Jadikan Sastra Sebagai Cakra, Menembus Kepala Jutaan Jiwa dalam Satu Langkah Menjaga Lingkungan Untuk Peradaban - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Saturday, 27 August 2016

Jadikan Sastra Sebagai Cakra, Menembus Kepala Jutaan Jiwa dalam Satu Langkah Menjaga Lingkungan Untuk Peradaban

JADIKAN SASTRA SEBAGAI CAKRA, MENEMBUS KEPALA JUTAAN JIWA DALAM SATU LANGKAH MENJAGA LINGKUNGAN UNTUK PERADABAN



          “Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala.” Ungkapan pribahasa ini sangat tepat menggambarkan kekuatan sastra dalam memajukan bangsa. Kaum intelek Indonesia sejak dahulu sudah hidup menyatu bersama sastra yang menjadi cakra dalam memajukan bangsa. Hal ini menjadi faktor utama Indonesia dapat diperhitungkan dalam percaturan politik dunia.
          Mengingat di Indonesia, khususnya kaum intelek pada masa kemerdekaan, yang melahirkan propaganda melalui sastra kepada rakyat Indonesia sehingga semangat rakyat menjadi berapi-api. Propaganda dalam tulisan yakni dengan menyebutkan bahwa kita telah dijajah oleh belanda selama 3,5 abad. Padahal, sebenarnya itu tidak dibenarkan dalam perjalanan sejarah Indonesia. Maka, satu pertanyaan yang hadir adalah : Apa yang akan terjadi jika sastra diterapkan kembali sebagai cakra dalam satu langkah menjaga lingkungan untuk peradaban?
          Sastra Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah karya tulis yang bila dibandingkan tulisan lain, ciri-ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya sastra berarti kerangka yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan cara yang khas. Pembaca sastra dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri.
          Pengertian lingkungan hidup menurut Salim (1976), secara umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruanganyang kita tempati dan mempengaruhi hal yang termasuk kepada kehidupan manusia. Batas ruang lingkungan menurut pengertian ini bisa sangat luas, namun untuk praktisnya dibatasi ruang lingkungan dengan faktor-faktor yang dapat dijangkau oleh manusia seperti faktor politik, faktor sosial, faktor ekonomi, faktor alam dan lain-lain.
          Hal ini sebagaimana yang telah terjadi di masa lalu yakni sastra sebagai modal dalam merubah pola pikir masyarakat dalam memajukan bangsa. Namun, fokus utama penggunaan sastra dalam kemajuan bangsa yakni sastra sebagai penjaga lingkungan kehidupan. Karena ketika kita melihat dari kedua pengertian atara lingkungan hidup dan sastra akan ada hubungannya yakni terutama dalam pengaruh. Dengan demikian, perjalanan menuju bangsa yang hijau dapat terwujud. Sastra memiliki peran sangat fundamental dalam merubah pemikiran seseorang. Ibarat api dengan panasnya, ibarat air dengan basahnya, dan ibarat kapas dengan kainnya. Hal inilah yang disebabkan sastra pada dasarnya membicarakan berbagai nilai hidup dan kebidupan yang berkaitan langsung dengan pembentukan karakter manusia. Maka dari itu, cakra yang saya maksud dalam menjaga lingkungan itu yakni perbaikan sikap dan perilaku.
          Berbicara sastra dan lingkung hidup merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan hidup membutuhkan sastra dalam perannya sebagai pemberi pengaruh kepada manusia agar dapat berperilaku mencintai lingkungan. Disisi lain, sastra membutuhkan lingkungan untuk lebih menggali kosa kata dalam berkreasi terutama dalam karya sastra. Atas dasar inilah hubungan saling keterkaitan antara sastra dan lingkungan hidup sangat kuat.
           Menurut Mangunwijaya (1992: 7) menyatakan disamping penelitian yang bersifat ilmiah untuk memahami dan menolong manusia serta masyarakat, dunia sastra masih tetap memegang peran vital dalam bidang yang sama. Khususnya dalam dimensi-dimensi yang begitu dalam seperti religiositas manusia, yang menentukan sikap kita terhadap diri sendiri, buah-buah sastra mengisi apa yang tidak mungkin diisi oleh ilmu pengetahuan dan ikhtian-ikhtiar kemanusiaan lain. Khususnya dalam pengolahan religius manusia yang lazimnya hanya dapat dikonsumsikan melalui bahasa lambang dan persentuhan cita-rasa, sarana sastra sangat bermanfaat.
