Resensi Novel Petjah; Satu Dari Seribu, Aku Mau Kamu - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Sunday, 4 March 2018

Resensi Novel Petjah; Satu Dari Seribu, Aku Mau Kamu



Identitas Buku

Judul buku : Petjah

Pengarang ; Oda Sekar Ayu

Penerbit : Elex Media Komputindo

Tahun Terbit : 2017

Tebal buku : 314 halaman

ISBN : 978-602-02959-4

Cetakan : Cetakan ke-1

Harga : Rp. 64.800,00


Sinopsis : 

Nadhira menyayangi Dimas, tetapi Dimas membenci Nadhira. Semesta menyayangi Nadhira dan memberinya satu permintaan untuk dikabulkan. Nadhira meminta Dimas beserta hatinya. Permintaan pun dikabulkan semesta. Kemudian hadir satu orang lagi dalam permainan ini, Biru. Biru menyayangi Nadhira. Namun bisakah Nadhira menyayangi Biru?
Satu dari seribu, aku mau kamu. adalah puisi hati Nadhira untuk cinta pertamanya.
Satu dari seribu, memang harus kamu. Adalah sepenggal puisi harapan biru untuk masa depannya. Semesta mempermainkan Nadhira dan membuat hidupnya petjah 



Resensi : Petjah adalah novel jenis teenfiction karena bercerita tentang kisah remaja. Novel ini dibuka dengan pengenalan tokoh, yaitu Nadhira Amira dan Dimas Baron. Dengan cerdas penulis mengenalkan tokoh dimas dengan beberapa alasan mengapa Nadhira menyukai Dimas, dan pengenalan toko Nadhira dikemas dengan cukup baik. Hal ini yang membuat Petjah unggul dari novel lain. Jika secara umum pada permulaan novel, kita dibiarkan menebak seperti apa karakter para tokoh, maka didalam petjah kita tidak dibiarkan menebak sebab karakter tokoh sudah terbaca di halaman awal. Meskipun hanya Nadhira dan Dimas yang di bahas. 

Nadhira dan Dimas adalah satu teman sekelas. Nadhira yang menyukai apapun mengenai sastra, dan menulis puisi. Nadhira menyukai Dimas selama satu tahun lebih, semenjak dia pindah ke sekolah di Jakarta. Meskipun mereka satu kelas, tetapi tak pernah bertukar sapa satu kalipun. Nadhira menyukai Dimas, tetapi Dimas membenci Nadhira. Dengan sifat dingin yang dimiliki Dimas terhadap Nadhira membuat kemungkinan itu sangat mustahil. Dimas membenci Nadhira karena mengetahui sebuah fakta dari kakaknya. Bahwa saat pengumuman masuk SMA setahun lalu, ada seorang anak perempuan yang begitu bahagia saat melihat nilai tersebut. Karena anak perempuan itu berada di urutan ketiga, sedangkan Dimas berada di urutan keempat. Perempuan itu adalah Nadhira. Semenjak itulah Dimas menjaga jarak dengan Nadhira. Tetapi semesta memberikan satu permintaan untuk dikabulkan kepada Nadhira, dan Nadhira meminta Dimas beserta hatinya. Peecaya atau tidak, permintaaan Nadhira dikabulkan oleh semesta. Ketika permintaaan Nadhira dikabulkan lalu muncul orang lain, Ambrosius Biru. Memiliki banyak topeng dikehidupannya. Kakak kelas yang suka sekali mengganggu anak baru, suka tawuran, bolos pelajaran dan beberapa hal negatif lainnya. Tetapi Nadhira justru menemukan sosok yang berbeda. Nadhiran dan Biru adalah dua orang yang menyukai puisi. Nadhira menikmati tiap aksara yang dituliskan oleh Biru. Begitupun dengan Biru yang sudah lama mengenal tulisan-tulisan puisi Nadhira yang sering tertempek di mading sekolah.

Hari demi hari membuat hubungan Nadhira dengan Biru membaik. Tetapi semakin Nadhira maju, Biru justru semakin mundur. Karena disatu titik Biru mulai menyadari bahwa diantara dirinya dengan Nadhira ada takdir semesta yang tidak dapat dihindari. Takdir yang membuat hidup mereka Petjah.

Pemakaian Bahasa

Jika ditelaah, Oda Sekar Ayu menggunakan bahasa remaja pada umumnya. Tetapi ada juga bahasa formal seperti "saya-kamu" saat percakapan antara Biru dan Nadhira. Bahasanya ringan namun tetap sanggup menghantarkan makna yang berbeda. Dalam novel ini, penulis juga banyak menambahkan puisi yang ditulis oleh Biru maupun Nadhira, atau quote di awal cerita dan bab. Penambahan puisi yang sangat puitis namun penuh makna tersirat. Meskipun ada beberapa bahasa kurang baku juga. Dan ada kata yang typo dalam penulisan, tetapi masih biaa dimengerti. Karena ini merupakan cetakan pertama juga dalam debut novelnya. 

Kelebihan, kekurangan dan pesan moral

Untuk kelebihan dari novel ini, dalam bahasa dalam puisi yang memiliki makna lain atau hanya digambarkan sebagai majas saja membuat novel ini sangat bagus untuk para penyuka puisi yang seperti itu. Banyaknya penambahan puisi dari Biru atau Nadhira yang sarat akan makna. Alur novel yang menggunakan alur maju tetapi ada juga alur mundur untuk memperkuat tokoh. Teka-teki dalam alurnya pun membuat penasaran terhadap pembaca. Dan penyampaian makna "Petjah" sendiri itu seperti apa tersampaikan oleh penulis kepada pembaca. Sudut pandang yang di pakai adalah sudut pandang Nadhira, sehingga terasa saat ada tekanan emosionalnya. Untuk kekurangan, novel ini ada beberapa kalimat typo dalam penulisan. Di pertengahan pula Nadhira seperti bingung sendiri dan labil terhadap pilihan yang telah dia ambilnya. Dan menghiraukan Dimas, yang belajar selalu ada untuk Nadhira. Selebihnya bagus banget novel ini. 

Pesan moral dari novel ini :

1. Tetaplah ingat kita masih memiliki orangtua yang akan terus menghawatirkan sang anak, jadi             berbagilah cerita dengan orangtua kita

2. Jangan biarkan diri sendiri rusak oleh prasangak-prasangka yang terus berputar dipikiran kita,             cobalah untuk menguraikan prasangka tersebut dengan tindakan nyata.

3. Jangan hidup di masalalu, tetapi hiduplah untuk masadepan dengan terus belajar dari peristiwa           yang telah terjadi. 

4. Jangan menutup diri, apalagi mengurung bakat dan kemampuan yang ada. Salurkan dan tingkatkan

5. Tetaplah ingat kita masih memiliki sahabat, untuk tempat berbagi cerita.



"Saya cuma mau kamu ingat satu hal, Biru. Berhenti bahagia hanya karena mereka sudah tak ada, engga akan membuat mereka kembali kedunia. Jadi jangan pernah berhenti bahagia" (Petjah, Halaman 124)

"Tidak ada jatuh yang tidak sakit, namun air hujan itu rela menyakiti dirinya untuk melebur bersama tanah menjadu sumber kekuatan bagi mahluk-mahluk hidup di sekitarnya" (Petjah, Halaman 146)

"Satu hal yang salah dan ingin saya sampaikan adalah bahwa pecah tak selalu berarti salah. Kamu tidak salah karena akhirnya hancur. Kehancuran itu mengajarkan kamu bangkit dan memulai kembali dari awalkan?"(Petjah, Halaman 312)

(Nurul Habibah)

No comments:

Post a Comment