Kesimpang Siuran Penjelasan Saksi Mengenai Kepala BUK yang Menyinggung UKM Teater 28 - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Saturday, 4 March 2017

Kesimpang Siuran Penjelasan Saksi Mengenai Kepala BUK yang Menyinggung UKM Teater 28

GemercikNews, Tasikmalaya (03/03) - Gedung Rektorat Universitas Siliwangi ramai dipadati mahasiswa yang melakukan aksi. UKM Tetaer 28 menuntut Pak Permana (Kepala Biro Umum dan Keuangan) untuk meminta maaf. Bukan hanya UKM Teater 28, UKM Seni Musik dan UKM Sepak Bola juga mengikuti aksi tersebut. Aksi dimulai pada pukul 10.30 WIB. Peserta aksi membagikan resume yang sudah dipersiapkan kepada media dan mahasiswa yang berada di sekitar Rektorat. Peserta aksi menyampaikan aspirasinya di depan Gedung Rektorat Universitas Siliwangi dan meminta Pak Permana untuk menemuinya. 
Tak kunjung hadir, peserta aksi memasuki ruangan Pak Permana di BUK, namun Beliau tidak ada. Peserta aksi bergegas memasuki ruangan Warek 3 yang berada di lantai 2, namun Warek 3 juga tidak ada di ruangannya. Akhirnya pihak lembaga meminta peserta aksi untuk memasuki Ruang Rapat Rektorat Lantai 2 untuk melakukan audiensi. Peserta aksi memasang banner-banner yang sudang dipersiapkan di dalam ruangan. 

Pak Permana bersama Warek 3, menemui peserta aksi sekitar pukul 11.00 WIB. Pihak UKM Teater 28, Sepak Bola dan Seni Musik menyampaikan aspirasinya saat audiensi berlangsung. “Aliansi Teater akan datang. Sekarang sedang diperjalanan,” ungkap Pak Bode perwakilan dari UKM Teater 28. “Peminjaman bus susah. Mengapa dipersulit? Toh kita bawa nama baik UNSIL,” kata salah satu perwakilan UKM Sepak Bola. “Pencederaan. Seni musik merasa tercederai mendengar informasi ini,” ucap perwakilan UKM Seni Musik.

Pak Permana memohon maaf atas kesalahannya yang sudah menyinggung peserta aksi. “Saya dengan segala kerendahan hati, memohon maaf dari lubuk yang paling dalam seikhlas-ikhlasnya. Saya siap bertobat dan menerima kritik. Saya menerima kesalahan itu dan saya jadikan masukan serta memperbaiki diri,” tuturnya. Beliau juga mengaku sedang dalam keadaan takut dengan pengakuannya dalam bahasa sunda, “Sieun.” Namun disaat pihak aksi menanyakan benar atau tidaknya perkataan yang ada dalam resume yang mereka buat, Beliau tidak memberi tanggapan yang mengiyakan. Namun Beliau mengaku siap untuk mengundurkan diri ataupun diberhentikan. 

Ditemui di Sekretariat UKM Teater 28, Reza Abdillah (Bakau) Mahasiswa Teknik Sipil 2015 yang menjadi saksi sekaligus yang pertama kalinya merasa tersinggung atas perkataan Pak Permana di mata kuliah Rekayasa Hidrologi. Bakau menjelaskan kronologisnya. Kejadiannya pada hari Kamis, tanggal 2 Maret 2017 yang bertempat di Ruang 4 SMA Siliwangi, pukul 08.40 WIB. Sebelum kuliah memasuki materi, pembukaannya itu bukan pendahuluan mata kuliah, tetapi mengenai kronologi mahasiswa teater membawa surat peminjaman bus selama 2 minggu. Beliau menanyakan siapa yang mengikuti UKM Teater. “Saya tunjuk tangan saja. Beliau menanyakan itu program siapa yang menghabiskan waktu sampai 2 minggu. Saya jawab itu program pembina. Tetapi dia bilang bahwa itu program ngaco. Lalu Beliau menanyakan bagaimana dengan kuliahnya. Saya jawab bahwa ada surat dispen. Beliau menjawab bahwa apabila ada surat dispen akan saya robek-robek kertasnya. Terus katanya jika saya tetap ikut, saya tidak akan lulus mata kuliah Beliau. Nah yang terakhirnya Beliau menyuruh saya menyampaikan kepada rekan-rekan di Teater. Dan inilah jawaban kami selaku Keluarga Teater,” paparnya.

Disinggung mengenai pengakuan saksi yang berbeda-beda, Bakau menanggapinya dengan santai. “Mungkin dia tidak mendengar. Karena Pak Permana hanya tertuju pada saya meski didengar secara umum,” katanya.

