ADA CERITA DI KKN 26 [JUARA 3 KKN STORY CHALLENGE] - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Sunday, 16 April 2017

ADA CERITA DI KKN 26 [JUARA 3 KKN STORY CHALLENGE]

Ada Cerita di KKN 26  

Ditulis oleh: 
Hartini Setia Ningrum 
(Pendidikan Bahasa Inggris 2014)
Tak terasa saya sudah kuliah tingkat tiga dan harus mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) gelombang 1 di tahun ini. Saya berpikir KKN itu sangat menyenangkan, karena akan mendapat pengalaman baru, teman baru, bahkan keluarga baru. Saya masuk di kelompok 26 yang berlokasi di Desa Nangelasari, Kecamatan Cipatujah dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dari Teknik Informatika, Aldy Putra Aldya. Ketika saya melihat nama-nama yang tercantum di kelompok 26, saya hanya mengenal beberapa orang saja dari 20 anggota yang ada. Setiap kelompok diberikan tema masing-masing di KKN Tematik 2017 ini dan kelompok 26 mendapatkan tema daya beli. Tak sabar rasanya untuk segera bertemu dengan anggota KKN 26 ini. Saya ingin mengetahui orang-orangnya, karakter mereka dan ingin memulai cerita baru dengan mereka. Di rapat kelompok pertama, semua memperkenalkan dirinya masing-masing dan dibentuklah struktur organisasi yang akan digunakan selama KKN. Saya sendiri berada di divisi humas (hubungan masyarakat). Saya memilih divisi ini karena saya berharap bisa lebih mengenal masyarakat Desa Nangelasari beserta tokoh-tokohnya. Ini tentu merupakan hal yang menyenangkan. Kelompok saya dipimpin oleh Irfan sebagai koordinator desa atau sering disebut kordes.

Di hari berikutnya, kami berkumpul kembali untuk melakukan survei ke Desa Nangelasari. Perjalanan ditempuh selama 1,5 jam dengan memakai kendaraan bermotor. Tujuan survei adalah untuk melihat bagaimana keadaan Desa Nangelasari dan mencari tempat tinggal sementara selama KKN. Sesampainya disana, kami mengunjungi kantor desa setempat untuk menjumpai kepala desanya dan menanyakan informasi tentang Desa Nangelasari, tetapi saat itu kepala desanya sedang tidak ada. Saya merasa masih sangat canggung dengan teman-teman lainnya untuk sekedar mengobrol dan bercanda, tapi saya tetap berusaha untuk mendekatkan diri dan berbaur dengan mereka, karena kenyataannya kami akan tinggal satu atap dengan mereka selama sebulan.

Dari awal saya bersyukur sekali bisa dipertemukan dan mengenal mereka, karena teman-teman baru di KKN ini ternyata sangat baik. Selain itu, disana kami bertemu dengan salah satu tokoh masyarakat yaitu Bapak Wahyudin, Ketua RW 01 Desa Nangelasari. Beliau mengajak kami mencari rumah dan melihat-lihat mana yang sekiranya cocok untuk ditinggali. Akhirnya kami menemukan rumah yang cukup besar untuk ditinggali bersama selama sebulan kedepan. Ketika melihat kedalam rumahnya, saya sangat senang karena mendapat rumah dengan interior yang bagus dan yang lainnya pun menyetujui untuk tinggal disini. Posko KKN kami berada di RT 02/RW 01 Desa Nangelasari. Setelah survei kami rapat kembali untuk mendiskusikan beberapa hal. Hal yang paling penting adalah biaya per orang yang dikeluarkan untuk menunjang segala kebutuhan disana, termasuk biaya program kerja yang akan dilaksanakan. Kelompok kami sepakat untuk mengeluarkan uang sebanyak Rp500.000,00/orang. Disamping itu setiap orang harus membawa peralatan kelompok, saya memilih untuk membawa karpet dan beberapa alat dapur.

