Rabu (23/11) Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia berhasil menyelenggarakan Seminar Nasional yang mengusung tema “Peningkatan Ketahanan Bangsa Untuk Menjaga Keutuhan NKRI”. Seminar Nasional yang mengundang Jendral TNI Gatot Nurmatyo, Sang Panglima TNI sebagai key note speech ini juga turut mengundang mahasiswa dari berbagai daerah di Jawa Barat, salah satunya adalah Kota Tasikmalaya.
Hartono, selaku staff kodim 0612 Tasikmalaya memaparkan bahwa Kodim Kota Tasikmalaya mengundang 50 mahasiswa dari berbagai universitas di Tasikmalaya seperti Sekolah Tinggi Hukum Galunggung, Universitas Siliwangi, Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya dan Universitas Perjuangan untuk menghadiri acara seminar nasionalyang diselenggarakan di Aula Graha Sanusi Hardjadinata Universitas Padjajaran. “Kodam memberikan perintah kepada kodim di setiap daerah untuk mengundang 50 mahasiswa di daerahnya. Hal ini dilakukan karena salah satu pemateri pada seminar nasional tersebut adalah Bapak Jendral TNI Gatot Nurmantyo yang tidak lain adalah pang lima TNI," tuturnya saat berhasil diwawancarai Tim Gemercik.
Rombongan mahasiswa dari Kota Tasikmalaya berkumpul di Makodim 0612 Kota Tasikmalaya dan berangkat menggunakan bus pukul 02.30 dini hari. Dibimbing oleh staff kodim rombongan berangkat dengan semangat dan penuh harapan untuk memperoleh ilmu dan pengalaman baru. Tepat pukul 08:45 acara Seminar Nasional Peningkatan Ketahanan Bangsa Untuk Menjaga Keutuhan NKRI dimulai dengan sambutan rektor Universitas Padjajaran.
Rombongan mahasiswa dari Kota Tasikmalaya berkumpul di Makodim 0612 Kota Tasikmalaya dan berangkat menggunakan bus pukul 02.30 dini hari. Dibimbing oleh staff kodim rombongan berangkat dengan semangat dan penuh harapan untuk memperoleh ilmu dan pengalaman baru. Tepat pukul 08:45 acara Seminar Nasional Peningkatan Ketahanan Bangsa Untuk Menjaga Keutuhan NKRI dimulai dengan sambutan rektor Universitas Padjajaran.
Dalam sambutannya Prof. Dr. Med. Tri Hanggono Achmad, dr berharap semoga ilmu dan semangat yang akan dibagikan oleh panglima TNI, Bapak Gatot Nurmantyo dapat tertular kepada seluruh hadirin demi menjaga keutuhan NKRI tercinta.
Di ujung sambutannya rektor Universitas Padjajaran mempersilahkan panglima TNI untuk memberikan materi luar biasanya kepada hadirin Seminar Nasional.
Tepuk tangan para hadirin menyambut Panglima TNI Gatot Nurmantyo ke atas podium. Dalam pidatonya Gatot Nurmantyo berpendapat bahwa energi adalah latar belakang dari sebuah konflik. Konflik-konflik di belahan dunia terjadi akibat kepentingan antar negara untuk menguasai sumber energi. Dan sumber energi terbesar yang sering menjadi pemicu sebuah konflik adalah minyak bumi. Dasar dari perebutan sumber energi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap negara di dunia. Kebutuhan manusia yang tidak tebatas berbanding terbalik dengan pertumbuhan manusia yang semakin pesat. Menurut Teori Malthus 1798 yang menyatakan bahwa jumlah penduduk meningkat seperti deret ukur, sedangkan ketersediaan makanan meningkat seperti deret hitung. Sedangkan menurut pakar statistik bernama Laurence Smith memperhitungkan bahwa penduduk dunia akan bertambah 1 miliar orang per 6 tahunnya.