          Menembus jutaan kepala menjadi tujuan utama dalam memberikan pengaruh agar masyarakat lebih mencintai lingkungan. Melalui karya sastra menjadi satu jalan tersendiri dikarenakan tanpa unsur itu mustahil rasanya untuk mewujudkan generasi yang mau menjaga lingkungan. Kemudian, memberi ajakan disetiap pidato-pidato orang berpengaruh harus diselipkan pentingnya lingkungan hidup dan dampak dari tidak menjaga lingkungan hidup itu sendiri. Sehingga sastra yang saya maksud disini salah satu nya karya sastra dan ajakan dalam orasi.
          Karya sastra dapat berfungsi sebagai media katarsis. Aristoteles seorang filsuf dan ahli sastra menyatakan salah satu fungsi sastra adalah sebagai media katarsis atau pembersih jiwa bagi penulis maupun pembacanya. Bagi pembaca, setelah membaca karya sastra perasaan dan pikiran terasa terbuka, karena telah mendapatkan hiburan dan ilmu (tontonan dan tuntunan). Begitu juga bagi penulis, setelah menghasilkan karya sastra, jiwanya mengalami pembersihan, lapang, terbuka, karena telah berhasil mengekspresikan semua yang membebani perasaan dan pikirannya.
          Karya sastra yang dipilih sebagai bahan pemberi pengaruh cinta lingkungan adalah karya sastra yang berkualitas, yakni karya sastra yang baik secara estetis dan etis. Maksudnya, karya sastra yang baik dalam kontruksi struktur sastranya dan mengandung nilai-nilai yang dapat membimbing masyarakat menjadi manusia yang baik. Manusia baik lahir tidak hanya karena nasihat melalui kata-kata, namun manusia baik dapat juga terlahir melalui tulisan yang memiliki daya pengaruh terhadap pembaca.
          Menurut analisis saya, tatkala sastra dijadikan satu alat untuk memberikan pengaruh kepada masyarakat agar mencintai lingkungan menjadi langkah yang tepat. Kita dapat membayangkan ketika semua orang sadar akan petingnya lingkunga hidup. Maka, melalui karya tulis yang mereka baca lahirlah sebuah gejolak dalam jiwa untuk tidak melakukan hal bodoh yakni merusak lingkungan. Satu perkataan yang menyentuh hati menyebutkan bahwa “Apakah jika pohon terakhir akan ditebang, dan mata air terakhir berhenti mengalir, baru saat itulah manusia sadar bahwa uang tidak dapat dimakan dan diminum.” Inilah satu perkataan yang memang dibenarkan kebenarannya.
          Kita dapat membayangkan ketika lingkungan hidup ini tidak dijaga dengan baik. Banyak sekali dampak dari itu semua yaitu dampak kesehatan dan keberlangangsungan manusia. Padahal, kita mengetahui bahwa Tuhan menyerahkan dunia ini kepada manusia untuk dikuasai bukan dieksploitasi. Keserakahan manusia merupakan satu penyakit kronis yang terkadang menghampiri. Dengan keserakahan, kita bertindak merusak alam yang berarti juga kita merusak diri sendiri, karena manusia adalah bagian dari alam.
          Penggunaan sastra sebagai cakra melalui karya sastra dan ajakan dalam orasi orang berpengaruh dirasa dapat lebih cepat memberika pengaruh terhadap masyarakat untuk tetap mencintai lingkungan. Karena satu keyakinan yang harus tertanam disini adalah kita tidak mewarisi bumi ini dari nenek moyang kita, kita menjaminnya dari anak cucu kita, maka hal utama yang harus dilakukan yakni mengembalikannya secara utuh. Manusia harus bersahabat dengan alam, jika tidak ingin menerima penderitaan.
               Lahirnya konsep ini memberikan satu angin segar terhadap lingkungan hidup yang memang harus kita jaga. Gagasan ini menjadi satu langkah pasti untuk menapaki ribuan kilo perjalanan dalam memberi pengaruh cinta lingkungan. Manusia memang memiliki karakter buruk sebagai perusak alam. Namun, manusia juga memiliki karakter baik yang memang harus diterapkan melalui penggunaan sastra dalam mewujudkan itu semua. Dengan optimisme tinggi, saya yakini bahwa menjadikan sastra sebagai cakra, menembus kepala jutaan jiwa dalam satu langkah menjaga lingkungan untuk peradaban akan terwujud. Dukungan dari semua pihak sangat dibutuhkan disini terutama dari masyarakat sebagai sasaran utama. (Teguh)


         


DAFTAR PUSTAKA

Dudung (2015), “Pengertian Sastra Menurut 15 Ahli dan KBBI”, http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-sastra-menurut-15-para-ahli-dan-kbbi/  diakses 19 April 2016.
Nurjanah, Rina (2015) “Benarkah Indonesia Dijajah Selama 350 Tahun?”, http://citizen6.liputan6.com/read/2292961/benarkah-indonesia-dijajah-selama-350-tahun diakses 2016
Rahman, Ade. (2014) 9 kata mutiara lingkungan hidup penuh makna http://katakata-mutiara.com/kata-mutiara-lingkungan-hidup.html diakses 18 Juni 2016.

Saefullah, Saad (2013) “Kutipan islami” https://www.islampos.com/65174-65174/ diakses 24 April 2016.

No comments:

Post a Comment