Stres pada Mahasiswa Rentan Membawa Masalah Lain
Oleh: Iftihal Muslim Rahman
Sumber gambar: Arif Renaldi
Kalangan mahasiswa sangat erat kaitannya dengan stres, entah karena masalah dengan teman sebaya di kampus, urusan organisasi, tugas kuliah, beasiswa yang tak kunjung cair hingga galau atau rasa sedih yang berlebihan. Padahal stres sendiri bisa menimbulkan penyakit lainnya jika terus terjadi dan tidak coba untuk diobati.
Hal yang bisa diderita mahasiswa apalagi mereka yang tidak tinggal di rumah alias indekos adalah stres yang sangat berdampak pada kesehatan. Bagaimana tidak, stres bisa saja membuat kita lupa untuk makan atau bahkan malah jadi makan berlebihan. Ada pula yang menjadi insomnia hingga bunuh diri. Hal menakutkan seperti itu sudah banyak terjadi di kalangan mahasiswa.
Dampak dari stres yang mungkin kita semua pernah rasakan ada banyak. Pertama, kita bisa masuk angin akibat jalan-jalan tidak jelas untuk menghilangkan stres. Kedua, akibat banyak pikiran kita juga bisa tekena diare. Ketiga, tugas apapun itu jadi tidak selesai akibat stres, entah itu tugas kuliah hingga tugas membersihkan kamar kos. Mahasiswa yang tidak terkontrol oleh orang tua pastinya bisa hidup seenaknya di kamar kos, bukan?
Keempat, kita mencari jalan pintas yang ekstrem untuk menyelesaikan masalah, yakni dengan bunuh diri atau membunuh orang lain. Hal tersebut sudah tidak asing di kalangan mahasiswa. Tanpa pengawasan yang kuat, rasa putus asa pada stres memang bisa membawa kita pada pikiran untuk mengakhiri hidup. Namun yang perlu kita pahami ialah, bunuh diri tidak menyelesaikan masalah tapi justru menambah bahkan mempersulit masalah.
Kelima, kita jadi murung dan mulai mengurung diri, merasa dunia seolah menghakimi kita padahal sebenarnya tidak. Perasaan seperti itu bisa ada karena kita sendiri yang menginginkan rasa itu ada. Jika kita mulai membuka diri dan perlahan merasa baik-baik saja, maka yang terjadi adalah keadaan yang baik.
Keenam, kebalikan dari yang kelima, kita jadi semakin liar dalam bergaul dengan menumpahkan segalanya pada kenakalan, pesta sex, mabuk meminum alkohol atau khamr hingga drugs. Inilah dampak buruk yang akan membuat keburukan lainnya terjadi lebih dahsyat. Kenikmatan sesaat itu justru akan membawa masalah lainnya. HIV/AIDS merupakan hal yang bisa mewakili segala dampak dari poin keenam ini. Kenapa harus kita hindari? Karena jarum jam tidak akan berputar ke kiri, akan tetap berjalan ke depan bukan berjalan mundur, sehingga apa yang terjadi sudah seharusnya dilalui, dan lagi-lagi dengan tabah.
Banyak hal lainnya yang bisa membuat kita sakit karena stres, padahal sebenarnya perasaan seperti itu bisa untuk kita atasi. Hanya saja pengontrolan emosi yang kurang baik malahan membuat kita seenaknya dalam berpikir. Sikap dewasa dan merasa status sebagai mahasiswa adalah sebuah tanggung jawab besar sehingga kita bisa dengan santai menghadapi persoalan yang sedang kita hadapi seburuk apapun itu.
Tips-tips untuk menghilangkan stres sebenarnya sudah banyak beredaran di google, hanya tinggal kita memilih dengan cara apa menghilangkan rasa beban tersebut. Beberapa caranya antara lain dengan tidur. Namun sebelum tidur cobalah berpikir cara penyelesaian suatu masalah yang sedang dihadapi atau membuat perasaan menjadi tenang, karena dengan mengistirahatkan diri membuat kita bisa berpikir jernih. Selain itu, bagi umat beragama, kita bisa berpasrah kepada Tuhan untuk memberikan petunjuk agar masalah yang kita hadapi dapat selesai.
Tidak ada hal yang terlalu sulit untuk diselesaikan. Semua kembali pada kemauan kita untuk menyelesaikannya. Mulailah menjadi mahasiswa cerdas, karena mahasiwa bukan hanya menyelesaikan masalah pribadinya tetapi juga masalah masyarakat. Jika mahasiswa sudah tidak bisa mengurus dirinya, bagaimana ia akan mengabdi pada masyarakat? Jangan sampai gagal menerima predikat sebagai mahasiswa, bersikaplah sebagaimana seorang mahasiswa, bukan pecundang.
No comments:
Post a Comment