Melihat ketidakseimbangan ini, maka timbulah kekhawatiran dari setiap pemimpin negara. Sumber energi yang hampir keseluruhannya tidak dapat diperbaharui namun jumlah penduduk di dunia meningkat setiap tahunnya menyebabkan perubahan pola pikir manusia. Saat ini sumber energi yang terbatas jumlahnya dan sudah mendekati habis dalam waktu puluhan tahun kedepan mengharuskan manusia beralih ke sumber energi alternatif, salah satunya adalah sumber hayati. Indonesia merupakan negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa tentunya memiliki beragam kekayaan hayati yang mampu meneteskan air liur bagi negara-negara lain. Hal ini tentunya merupakan suatu ancaman bagi Bangsa Indonesia apabila tidak mampu mempertahankan keutuhan NKRI.
Jendral TNI Gatot Nurmantyo juga berkata bahwa saat ini, untuk menguasai suatu negara tidak lagi digunakan strategi angkat senjata seperti jaman penjajahan Belanda dahulu. Sifat dan karakteristik perang saat ini telah bergeser seiring dengan perkembangan teknologi. Jenis-jenis perang saat ini diantaranya adalah perang asimetris, perang hibrida dan perang proxy. Dari hasil diskusi akademis dengan 25 universitas di seluruh Indonesia, Lembaga Ketahanan Naional (Lemhannas) RI dan lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan TNI, hasil diskusi menyatakan bahwa proxy war dapat dilakukan pihak asing terhadap Indonesia dalam berbagai bentuk diantaranya, melakukan investasi besar-besaran ke Indonesia agar dapat mengekspoitasi dan menguasai sumber daya alamnya, membuat fakta-fakta perdagangan guna menekan produk Indonesia melalui jalur diploma, aliansi dan intervensi serta menjadikan indonesia sebagai pasar untuk menjual produk-produk asing, menghancurkan generasi muda Indonesia melalui budaya negatif seperti budaya konsumtif, judi online, situs porno dsb, membeli dan menguasai media massa untuk melakukan pembentukan opini, menciptakan rekayasa sosial, memutarbalikkan sejarah, serta membuat kegaduhan di masyarakat, menimbulkan konflik dan memecah belah partai politik, mejatuhkan citra Indonesia di mata internasional dengan isu terorisme, hak asasi manusia, demokratisasi, lingkungan hidup dan seterusnya.
Meneliti hasil diskusi tersebut tentunya kita dapat menyimpulkan apakah proxy war telah masuk di Indonesia atau belum. Di penghujung pidatonya Jendral Gatot Nurmantyo mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menyuarakan Indonesia berjuang, bergotong royong dan mewujudkan Indonesia menjadi negara pemenang. “Indonesia tanpa islam bukan Indonesia, Indonesia tanpa Kristen bukan Indonesia, Indonesia tanpa Hindu bukan Indonesia dan Indonesia tan Budda bukan Indonesia, mari satukan perbedaan melalui Bhineka Tunggal Ika,” pungkasnya disambut tepuk tangan semangat para hadirin.
Hadirin yang memadati Aula Graha Sanusi Hardjadinata Universitas Padjajaran begitu puas dengan pidato yang disampaikan sang pang lima TNI. Begitupun rombongan mahasiswa Universitas Siliwangi yang menjadi peserta undangan kodim. Di sela-sela kesibukannya tim gemercik berhasil mewawancari Presiden Mahasiswa Universitas Siliwangi, Panji Pandi Pandami mengemukakan tanggapannya. "Kegiatan ini sangat penting untuk diikuti oleh mahasiswa, karena dengan kegiatan ini kita dapat mengetahui informasi yang prusial mengenai kondisi negara kita yang wajib diketahui sebagai warga negara Indonesia. Unsil sendiri mengirim 15 delegasi dimana terdiri dari ormawa-ormawa tiap fakultas dan 3 unit kegiatan mahasiswa diantaranya, menwa, pers mahasiswa dan pramuka. Mengapa demikian? Hal itu disesuaikan dengan tema yang ada dan kuota yang disediakan. Materi yang disampaikan pun langsung dari panglima TNI yang tentu saja informasinya pun sangat komperhensif karena langsung disampaikan oleh seseorang yang kompeten di bidangnya”.
