Kuliah? Bukan Sekadar Mengejar IPK - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Tuesday, 15 December 2015

Kuliah? Bukan Sekadar Mengejar IPK


                Bisa memperoleh tempat di bangku kuliah merupakan suatu kemewahan tersendiri bagi sebagian besar orang. Bagaimana tidak? Perjuangan yang di tempuh bagi calon mahasiswa untuk dapat menjalani studi di bidang dan Perguruan Tinggi impiannya memang tidaklah mudah. Serangkaian tes dan persyaratan harus di tempuh dan di penuhi, belum lagi biaya kuliah yang masih terbilang mahal. Di sisi lain pemerintah juga sudah berupaya untuk meringankan beban  biaya pendidikan di Perguruan Tinggi, melalui program Bidik Misi juga beberapa beasiswa untuk mahasiswa berprestasi dan kurang mampu. Meski begitu, masih banyak lulusan SMA maupun SMK yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan berbagai kendala yang ada. Untuk itu, bagi kita, kalian, yang sekarang ini sudah terdaftar dan menempuh pendidikan di kampus manapun, kita semua patut bersyukur dan merasa bangga telah mendapatkan suatu kemewahan yang belum tentu bisa di dapatkan oleh orang lain.
            Menyandang predikat ‘mahasiswa’ tentunya tanggung jawab, hak serta kewajiban yang kita miliki juga berbeda dengan ‘siswa’. Mahasiswa, selain sebagai insan intelektual juga berperan sebagai  Agent of Change, Moral Value dan Social Control. Dimana mereka dituntut untuk dapat menyelenggarakan perubahan ke arah yang lebih baik, menjadi cerminan dan panutan moral bangsa, serta memiliki peranan sosial di lingkungan sekitarnya. Jangan sampai kita menyandang status ‘mahasiswa’ tapi masih bermental ‘siswa’.
Banyak dari kita yang menyadari hal itu tapi masih belum mampu berbuat banyak. Kenyataannya, sekarang ini sudah banyak klasifikasi mengenai tipe-tipe mahasiswa, seperti; mahasiswa kupu-kupu yang setelah kuliah langsung pulang, mahasiswa kunang-kunang yang selalu ‘nangkring’ entah melakukan apa sampai pada perilaku hedonis—menghabiskan waktu untuk kesenangan duniawi, mahasiswa kura-kura yang selalu disibukkan dengan rapat dan kegiatan organisasi, sampai pada mahasiswa gentayangan yang hampir tidak pernah menampakkan wajahnya di ruang kelas dan tiba-tiba muncul saat UTS maupun UAS.
Kembali pada tujuan utama kuliah, tentunya setiap mahasiswa ingin lulus dengan mendapat IPK tinggi hingga sempurna. Dengan begitu semua pengorbanan atas waktu, biaya, tenaga, bisa terbayar lunas. Memperoleh IPK tinggi disinyalir merupakan suatu indikator bagi seorang sarjana yang melamar pekerjaan sesuai bidangnya untuk dapat diterima di setiap pekerjaan yang diminati. Oleh karena itu, tidak sedikit mahasiswa yang lebih mementingkan akademik di atas segalanya, terlepas itu adalah keinginan dari mereka sendiri maupun tekanan dari orang tua dan lingkungan.
Tentunya akan sangat membanggakan jika seorang mahasiswa bisa lulus dengan cepat dan mendapat IPK tinggi. Namun, bila kita telaah lebih lanjut, mengejar IPK bukanlah esensi dari kuliah. Sebagaimana kenyataan saat ini bahwa sebanyak 400 ribu lulusan sarjana S1 menganggur. Lalu, untuk apakah IPK cumlaude yang telah mereka dapatkan? Bahkan seorang mahasiswa di Inggris saking frustasinya sampai nekat menjual ijazahnya seharga Rp698,6 Juta. Bahkan banyak sarjana yang merasa bahwa jumlah uang yang mereka habiskan untuk mendapatkan gelar tersebut tidak sebanding dengan pekerjaan mereka,  dan lagi hanya sekitar 27% dari lulusan yang bekerja sesuai dengan bidang studi mereka.
            Lepas dari kenyataan tersebut, ada baiknya kita jangan terlalu melihat sisi pahitnya saja, meskipun kita juga tetap harus mengetahui akan fakta-fakta yang terjadi. Justru dengan itu, kita bisa menyikapi secara lebih bijak lagi. Ada baiknya jangan berat sebelah, IPK memang penting namun akan lebih bermakna jika selama kita menjalani perkuliahan, kita bisa ikut berkontribusi terhadap lingkungan sekitar kita sampai cakupan yang lebih luas, negeri kita tercinta. Misalnya, kita bisa ikut aktif berorganisasi baik dalam dan luar kampus, berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan positif, mengembangkan minat dan bakat, serta mengeluarkan aspirasi dalam bidang agama, kesenian, sosial dan yang lainnya.
            Pada akhirnya kita dipersiapkan untuk terjun ke masyarakat, menjadi bagian dari masyarakat yang seutuhnya. Sebagai seseorang yang telah mengenyam bangku perkuliahan dan menyandang status sebagai seorang mahasiswa, tentunya kita harus berbeda dari masyarakat lainnya. Dan sekali lagi, kuliah bukan sekedar mendapatkan IPK tinggi dan memperoleh pekerjaan impian. Tapi bagaimana akhirnya kita dapat berkontribusi terhadap lingkungan dan masyarakat, dapat memberikan perubahan berarti bagi diri sendiri dan orang lain, bahkan bagi bangsa dan negara.
Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia” - Ir. Soekarno.


 Oleh: Jihan Muthia zalfa





No comments:

Post a Comment