Birokrasi berasal dari kata
bureaucracy, diartikan sebagai suatu organisasi yang memiliki rantai komando
dengan bentuk piramida, dimana lebih banyak orang berada ditingkat bawah dari
pada tingkat atas, biasanya ditemui pada instansi yang sifatnya administratif
maupun militer. Universitas merupakan salah satu lahan terjadinya birokrasi.
Dan nampak nyata bagaimana birokrasi di Universitas Siliwangi ini. Dengan para
petinggi di Universitas sebagai pengisi lahan atas piramida, hingga mahasiswa
yang menempati posisi bawah piramida.
Universitas yang baru setahun
menjadi Universitas negeri di Indonesia ini pasti mengalami begitu banyak
perubahan dalam ketatanan petingginya karena hilangnya yayasan sebagai posisi
tertinggi. Dan dengan begitu banyak pula rekontruksi terjadi karena banyak yang
diambil oleh pihak yayasan setelah penegerian maung priangan timur ini.
Aset-aset yang tersisa hanya sedikit hingga pihak universitas pasti membenahi
apa yang telah hilang dengan uang anggaran pemerintah.
Dampak yang terjadi pada
mahasiswa terutama mahasiswa lama yang sudah terbiasa dengan swasta adalah
prosedur yang semakin ketat dan kurang fleksibel. Kekuasaan semakin terlihat di
sini. Tentu saja hal ini tidak akaan lepas dengan politik daalam instansi.
Kekuatan yaang dimiliki terlebih ppasti oleh pihak eksekutif diikuti legislatif
lalu yudikatif. Dan pers atau media massa hadir sebagai pelengkap. Mahasiswa
nampak seperti rakyat.
Realita yang kini ada
teentang birokrasinya pun hampir sama dengan birokrasi di negeri ini, dan
semoga saja tidak bobrok dan sehancur negeri ini. Maka kader-kader dari
kalangan mahasiswa hadir sebagai agen perubah masa yang akan datang. Mahasiswa
harus mengubah pola fikirnya yang apatis terhadap kejadian demi kejadian di
universitas. Karena mereka nantinya akan menjadi aktor di negeri ini yang
pastinya tidak bisa tinggal diam membiarkan kebobrokaan terjadi. Maka kritis
ini diperlukan sebagai langkah awal perubahan demi masa depan universitas ini.
Dan hadirnya kritik ini bukanlah sebagai pemberontakaan. Karena semuanya
bertujuan untuk memperbaiki tanah yang mereka injak kini.
Budaya atau kebudayaan
berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari
buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi,
dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa
Indonesia.
Bicara tentang budaaya berarti
kita sedang berhadapan dengan kebiasaan. Dan disini dibahas tentang budaya
Universitas Siliwangi. Budaya yang pasti akan berubah setelaah penegeriaan
Universitas Siliwangi. Kenapa berubah? Terlihat dengan jelas semua berubah
karena masuknya budaya baru di tanah sunda ini. Banyaknya mahasiswa dari luar
taanah sunda hingga luar pulau jawa. Hal ini menjadinfaktor karena adanya
kebiasaan-kebiasaan baru yang terjadi. Seperti kebiasaan orang dari Jakarta
pasti berbeda dengan kebiasaan orang asli Tasikmalaya. Hal ini yang pastinya
menjadi tugas baru bagi petinggi mahasiswa, bagaimana tetap menjaga nama baik
tanah sunda dan menjaga budayanya tanpa menindas rakyat luar sunda itu sendiri.
Dampak negaatifnya adalah
cara berpakaian dan tata bicara orang kota besar seperti itu yang lebih terbuka
daan lebih kasar daripada yang ada disini. Juga cara pergaulan yang pastinya
berbeda. Namun hal positif tetap ada, karena dengan adanya mahasiswa dari luar
priangan timur, maka meningkatkan eksistensi universitas siliwangi itu sendiri.
Selain itu banyak pula inovasi baru yang bisa ada dengan lahirnya budaya baru.
Realita yang terjadi, para
petinggi ddi kalangan mahasiswa ternyata belum siap dengan perubahan ini dan
masih bertumpu padda keebiasaaan lama. Yang harusnya tidak bersikap memaksa
untuk mengikuti alur yang ada di unsil, namun kenyataannya sebagai mahasiswa
baru mereka harus bergerak sesuai dengan "yang sejak dulu ada".
Padahal hadirnya mereka harusnya menjadi bibit berubahan yang lebih baik. Nah,
cara ini yaang harusnya diubah. Mereka hadir bukanlah sebagai pemberontak, tapi
sebagai kader masa depan yang harus dipertimbangkan. Dididik dengan baik agar
menghasilkan bibit unggul bagi negeri ini.
Iftihal Muslim Rahman, Pers
Mahasiswa Universitas Siliwangi
No comments:
Post a Comment