Gemercik News - Universitas Siliwangi (22/10) 180 mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Siliwangi yang terdiri dari tingkat 1, 2, dan 3 meramaikan Gedung Mandala pada Senin siang. Hal tersebut sehubungan dengan diselenggarakannya Diskusi Kebangsaan MPR Goes To Campus yang mengangkat tema “Penataan Kewenangan MPR." Dihadiri oleh 6 Pemateri yang berasal dari MPR-RI dan Universitas Siliwangi, diantaranya adalah Drs. H. Ahmad Zacky Siradj, M.Si., dan Agun Gunandjar Bc.IP., M.Si., yang merupakan anggota Badan Pengkajian MPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Tommy Andana, S.IP., M.AP., yang merupakan Kepala Biro Bagian Pengolahan Data Pengkajian MPR RI, serta 3 orang lainnya yang merupakan Dosen FISIP Unsil, yakni Edi Kusmayadi, M.Si., Akhmad Satori, S.IP., M.Si., Subhan Agung, S.IP., M.A. Diskusi ini dianggap perlu karena memberikan pemahaman bahwa penataan kewenangan yang berkaitan dengan konstitusi Indonesia dapat ditata dengan keterbukaan pada adanya kritik yang masuk dan pelaksanaan kedepannya akan bergantung pada platform lembaga MPR hasil Pemilu yang akan datang.
Agun Gunandjar Sudarsa, Bc.IP., M.Si. selaku anggota Badan Pengkajian MPR RI dari Fraksi Partai Golkar yang juga merupakan anggota Komisi III DPR RI menginginkan dengan adanya diskusi ini, mahasiswa dapat mengetahui sedikit bahan informasi serta pengetahuan dan pengalaman untuk bisa melihat calon-calon wakil yang akan dipilih memiliki visi kenegaraan, memahami konstitusi atau justru tidak sama sekali. Beliau juga mengatakan, penataan itu menjadi penting apabila di kemudian hari ada konstruksi arus tuntutan masyarakat yang sudah sampai pada titik jenuh karena banyaknya money politic pada saat pemilihan, sehingga penataan ini dilakukan untuk memberi kesiapan pada MPR, sehingga ketika arus itu datang MPR sudah siap dengan apa yang harus dilakukan kedepannya dan tidak hanya menjadi mimpi melainkan dilakukan dengan perencanaan.
Tidak hanya dilaksanakan di Universitas Siliwangi, diskusi ini juga pernah diadakan di Universitas Bangka Belitung, Universitas Hassanudin, Universitas Brawijaya, dan akan diadakan di Universitas Galuh dalam waktu dekat. Beliau menuturkan, mahasiswa menjadi sasaran utama diskusi ini karena merupakan Agent Of Change.
Beliau menyampaikan harapannya bahwa “Tentunya kehidupan konstitusi kita semakin bermartabat, semakin baik, dan dia tahu pilihan itu juga tetap dalam koridor hukum tata negara kita. Saya ingin menciptakan konstitusi ini berjalan dinamis, tidak dalam kondisi yang tegang tetapi rileks, pemilu yang damai, pemilu yang bersih, pemilu yang bermartabat, bukan yang menyeramkan apalagi menakutkan."
Terakhir, beliau menutup wawancara dengan menyampaikan kesan dan pesannya pada diskusi Senin siang, “Saya kenal dekat Unsil sejak awal didirikan, Saya adalah Dewan Pembina Universitas Galuh, dan kenapa di Unsil? Unsil sudah jadi negeri hari ini, saya ingin melihat perubahan-perubahan yang terjadi seperti apa. Gak berlebihan kan kalau saya dengan puisi terakhir, saya bangga berdiri disini di Universitas Siliwangi, Silih Wawangi, bukan saling membenci diantara sesama warga negeri ini,” tutur Agun mengakhiri wawancara.
(Erika & Yusya)
No comments:
Post a Comment