Hari pemberangkatan pun tiba, kami berangkat ke lokasi KKN. Sesampainya di posko, kami beristirahat sejenak dan langsung membereskan barang-barang. Dimulailah perjalanan 35 hari kami disini untuk mengabdikan diri kepada masyarakat. Para warga menyambut kami dengan tangan terbuka terutama tetangga-tetangga yang ada di sekitar posko. Saya menemukan suasana dan lingkungan baru yang belum pernah saya dapatkan di tempat tinggal sendiri.



Setiap harinya kami mengisi waktu luang dengan kegiatan pengajian, memberikan les kepada anak-anak, mendatangi lembaga pendidikan, bersosialisasi dengan masyarakat, mendatangi posyandu, senam pagi, dan masih banyak lagi kegiatan menyenangkan lainnya. Disini saya jadi tidak merasa sendiri dan kesepian, karena di posko penuh dengan kehangatan, canda tawa, alunan gitar yang terdengar sepanjang hari. Anak-anak juga sering datang ke posko meminta bimbingan belajar Bahasa Inggris kepada saya. Mereka sangat antusias dalam belajar dan itu membuat saya bahagia bisa berbagi ilmu dengan mereka. Saya sampai hafal nama mereka satu persatu. Mereka sudah seperti adik sendiri. Saya juga mendapatkan ilmu baru disini, bisa memainkan gitar meskipun hanya nada dasarnya saja.
Kedekatan kami dengan warga pun mulai terbangun. Warga sering mengundang kami untuk makan bersama di rumahnya terutama di rumah tokoh masyarakat Desa Nangelasari. Jujur saja hal yang paling saya takutkan selama KKN adalah bertambahnya berat badan secara drastis, karena warga sering berbaik hati memberikan makanan. Kegiatan yang pernah dilakukan juga yaitu kerja bakti, kerja bakti membersihkan kantor desa bersama warga. Disanalah kami sering bertemu dengan perangkat desa seperti kepala desa, sekretaris desa, dan staf-stafnya. Kami juga sering berkomunikasi dengan mereka untuk mendiskusikan beberapa program kerja.

Setiap malam kami rapat mengenai program kerja yang akan dilaksanakan disini. Setiap orang mengeluarkan pendapatnya masing-masing. Terkadang terjadi perbedaan pendapat antar sesama anggota. Maklumlah untuk menyatukan beberapa kepala menjadi satu pemikiran itu sangat sulit. Karena kelompok saya bertemakan daya beli, maka kami melakukan survei di Desa Nangelasari untuk mengetahui potensi sumber daya alam di desa ini yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Akhirnya kami menemukan pisang sebagai potensi di desa ini. Nilai jual pisang disini sangat rendah yaitu Rp1.000,00-/kg. Kami pun mengadakan penyuluhan di kantor desa bersama seluruh warga masyarakat. Warga dikenalkan dengan berbagai olahan inovatif dari pisang yang telah kami buat seperti kricok (keripik pisang cokelat), mustofa pisang, pisang goreng tepung roti, kerupuk kulit pisang, dan saus pisang.
Program kerja utama lain yang kami lakukan adalah melakukan demo masak di tiap rumah RT dengan sasarannya adalah ibu-ibu PKK dan masyarakat yang berminat untuk mengikuti kegiatan ini. Para warga diajarkan bagaimana cara membuat berbagai olahan dari pisang yang sudah kami sosialisasikan sebelumnya. Melihat antusiasme masyarakat yang cukup besar, saya semakin bersemangat untuk lebih aktif lagi pada kegiatan ini. Kami juga berinisiatif membantu masyarakat dalam memasarkan produknya dengan memberikan beberapa solusi diantaranya membuat kemasan yang menarik, membentuk kelompok usaha, dan alternatif pemasaran secara online. Selain beberapa program kerja yang berkaitan dengan daya beli, kami juga melakukan program kerja pendukung di luar tema. Kami mencoba untuk mempraktikkan budidaya tanaman dengan teknik veltikultur. Bibit yang digunakan yaitu tanaman bayam dan sawi. Diharapkan masyarakat dapat menerapkan teknik ini dalam bercocok tanam secara berkelanjutan.

