengan berbagai cara. Jelasnya, mayoritas perempuan selalu ingin tampil cantik menurut definisi cantik yang beredar di lingkungannya.

Melalui cerpen ini penulis juga menyampaikan pesan tersirat kepada para pembaca, mau secantik apapun seorang perempuan menurut definisi cantik saat ini, tetap saja perempuan yang berkualitas adalah ia yang memiliki hati yang cantik, bukan fisiknya saja yang cantik. Sayangnya, kebanyakan dari masyarakat telah lebih dulu menilai apa yang pertama kali dia lihat. Bukankah fisik dapat langsung terlihat jika dibandingkan dengan hati? Lebih dari itu, adanya konflik dari cerpen tersebut ialah karena orang-orang terlanjur menerjemahkan cantik seperti itu–kulit putih dan tubuh ramping. Lantas, bisakah definisi cantik itu berubah? Yaitu cantik adalah ia yang berkulit hitam dan memiliki tubuh gemuk? Jawabannya bisa saja, jika konvensi umum di kalangan masyarakat berubah, sehingga mereka bisa lebih menghargai orang jelek.



Penyunting: Annisa Az Zahra

No comments:

Post a Comment