Ketua Dewan Legislatif Mahasiswa pun turut memaparkan harapannya mengenai kegiatan ini. "Ini merupakan suatu momentum pembelajaran bagi kita semua untuk membangun rasa nasionalisme, patriotisme dan keyakinan kita bahwa kita adalah bangsa Indonesia. Kita sebagai pemuda Indonesia yang menjadi assets bangsa tentunya harus mendampingi generasi-generasi bangsa agar tidak menjadi paradigma yang salah ketika menuju masa depan. Karena ketika kita menuju masa depan harus belajar dari kondisi yang sekarang tejadi. Perbedaan suku dan budaya mari kita samakan disini agar apa yang menjadi kebhinekaan tunggal ika itu kita bisa wujudkan secara bersama-sama. Kita lihat semuanya disini bahwa permasalahan dari suatu hal menjadi suatu permasalahan yang begitu besar. Apakah ini menjadi suatu ketidakpahaman ataukah menjadi titik permasalahan yang secara alamiah atau diciptakan secara sendirinya. Oleh karena itu Bapak Gatot Nurmatyo memberikan pemahaman-pemahaman bagi kita semua agar kita tidak terjerumus kedalam hal hal yang menjadi penyebab terpecah belahnya NKRI yang merupakan intervensi dari negara luar. Apa yang kita dapatkan, ilmu yang kita dapatkan semoga dapat terimplementasi kepada warga Unsil melalui diskusi diskusi. Semoga warga Kota Tasikmalaya pun dapat melakukan kegiatan ini untuk mencerdaskan mahasiswa unsil. Karena takut ada kesalahan pemahaman tentunya harus diberikan pemahaman pemahaman tentunya untuk pendewasaan melalui masalah masalah yang terjadi. Lebih baik lagi jika pihak yang bersangkutan dapat di datangkan langsung ke Universitas Siliwangi. Negara kita akan bertahan apa bila kita dapat bersatu dengan aparatur negara” tutupnya di akhir wawancara.
Namun kekecewaan sempat dirasakan oleh para mahasiswa undangan dari berbagai wilayah, pasalnya terjadi miss communication antara panitia dengan para peserta mahasiswa undangan. “Saya harap panitia dapat memperbaiki lagi dalam hal koordinasi, agar tidak terjadi kesalahan komunikasi. Kan tadinya bilang bahwa seminar ini gratis tetapi ternyata diharuskan bayar untuk acara selanjutnya," tutur Rifky salah satu mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya. Kejadian ini pun ditanggapi oleh Ketua Dewan Legislatif Mahasiswa Universitas Siliwangi yang langsung mengonfirmasi permasalahan dengan panitia. Akhirnya rombongan mahasiswa dari Kota Tasikmalaya dapat kembali mengikuti seminar nasional meskipun tanpa pelayanan seperti peserta lainnya. “Alhamdulillah kita masih bisa mengikuti seminar berkat usaha Kang Jejen Ketua Dewan Legislatif Mahasiswa, kita tetap menghargai usaha yang dilakukan kodim, meskipun akhirnya kita mengikuti seminar tanpa pelayanan seperti peserta lain tapi Alhamdulillah dari kodim sendiri telah memberikan uang makan begitupun lembaga universitas. Sehingga bukan suatu permasalahan menurut saya, karena isi pidato yang disampaikan merupakan hal terpenting,” pungkas Panji Pandi Pandami menutup wawancara bersama kami. (Ria / Nurdin Jay)
Di ujung sambutannya rektor Universitas Padjajaran mempersilahkan panglima TNI untuk memberikan materi luar biasanya kepada hadirin Seminar Nasional.
Tepuk tangan para hadirin menyambut Panglima TNI Gatot Nurmantyo ke atas podium. Dalam pidatonya Gatot Nurmantyo berpendapat bahwa energi adalah latar belakang dari sebuah konflik. Konflik-konflik di belahan dunia terjadi akibat kepentingan antar negara untuk menguasai sumber energi. Dan sumber energi terbesar yang sering menjadi pemicu sebuah konflik adalah minyak bumi. Dasar dari perebutan sumber energi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap negara di dunia. Kebutuhan manusia yang tidak tebatas berbanding terbalik dengan pertumbuhan manusia yang semakin pesat. Menurut Teori Malthus 1798 yang menyatakan bahwa jumlah penduduk meningkat seperti deret ukur, sedangkan ketersediaan makanan meningkat seperti deret hitung. Sedangkan menurut pakar statistik bernama Laurence Smith memperhitungkan bahwa penduduk dunia akan bertambah 1 miliar orang per 6 tahunnya.
