Si Gula Jawa Kesayangan
Karya RR
Sumber Foto: http://www.panoramio.com/photo/64389592
Malam itu di bawah payung rembulan, bertabur cahaya bintang kita menelan habis gelap dalam genggaman tangan. Menyatukan jemari, menghabiskan malam tanpa belas kasih. Kamu begitu menguatkan. Membuatku yakin dan percaya bahwa hadirmu adalah kekuatan. Aku mampu melihat jelas sorot cahaya dalam matamu. Cahaya penuh keyakinan bahwa kamu adalah separuh dunia yang aku cari selama ini. Sorot mata yang mengagumkan, sorot mata dewa. Sorot mata yang mampu membuatku bersujud dalam cintanya. Kamu dan malam ini adalah paket kebahagiaan yang dikirim Tuhan melalui Yogyakarta. Aku mencintai kota ini, aku mecintai cahaya rembulan dan aku mencintai kamu.
Melodi keroncong memecahkan udara dingin yang berusaha memenjara raga-raga dalam kemalasan. Di sebuah pondok angkringan ia memeluk tubuhku dengan hangat. perawakannya yang sedikit gembul membuatku merasa nyaman dalam dekapannya. Ah ia selalu pandai memainkan suasana.
“Ikih mas wedang rondhe” seorang penjual wedang rondhe memberikan dua cangkir wedhang untuk kami
“enje mas maturkasuwun” balasnya dengan suara khas yang ia miliki
Dia selalu mampu membuatku jatuh cinta dari segala yang ia miliki, ah lelaki itu dari cara diamnya pun mampu membuatku tergila-gila. Magnet apa yang telah Tuhan tancapkan padanya. Mantra apa yang telah ia bacakan untukku.
“Diminum yo” katanya sambil tersenyum kecil menampakan lesung pipinya yang menggoda itu ketika menawarkan secangkir wedang padaku. “Tapi ah itu bukan sekedar tawaran, itu rayuan” gumamku dalam hati. Entah itu terlalu manis untuk sebuah tawaran. Aku hanya mengangguk membalas senyum manisnya tadi.
“Mas, besok jadi ke Jakarta?” tanyaku mengawali obrolan panjang malam ini.
“Jadi, besok pagi mas berangkat. Kenopo toh?” tanyanya kembali.
“Kita LDR lagi ya?” kataku perlahan tak rela membiarkan jarak memenggal dua hati yang tengah dimabuk cinta.
“Hahahaha opo toh? Jakarta-jogja itu masih satu pulau jawa. Lagi pula mas di sana kuliah” katanya sambil tertawa yang membuatku sedikit jengkel. “Ah selalu lelaki ngga pernah ngerti perasaan cewe!!” gerutuku dalam hati lagi.
“Ketawamu itu loh mas puas banget. Aku tuh masih kangen sama kamu. Gimana sih nggak peka banget” kataku mengomel tidak jelas.
"Hahaha makanya malam ini mas ajak kamu jalan jalan sepuasnya biar kangennya bisa ditabung dulu” jawabnya santai.
“Ditabung? Emangnya uang? Mas ini ada ada saja,” kataku memasang wajah kesal.
“Udah udah hari ini kita kan mau senang senang toh? Kamu makin lucu kalau cemberut gitu” katanya sembari menampakan senyum andalannya. Ah melting, aku jatuh cinta pada senyumnya. Aku selalu jatuh cinta pada lengkung bibir yang menghias wajahnya.
Malam ini ia berhasil melukis pelangi di langit jogjakarta. Ia selalu mampu menghadirkan rindu untuk perjumpaan kita di hari esok. Ia selalu membuatku penasaran tentang cerita yang akan ia gambarkan dalam diaryku esok, lusa dan seterusnya. Ia adalah rumah yang selalu ku rindukan untuk pulang. Si gula jawa yang manis. Si gula jawa kesayangan.
No comments:
Post a Comment