Alur Birokrasi dan Budaya Universitas Siliwangi - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Wednesday, 13 January 2016

Alur Birokrasi dan Budaya Universitas Siliwangi




Birokrasi berasal dari kata bureaucracy, diartikan sebagai suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, dimana lebih banyak orang berada ditingkat bawah dari pada tingkat atas, biasanya ditemui pada instansi yang sifatnya administratif maupun militer. Universitas merupakan salah satu lahan terjadinya birokrasi. Dan nampak nyata bagaimana birokrasi di Universitas Siliwangi ini. Dengan para petinggi di Universitas sebagai pengisi lahan atas piramida, hingga mahasiswa yang menempati posisi bawah piramida.

Universitas yang baru setahun menjadi Universitas negeri di Indonesia ini pasti mengalami begitu banyak perubahan dalam ketatanan petingginya karena hilangnya yayasan sebagai posisi tertinggi. Dan dengan begitu banyak pula rekontruksi terjadi karena banyak yang diambil oleh pihak yayasan setelah penegerian maung priangan timur ini. Aset-aset yang tersisa hanya sedikit hingga pihak universitas pasti membenahi apa yang telah hilang dengan uang anggaran pemerintah.

Dampak yang terjadi pada mahasiswa terutama mahasiswa lama yang sudah terbiasa dengan swasta adalah prosedur yang semakin ketat dan kurang fleksibel. Kekuasaan semakin terlihat di sini. Tentu saja hal ini tidak akaan lepas dengan politik daalam instansi. Kekuatan yaang dimiliki terlebih ppasti oleh pihak eksekutif diikuti legislatif lalu yudikatif. Dan pers atau media massa hadir sebagai pelengkap. Mahasiswa nampak seperti rakyat.

Realita yang kini ada teentang birokrasinya pun hampir sama dengan birokrasi di negeri ini, dan semoga saja tidak bobrok dan sehancur negeri ini. Maka kader-kader dari kalangan mahasiswa hadir sebagai agen perubah masa yang akan datang. Mahasiswa harus mengubah pola fikirnya yang apatis terhadap kejadian demi kejadian di universitas. Karena mereka nantinya akan menjadi aktor di negeri ini yang pastinya tidak bisa tinggal diam membiarkan kebobrokaan terjadi. Maka kritis ini diperlukan sebagai langkah awal perubahan demi masa depan universitas ini. Dan hadirnya kritik ini bukanlah sebagai pemberontakaan. Karena semuanya bertujuan untuk memperbaiki tanah yang mereka injak kini.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Bicara tentang budaaya berarti kita sedang berhadapan dengan kebiasaan. Dan disini dibahas tentang budaya Universitas Siliwangi. Budaya yang pasti akan berubah setelaah penegeriaan Universitas Siliwangi. Kenapa berubah? Terlihat dengan jelas semua berubah karena masuknya budaya baru di tanah sunda ini. Banyaknya mahasiswa dari luar taanah sunda hingga luar pulau jawa. Hal ini menjadinfaktor karena adanya kebiasaan-kebiasaan baru yang terjadi. Seperti kebiasaan orang dari Jakarta pasti berbeda dengan kebiasaan orang asli Tasikmalaya. Hal ini yang pastinya menjadi tugas baru bagi petinggi mahasiswa, bagaimana tetap menjaga nama baik tanah sunda dan menjaga budayanya tanpa menindas rakyat luar sunda itu sendiri.
Dampak negaatifnya adalah cara berpakaian dan tata bicara orang kota besar seperti itu yang lebih terbuka daan lebih kasar daripada yang ada disini. Juga cara pergaulan yang pastinya berbeda. Namun hal positif tetap ada, karena dengan adanya mahasiswa dari luar priangan timur, maka meningkatkan eksistensi universitas siliwangi itu sendiri. Selain itu banyak pula inovasi baru yang bisa ada dengan lahirnya budaya baru.
Realita yang terjadi, para petinggi ddi kalangan mahasiswa ternyata belum siap dengan perubahan ini dan masih bertumpu padda keebiasaaan lama. Yang harusnya tidak bersikap memaksa untuk mengikuti alur yang ada di unsil, namun kenyataannya sebagai mahasiswa baru mereka harus bergerak sesuai dengan "yang sejak dulu ada". Padahal hadirnya mereka harusnya menjadi bibit berubahan yang lebih baik. Nah, cara ini yaang harusnya diubah. Mereka hadir bukanlah sebagai pemberontak, tapi sebagai kader masa depan yang harus dipertimbangkan. Dididik dengan baik agar menghasilkan bibit unggul bagi negeri ini.

Iftihal Muslim Rahman, Pers Mahasiswa Universitas Siliwangi

No comments:

Post a Comment