SASTRA MUDA : Sebuah Bunga Kenangan - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Friday, 6 February 2015

SASTRA MUDA : Sebuah Bunga Kenangan



SASTRA MUDA

Sebuah Bunga Kenangan


Siang itu sebuah awan gelap menutupi sinar mentari yang ingin berbagi keceriaanya.Terlihat di ujung pandangan seorang lelaki yang menyendiri dan menulis di kertas kecilnya. Sebut saja nama lelaki itu adalah abi...


Pencil yang berwarna biru menari-menari diatas kertas kosong dan menghasilkan gambar sesosok wanita yang cantik, disebelah gambar itu tertulis nama "andin". Ketika abi sedang asyiknya melukiskan apa yang dirasakannya, tiba-tiba seorang teman datang menghampirinya, "lagi apa lo sob?", tanya seorang teman yang bernama rudi. Tapi abi tak menjawab dan hanya menggerakkan jadinya diatas kertas itu. Rudi bingung melihat sobatnya tak seperti biasanya. "Kenapa lo?", tanya rudi lagi. Dari diam seribu bahasa, akhirnya abi menjawab pertanyaan rudi dengan kata-kata yang sangat singkat, "ga ada apa-apa sob". Mendengar jawaban dari abi, rudi langsung terdiam dan mencoba untuk mencari tahu apa yang di pikirkan oleh abi, dia pun lalu melihat sebuah kertas kecil milik abi, "ou jadi si andin yang buat lo kaya' gini". Abi lalu melihat ke arah rudi, "bukan-bukan dia, tapi gua sendiri yang buat gua kaya' gini", jawab abi.

Hari semakin gelap, perhalan rintik-rintik air kecil jatuh ke bumi dan membasahi tanah dan rerumputan yang sudah mengering. Tak ada satupun orang yang terlihat di halaman kampus itu, tapi masih terdengar suara riuh dan ramai di dalam ruangan-ruangannya. Terlebih lagi sebuah ruangan yang menjadi markas dari anak-anak pecinta alam. "Haahaahahaha...jadi si cupu itu nembak lo andin? ga nyadar diri apa dia!!!", "Hus lo jangan ngomong gitu donk Lus, ntar si andin ngambek lagi gebetannya dihina huahauahua!!!". Begitu kata-kata teman andin kepada andin yang bernama ratih dan lusi, begitu bahagianya mereka menghina sahabat mereka sendiri, yaitu andin. Andin kemudian menjawab kata-kata mereka, "Pd bener tuh si cupu!!!, ga ngaca dia!!!", jawab andin. Wah ternyata andin juga tak jauh berbeda dengan teman-temannya. Memang siapa yang mereka katakan cupu?, mungkin itu yang kita pikirkan, tiba-tiba mereka berkata lagi "eh lihat tuh si cupu datang!!!", kata teman-teman andin ketika melihat abi menghampiri andin. Ou jadi abi yang mereka maksud dengan sicupu!!!.

"Andin aku butuh ngomong ama kamu, aku mau kamu...", kata abi dengan sopan kepada andin. Tapi andin malah memotong perkataan abi dengan sombongnya "mau apa lo kesini, lo tu buat malu gua tahu ga!!!, ga ngaca apa lo!!! tampang lo mines kaya gitu!!!". Abi terkejut mendengar perkataan andin, dan lalu menjawab kata-kata yang sangat menyakitkan dari andin, "aku tahu mungkin aku ga pantas buat kamu, tapi kamu harus tahu, kalau aku sangat menyaangi kamu, lebih daripada sayangku kepada diriku sendiri". "Haahahahaha....!!! sok pujangga lo!!!, yuk ah ndin kita pergi aja, daripada ngedengar omongan sicupu ini!!!", kata lusi. Mereka lalu pergi meninggalkan abi yang hanya terdiam dengan sebuah kertas yang telah digambarnya berada di tanggannya.

Malam itu keheningan dan sepi dirasakan oleh abi, tak ada seorang pun yang mengerti apa dirasakannya, termasuk nyanyian jangkrik yang seakan menghina dirinya seperti yang dilakukan andin dan teman-temannya. Hanya cahaya rembulan yang redup mencoba untuk menghibur kesunyian abi, sinarnya seakan membatu abi menulis di kertas kecilnya. Ya memang abi selalu mencurahkan isi hatinya pada sebuah kertas kecil itu, seakan hanya kertas itulah tempatnya berbagi.

Esok hari mentari begitu cerahnya menerangi angkasa, suasana terlihat begitu bahagianya di kampus itu, tapi tidak dengan abi yang selalu terdiam sendiri semenjak dia menyatakan perasaannya kepada andin. Namun abi tak seakan tak pernah putus asa, dia lalu mendatangi andin lagi. Perlahan ia melangkahkan kakinya untuk menemui seorang yang sangat dicintainya, matanya seakan terus mencari dan melihat keberadaan andin, hingga akhirnya ia melihat andin sedang bercanda gurau dengan teman-temannya.

"Hai ndin,...maaf aku nganggu kamu lagi...", kata abi. Tapi lagi-lagi mereka menjawab dengan sombongnya, "mau apa lo kesini lagi!!! dasar ga punya malu lo ya!!!, eh lo kalau lo benar suka ama andin, lo harus buktiin ke kita-kita!!!, kata ratih. "Emang gimana cara aku buktiin kalau aku benar-benar sayang ke andin?", jawab abi. "Lo bisa ga ngambil bunga kesukaan andin?, kaya'nya lo ga bisa deh...lo kan cupu!!!", tanya ratih lagi dengan ketus. "Apa bunga yang kamu suka ndin?", tanya abi kepada andin. "Bunganya tu edelwis, tapi harus yang dari tempatnya!!! bisa ga?!!!", kata lusi dengan sombongnya. "Benar kamu suka edelwis?", tanya abi lagi kepada andin. Andin hanya menjawab pertanyaan abi dengan senyum di wajahnya. Entah apa arti dari senyum itu, apakah sebuah senyum yang tulus atau kemunafikan.

