Bisa memperoleh tempat di bangku kuliah merupakan suatu
kemewahan tersendiri bagi sebagian besar orang. Bagaimana tidak? Perjuangan
yang di tempuh bagi calon mahasiswa untuk dapat menjalani studi di bidang dan
Perguruan Tinggi impiannya memang tidaklah mudah. Serangkaian tes dan
persyaratan harus di tempuh dan di penuhi, belum lagi biaya kuliah yang masih
terbilang mahal. Di sisi lain pemerintah juga sudah berupaya untuk meringankan
beban biaya pendidikan di Perguruan Tinggi,
melalui program Bidik Misi juga beberapa beasiswa untuk mahasiswa berprestasi
dan kurang mampu. Meski begitu, masih banyak lulusan SMA maupun SMK yang tidak
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan berbagai
kendala yang ada. Untuk itu, bagi kita, kalian, yang sekarang ini sudah
terdaftar dan menempuh pendidikan di kampus manapun, kita semua patut bersyukur
dan merasa bangga telah mendapatkan suatu kemewahan yang belum tentu bisa di
dapatkan oleh orang lain.
Menyandang
predikat ‘mahasiswa’ tentunya tanggung jawab, hak serta kewajiban yang kita
miliki juga berbeda dengan ‘siswa’. Mahasiswa, selain sebagai insan intelektual
juga berperan sebagai Agent of Change, Moral Value dan Social
Control. Dimana mereka dituntut untuk dapat menyelenggarakan perubahan ke
arah yang lebih baik, menjadi cerminan dan panutan moral bangsa, serta memiliki
peranan sosial di lingkungan sekitarnya. Jangan sampai kita menyandang status
‘mahasiswa’ tapi masih bermental ‘siswa’.
Banyak dari kita yang menyadari hal itu tapi masih belum
mampu berbuat banyak. Kenyataannya, sekarang ini sudah banyak klasifikasi
mengenai tipe-tipe mahasiswa, seperti; mahasiswa kupu-kupu yang setelah kuliah
langsung pulang, mahasiswa kunang-kunang yang selalu ‘nangkring’ entah
melakukan apa sampai pada perilaku hedonis—menghabiskan
waktu untuk kesenangan duniawi, mahasiswa kura-kura yang selalu disibukkan
dengan rapat dan kegiatan organisasi, sampai pada mahasiswa gentayangan yang
hampir tidak pernah menampakkan wajahnya di ruang kelas dan tiba-tiba muncul
saat UTS maupun UAS.
Kembali pada tujuan utama kuliah, tentunya setiap
mahasiswa ingin lulus dengan mendapat IPK tinggi hingga sempurna. Dengan begitu
semua pengorbanan atas waktu, biaya, tenaga, bisa terbayar lunas. Memperoleh IPK
tinggi disinyalir merupakan suatu indikator bagi seorang sarjana yang melamar
pekerjaan sesuai bidangnya untuk dapat diterima di setiap pekerjaan yang
diminati. Oleh karena itu, tidak sedikit mahasiswa yang lebih mementingkan
akademik di atas segalanya, terlepas itu adalah keinginan dari mereka sendiri
maupun tekanan dari orang tua dan lingkungan.
Tentunya akan sangat membanggakan jika seorang
mahasiswa bisa lulus dengan cepat dan mendapat IPK tinggi. Namun, bila kita
telaah lebih lanjut, mengejar IPK bukanlah esensi dari kuliah. Sebagaimana
kenyataan saat ini bahwa sebanyak 400 ribu lulusan sarjana S1 menganggur. Lalu, untuk
apakah IPK cumlaude yang telah mereka dapatkan? Bahkan seorang mahasiswa di
Inggris saking frustasinya sampai nekat menjual ijazahnya seharga Rp698,6 Juta. Bahkan banyak sarjana yang merasa
bahwa jumlah uang yang mereka habiskan untuk mendapatkan gelar tersebut tidak
sebanding dengan pekerjaan mereka, dan
lagi hanya sekitar 27% dari lulusan yang bekerja sesuai dengan bidang studi
mereka.
Lepas dari kenyataan
tersebut, ada baiknya kita jangan terlalu melihat sisi pahitnya saja, meskipun
kita juga tetap harus mengetahui akan fakta-fakta yang terjadi. Justru dengan
itu, kita bisa menyikapi secara lebih bijak lagi. Ada baiknya jangan berat
sebelah, IPK memang penting namun akan lebih bermakna jika selama kita
menjalani perkuliahan, kita bisa ikut berkontribusi terhadap lingkungan sekitar
kita sampai cakupan yang lebih luas, negeri kita tercinta. Misalnya, kita bisa
ikut aktif berorganisasi baik dalam dan luar kampus, berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan positif, mengembangkan minat dan bakat, serta mengeluarkan aspirasi
dalam bidang agama, kesenian, sosial dan yang lainnya.
Pada
akhirnya kita dipersiapkan untuk terjun ke masyarakat, menjadi bagian dari
masyarakat yang seutuhnya. Sebagai seseorang yang telah mengenyam bangku
perkuliahan dan menyandang status sebagai seorang mahasiswa, tentunya kita
harus berbeda dari masyarakat lainnya. Dan sekali lagi, kuliah bukan sekedar
mendapatkan IPK tinggi dan memperoleh pekerjaan impian. Tapi bagaimana akhirnya
kita dapat berkontribusi terhadap lingkungan dan masyarakat, dapat memberikan
perubahan berarti bagi diri sendiri dan orang lain, bahkan bagi bangsa dan
negara.
Seribu orang tua hanya dapat bermimpi,
satu orang pemuda dapat mengubah dunia” - Ir. Soekarno.
No comments:
Post a Comment