Melihat ketidakseimbangan ini, maka timbulah kekhawatiran dari setiap pemimpin negara. Sumber energi yang hampir keseluruhannya tidak dapat diperbaharui namun jumlah penduduk di dunia meningkat setiap tahunnya menyebabkan perubahan pola pikir manusia. Saat ini sumber energi yang terbatas jumlahnya dan sudah mendekati habis dalam waktu puluhan tahun kedepan mengharuskan manusia beralih ke sumber energi alternatif, salah satunya adalah sumber hayati. Indonesia merupakan negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa tentunya memiliki beragam kekayaan hayati yang mampu meneteskan air liur bagi negara-negara lain. Hal ini tentunya merupakan suatu ancaman bagi Bangsa Indonesia apabila tidak mampu mempertahankan keutuhan NKRI.
Jendral TNI Gatot Nurmantyo juga berkata bahwa saat ini, untuk menguasai suatu negara tidak lagi digunakan strategi angkat senjata seperti jaman penjajahan Belanda dahulu. Sifat dan karakteristik perang saat ini telah bergeser seiring dengan perkembangan teknologi. Jenis-jenis perang saat ini diantaranya adalah perang asimetris, perang hibrida dan perang proxy. Dari hasil diskusi akademis dengan 25 universitas di seluruh Indonesia, Lembaga Ketahanan Naional (Lemhannas) RI dan lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan TNI, hasil diskusi menyatakan bahwa proxy war dapat dilakukan pihak asing terhadap Indonesia dalam berbagai bentuk diantaranya, melakukan investasi besar-besaran ke Indonesia agar dapat mengekspoitasi dan menguasai sumber daya alamnya, membuat fakta-fakta perdagangan guna menekan produk Indonesia melalui jalur diploma, aliansi dan intervensi serta menjadikan indonesia sebagai pasar untuk menjual produk-produk asing, menghancurkan generasi muda Indonesia melalui budaya negatif seperti budaya konsumtif, judi online, situs porno dsb, membeli dan menguasai media massa untuk melakukan pembentukan opini, menciptakan rekayasa sosial, memutarbalikkan sejarah, serta membuat kegaduhan di masyarakat, menimbulkan konflik dan memecah belah partai politik, mejatuhkan citra Indonesia di mata internasional dengan isu terorisme, hak asasi manusia, demokratisasi, lingkungan hidup dan seterusnya.
Meneliti hasil diskusi tersebut tentunya kita dapat menyimpulkan apakah proxy war telah masuk di Indonesia atau belum. Di penghujung pidatonya Jendral Gatot Nurmantyo mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menyuarakan Indonesia berjuang, bergotong royong dan mewujudkan Indonesia menjadi negara pemenang. “Indonesia tanpa islam bukan Indonesia, Indonesia tanpa Kristen bukan Indonesia, Indonesia tanpa Hindu bukan Indonesia dan Indonesia tan Budda bukan Indonesia, mari satukan perbedaan melalui Bhineka Tunggal Ika,” pungkasnya disambut tepuk tangan semangat para hadirin.