Abi seakan senang dengan tantangan dari andin dan teman-temannya itu, ia lalu pergi menemui rudi. Dan dia menceritakan apa yang dikatakan andin dan teman-temannya kepadanya, mendengar hal ini rudi sangat terkejut dan berkata "wah gila lo sob, ampe segitunya banget...cewekkan ga cuma dia doank, lagian lo kan belum pernah daki gunung, kita ga tahu keadaannya gimana". "Gua mohon sob, ga ada lagi orang yang bisa bantu gua", kata abi. Rudi lalu terdiam sesaat, dan kemudian berkata, "hmmm...ok karena lo yang minta, tapi sekali ni aja ya". Terlihat senyum di wajah abi, pertanda ia sangat bahagia mendengar jawaban dari rudi. "Kapan kita berangkat?, tanya rudi. "Besok aja haahahah....", jawab abi. "Gila lo hehehehe...", kata rudi.

Sementara itu di tempat andin dan teman-temannya, terdengar tawa yang begitu kerasnya..."hahahaha....mana mungkin si cupu itu bisa ngambil bunga edelwis", "tapi gimana kalau bisa?", kata andin. "Ya berarti lo harus pacaran ama dia donk hahahhaa!!!!", sindir ratih. Ketika mereka sedang asyiknya tertawa, tiba-tiba lusi mendatangi mereka dan langsung berkata "eh teman-teman, tadi gua dengar kabar kalau abi dan temannya bakal berangkat ngambil bunga edelwis, wah berani juga gebetan lo din haahahaha", kata lusi sambil tertawa. "Gua yakin dia ga bakal bisa...", kata andin menjawab perkataan teman-temannya sambil tersenyum kecil.


Hari-hari berlalu, sudah harmpir 5 hari semenjak abi dan rudi pergi mengambil edelwis. Tidak ada lagi seorang lelaki yang menggangu andin, begitu yang dipikirkannya, mungkin ia merasa tenang dengan tantangan yang diberikannya kepada abi, sehingga membuat abi tak lagi mendatanginya. "Eh gimana kabar gebetan lo ndin?", tanya lusi. "Iya nih, udah lima hari, kayak'nya dia gagal...mana mungkin dia bisa ngambil bunga edelwis, dia belum pernah daki gunung kan!!", balas ratih. Tapi tiba-tiba mereka melihat rudi sedang berjalan ke arah mereka. "wah guys tu sobatnya si cupu,,,kaya'nya dia kesini", kata ratih. Rudi berjalan dengan perlahan mendekati andin dan teman-temannya.

"Mana sobat lo sicupu?", kata ratih dengan tawanya. "Eh diam lo, gua ga butuh ngomong ama lo, gua cuma mau ngomong ama andin", jawab rudi. "Eh lo jangan ketus gitu ya...emang benar kok teman gua, mana sobat lo si abi cupu!!?", balas andin.

"Wah ternyata dugaan gua benar, lo tu sama sekali ga cocok buat teman gua!!!", jawab rudi. "Eh lo suruh sobat lo ngaca ya!!!, tampang minus gitu sok amat!!!", kata andin lagi. Ketika mereka sibuk beradu kata, rudi lalu menunjukkan sebuah bunga kepada andin. "Nih bunga yang lo minta, jangan kira abi ga bisa ngambilnya, lo harusnya bangga punya seorang yang benar-benar sayang ke diri lo!!!, lo pikir teman-teman lo ini lebih baik dari abi?, asal lo tahu mereka ngomongin lo dibelakang", kata rudi dengan marah.

Teman-teman andin lalu terdiam, dan seakan malu dan langsung meninggalkan andin dan rudi. Andin pun terkejut melihat tingkah teman-temannya itu, dan lalu berkata lagi kepada rudi, "maafin gua, tapi gua benar-benar ga ada niat untuk nyakitin abi". Rudi lalu menjawab kata-kata andin, "mending lo minta maaf aja langsung ke abi", kata rudi dengan mata yang berkaca-kaca. "Mana abi, gua mau ngomong ama dia", tanya andin. Rudi terdiam sesaat dan perlahan air mata jatuh dari matanya yang berkaca-kaca, lalu ia berkata dengan bibir yang bergetar "lo udah terlambat din, cuma bunga ini yang dititipkan abi ke gua sebelum...". Tapi andin langsung memotong perkataan rudi, "emang abi kenapa?",..."Abi...abi...", kata rudi yang lalu terdiam. "Abi kenapa!!!!?", kata andin sambil berteriak. "Abi kecelakaan ketika kami akan turun gunung, dan abi ga tertolong...gua tahu lo ga suka ama abi, gua mohon maafin kesalahan dia, dan tolong terima bunga ini, lo tahu,,,abi bahagia banget ketika bawa bunga ini, cuma bunga ini yang dipikirkannya, dan cuma lo nama terakhir yang diucapkannya ketika nafas terakhirnya...", kata rudi sambil menangis.

Andin hanya terdiam, dan terdiam. Terlihat tetesan air mata jatuh bagaikan bersayap dari matanya. Apakah andin menyesali apa yang telah dilakukannya?,,,dan apakah andin merasakan kehilangan seorang yang benar-benar menyayanginya?..."Maafin aku abi", kata andin sambil mencium sebuah bunga kenangan itu.


The End...

(PUTRA)

No comments:

Post a Comment