Hari demi hari berlalu, kami merasa sudah seperti keluarga. Suka dan duka yang ada tak hanya saya sendiri yang merasakan, tetapi semuanya juga merasakan. Susah maupun senang kami lalui bersama. Segala rasa penat hilang tertutupi oleh indahnya kebersamaan. Kami pun sampai di penghujung acara. Kelompok kami mengadakan acara pesta rakyat dan perpisahan yang melibatkan seluruh masyarakat Desa Nangelasari. Saya begitu bersemangat mengikuti acara ini. Ilmu yang didapatkan selama berorganisasi di kampus, saya terapkan disini.

Pesta rakyat diikuti oleh 6 diniyah yang pesertanya adalah anak-anak. Lomba yang ditandingkan ada 10 lomba diantaranya adalah lomba estafet kelereng, lomba tangga bambu, lomba jarum benang, dsb. Saat itu lapangan dipenuhi oleh masyarakat baik itu peserta maupun penonton. Acara pun dimulai dari pagi sampai sore. Terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan namun secara keseluruhan acara berjalan lancar. Saya sedikit kurang sehat di hari itu jadi tidak bisa mengikuti acara sepenuhnya. Padahal saya tak ingin melewatkan sedetik pun kebersamaan bersama mereka. Acara berlangsung secara meriah dan euforia masyarakat begitu terasa.

Seminggu kemudian acara perpisahan pun tiba. Tak jauh dari pesta rakyat, acara perpisahan diramaikan oleh beberapa lomba yaitu lomba pildacil, lomba MTQ, lomba mewarnai, lomba kaligrafi, lomba nasi tumpeng, dan lomba qasidah. Seluruh panitia mengerahkan tenaganya untuk menyukseskan acara ini dari pagi sampai malam. Sebelumnya tadi siang diadakan pawai secara serentak bersama 6 diniyah yang ada di Desa Nangelasari. Rute pawai dimulai dari Nangela sampai Gandok dan berakhir di DTA Al-Khoer. Saya diamanati menjadi penanggung jawab rombongan pawai DTA An-Nur. Saya merasa senang bisa membimbing mereka. Saya berusaha menjadi pembimbing yang ceria dan bisa menyemangati mereka. Sepanjang perjalanan para murid menyanyikan yel-yel diniyahnya masing-masing. Dan yang membanggakannya diniyah yang saya bimbing mendapat juara 2 lomba pawai. Hal itu tak lepas dari kerja keras yang mereka lakukan untuk acara ini.

Malam sebelum keesokan harinya kami pulang ke Tasikmalaya, kami mengundang seluruh masyarakat Desa Nangelasari untuk mengadiri acara perpisahan yang khusus diadakan di posko kami. Kali ini acaranya diisi oleh hiburan dangdut. Di awal acara setiap anggota dipersilakan satu persatu untuk memberikan sambutannya kepada masyarakat. Saya ucapkan terimakasih kepada seluruh masyarakat Desa Nangelasari yang telah berbaik hati mau menerima kami di desa ini. Kebaikan kalian tidak akan pernah kami lupakan selamanya. Kami juga saling meminta maaf apabila dari sikap, tindakan, maupun tutur kata ada yang tidak berkenan selama satu bulan ini. Teruntuk adik-adikku tersayang disana, terimakasih telah mewarnai setiap harinya di posko. Adanya kalian membuat posko kami penuh kehangatan dan keceriaan. Mengingat senyum, canda, dan tawa kalian, rasanya berat sekali untuk pergi meninggalkan desa ini. Apalah daya tugas kami disini sudah selesai, kami harus kembali menuntut ilmu di kampus kami. Semoga kita bisa bertemu kembali di lain waktu, menceritakan kembali cerita yang pernah kita lewati dulu.

Kami akan sangat merindukan kalian disini. Di akhir acara kami saling berpamitan kepada warga yang hadir waktu itu khususnya kepada tetangga-tetangga di dekat posko. Air mata tak terbendung lagi, kami menumpahkan rasa sedih karena akan berpisah dengan mereka. Dari saat itu dan sampai detik ini Desa Nangelasari dan kenangan-kenangannya akan selalu ada di hati kami. Sampai jumpa Nangelasari.

No comments:

Post a Comment