Hadirin yang memadati Aula Graha Sanusi Hardjadinata Universitas Padjajaran begitu puas dengan pidato yang disampaikan sang pang lima TNI. Begitupun rombongan mahasiswa Universitas Siliwangi yang menjadi peserta undangan kodim. Di sela-sela kesibukannya tim gemercik berhasil mewawancari Presiden Mahasiswa Universitas Siliwangi, Panji Pandi Pandami mengemukakan tanggapannya. "Kegiatan ini sangat penting untuk diikuti oleh mahasiswa, karena dengan kegiatan ini kita dapat mengetahui informasi yang prusial mengenai kondisi negara kita yang wajib diketahui sebagai warga negara Indonesia. Unsil sendiri mengirim 15 delegasi dimana terdiri dari ormawa-ormawa tiap fakultas dan 3 unit kegiatan mahasiswa diantaranya, menwa, pers mahasiswa dan pramuka. Mengapa demikian? Hal itu disesuaikan dengan tema yang ada dan kuota yang disediakan. Materi yang disampaikan pun langsung dari panglima TNI yang tentu saja informasinya pun sangat komperhensif karena langsung disampaikan oleh seseorang yang kompeten di bidangnya”.
Ketua Dewan Legislatif Mahasiswa pun turut memaparkan harapannya mengenai kegiatan ini. "Ini merupakan suatu momentum pembelajaran bagi kita semua untuk membangun rasa nasionalisme, patriotisme dan keyakinan kita bahwa kita adalah bangsa Indonesia. Kita sebagai pemuda Indonesia yang menjadi assets bangsa tentunya harus mendampingi generasi-generasi bangsa agar tidak menjadi paradigma yang salah ketika menuju masa depan. Karena ketika kita menuju masa depan harus belajar dari kondisi yang sekarang tejadi. Perbedaan suku dan budaya mari kita samakan disini agar apa yang menjadi kebhinekaan tunggal ika itu kita bisa wujudkan secara bersama-sama. Kita lihat semuanya disini bahwa permasalahan dari suatu hal menjadi suatu permasalahan yang begitu besar. Apakah ini menjadi suatu ketidakpahaman ataukah menjadi titik permasalahan yang secara alamiah atau diciptakan secara sendirinya. Oleh karena itu Bapak Gatot Nurmatyo memberikan pemahaman-pemahaman bagi kita semua agar kita tidak terjerumus kedalam hal hal yang menjadi penyebab terpecah belahnya NKRI yang merupakan intervensi dari negara luar. Apa yang kita dapatkan, ilmu yang kita dapatkan semoga dapat terimplementasi kepada warga Unsil melalui diskusi diskusi. Semoga warga Kota Tasikmalaya pun dapat melakukan kegiatan ini untuk mencerdaskan mahasiswa unsil. Karena takut ada kesalahan pemahaman tentunya harus diberikan pemahaman pemahaman tentunya untuk pendewasaan melalui masalah masalah yang terjadi. Lebih baik lagi jika pihak yang bersangkutan dapat di datangkan langsung ke Universitas Siliwangi. Negara kita akan bertahan apa bila kita dapat bersatu dengan aparatur negara” tutupnya di akhir wawancara.
Namun kekecewaan sempat dirasakan oleh para mahasiswa undangan dari berbagai wilayah, pasalnya terjadi miss communication antara panitia dengan para peserta mahasiswa undangan. “Saya harap panitia dapat memperbaiki lagi dalam hal koordinasi, agar tidak terjadi kesalahan komunikasi. Kan tadinya bilang bahwa seminar ini gratis tetapi ternyata diharuskan bayar untuk acara selanjutnya," tutur Rifky salah satu mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya. Kejadian ini pun ditanggapi oleh Ketua Dewan Legislatif Mahasiswa Universitas Siliwangi yang langsung mengonfirmasi permasalahan dengan panitia. Akhirnya rombongan mahasiswa dari Kota Tasikmalaya dapat kembali mengikuti seminar nasional meskipun tanpa pelayanan seperti peserta lainnya. “Alhamdulillah kita masih bisa mengikuti seminar berkat usaha Kang Jejen Ketua Dewan Legislatif Mahasiswa, kita tetap menghargai usaha yang dilakukan kodim, meskipun akhirnya kita mengikuti seminar tanpa pelayanan seperti peserta lain tapi Alhamdulillah dari kodim sendiri telah memberikan uang makan begitupun lembaga universitas. Sehingga bukan suatu permasalahan menurut saya, karena isi pidato yang disampaikan merupakan hal terpenting,” pungkas Panji Pandi Pandami menutup wawancara bersama kami. (Ria / Nurdin Jay)
No comments:
Post a Comment