Kaisar (sebutan Ketua) UKM Teater 28 yaitu Sanca Mahasiswa Ekonomi Syariah 2014, memberikan tanggapannya. Ia berpendapat bahwa tidak sepantasnya untuk gelar seperti doktor tidak menjaga etikanya. “Kalau tidak tahu tentang kesenian. Jangan sok tahu. Karena di perkuliahan kita niat ke kampus itu untuk kuliah. Tetapi untuk mencari ilmu itu tidak hanya di perkuliahan saja. Sebagian besar kita mendapat pengalaman di luar,” ungkapnya. Menurutnya Pak Permana membungkam dan mematikan karakter. Sebagai orang tua, Pak Permana seharusnya mencontohkan kepada anaknya. Disinggung mengenai hasil audiensi, Sanca mengaku belum puas. “Kalau menurut saya audiensi belum menjawab semuanya. Karena Beliau tidak mengakui perkataannya itu. Lalu ngeles dan gimik mukanya juga cengar-cengir, tidak serius. Keinginan kami, Beliau meminta maaf via media sosial dan media massa,” tambahnya lagi. UKM Teater 28 telah menyebarkan percakapan dalam kelas itu kepada Forum Teater Nusantara.

Jojo Nuryanto (Pembina UKM Teater 28) memberikan tanggapannya mengenai perkataan Pak Permana yang menyebutkan ‘program ngaco.’ “Kalau ngaco sekarang agak aneh. Karena pentas keliling itu sekalipun bukan program saya sendiri, yaitu program bersama. UNSIL dikenal itu bukan karena prestasi akademik, banyak yang tidak tahu UNSIL. Tetapi melalui kegiatan UKM, yang berani manggunglah yang memperkenalkan UNSIL,” paparnya. Jojo mengaku heran mengapa dipermasalahkan, karena selama Pak Mashudi sampai Pak Kartawan menjabat sebagai Rektor hal itu tidak dipersalahkan. “Sebenarnya sangat disayangkan, apalagi saya dikatakan bahwa itu program ngaco. Ya kalau ngaco kredibilitas saya sebagai dosen itu harus dipertanyakan juga. Tetapi saya mendapatkan penghargaan dari presiden, yayasan dan rektor. Naiflah. Kitakan negeri. Kompetisi semakin tinggi,” tambahnya.

Jojo mengaku secara pribadi sudah memaafkan. Tapi menurutnya begitu sulit luka itu bisa bersih dan sembuh. “Secara verbal dan hati saya memaafkan tetapi dibelakang itu ada anak-anak yang merasa kecewa,” ungkapnya. Jojo dan keluarga besar UKM Teater 28 akan terus mengawali perkara ini. Sebab bisa saja hari ini dikatakan tuntas, yang namanya Bakau terancam dua mata kuliah. Takutnya di akhir semester ternyata tidak lulus gara-gara Bakau anggota Teater 28.

SP salah satu mahasiswa yang berada di tempat kejadian, memberi keterangan yang tidak bisa memastikan secara real. “Saya tidak mengerti jelas. Karena saat di kelas saya suka ngobrol. Tidak bisa memastikan secara real,” ungkapnya. SP mendengar perkataan mengenai program pentas teater yang ke Bali selama 2 minggu. SP juga mendengar sekilas kata robek tapi tidak mengetahui secara pasti apa yang dimaksud Pak Permana. Namun SP tidak mendengar mengenai ancaman tidak akan lulus mata kuliah.

Begitu juga dengan HD yang duduk di kursi depan kedua dari meja dosen. HD mengatakan bahwa saat itu ada beberapa mahasiswa belum masuk, karena masih ada mata kuliah aspek hukum. “Sambil nungguin, Beliau memberi dongenglah mengenai perkuliahan gitu. Namanya mahasiswa tidak terlau memperhatikan, ada perkataannya yang jelas, ada yang tidak jelas. Cuma sekadar bercanda agar rileks,” paparnya. Menurutnya itu hanya guyonan yang dianggap serius. HD berkata, “Pak Permana bilang teater akan ke Bali. Kalau surat dispan kamu ke meja saya, tidak akan diterima. Tidak akan dikasih dispen. Tetapi saya tidak mendengar ada perkataan sobek dan tidak akan lulus mata kuliah,” katanya. Saksi lain, BAM dan BC mengaku tidak mendengar. Pandangan dari Mahasiswi Teknik Sipil yaitu BC bahwa perkataan Pak Permana itu berniat baik agar Bakau tidak ketinggalan mata kuliah.

Namun berbeda dengan pengakuan dari Upuy dan Itew yang menyimak kejadian tersebut. Menurut pengakuan mereka, memang Pak Permana mengatakan akan merobek surat dispen namun dengan posisi membalikkan badan. Sehingga tidak terlalu terdengar. Itew duduk di samping Bakau, sedangkan Upuy duduk di belakang Itew. Menurut mereka, Pak Permana mendukung program tersebut namun tidak setuju jika dilakukan di hari kuliah karena mengganggu jam kuliah Bakau. (FajKus dkk)

1 comment: