Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi melaksanakan kegiatan aksi terkait Hari Buruh Tani ke 56 yang jatuh pada tanggal 24 September. Mahasiswa FAPERTA ini menjalankan aksi pada hari Senin, 26 September 2016. Aksi dilaksanakan di tiga tempat, yakni ke Balai Kota Tasikmalaya, DPRD Tasikmalaya dan Tugu Adipura. Mahasiswa Pertanian ini membagikan adetasi dan hal-hal terkait Hari Buruh Tani ini.
Proses sebelum melaksanakan aksi ialah administrasi, termasuk administrasi eksternal ke pihak kepolisian. Kemudian memberikan pemahaman pada angkatan 2016 terkait manajemen aksi. Pada pelaksanaan aksi ini, mahasiswa juga memberikan orasi-orasi politik dan melontarkan isu-isu terkait Hari Buruh Tani.
Aksi ini bukan hanya untuk memperingati Hari Buruh Tani, namun juga menuntut terkait tidak adanya progres bagi para petani yang mana ada kesalahan dari pemerintahan terkait penegakkan hukum UU REFORMA AGRARIA NOMOR 5 TAHUN 1960, di mana pada pasal 9 ayat 1 dan 2 bahwasannya pengelolaan sumber daya air dan tanah di seluruh Indonesia milik warga negara dan dikelola warga negara. Pada kenyataannya pada saat ini banyak tanah yang dikelola oleh asing. “Kita kemarin juga mengkaji yang rilis dari CNN TV dari 74% tanah di seluruh Indonesia hanya 0,24% yang dimiliki oleh Petani,” jelas Hamdan Taufik Fikri selaku Koordinator Lapangan (koorlap) pada aksi tersebut.
Sayangnya mahasiswa pertanian yang aksi tidak bertemu dengan Walikota Tasikmalaya. “Kemarin ada di ASDA dan direkomendasikan nantinya akan ada audiensi dari pihak mahasiswa asal tidak lebih dari tanggal 21 Oktober 2016 karena itu cuti,” tambah Hamdan. Saat audiensi nanti akan menyoroti 3 hal, yakni penegakkan reforma agraria di Kota Tasikmalaya, mewujudkan cita swasembada pangan dan hentikan pengalih fungsian lahan di Kota Tasikmalaya yang marak dari tahun 2007.
Pada audiensi nantinya tidak hanya mahasiswa dari angkatan 2011 sampai 2016, namun dari pihak dosen Fakultas Pertanian pun di undang pada audiensi tersebut. “Saya merindukan aksi-aksi mahasiswa yang berani turun ke jalan, saat ini di unsil sendiri sangat jarang aksi-aksi ke jalan. Karena kalo kita lihat organisasi fakultas di UNSIL ini semuanya di tuntut menjadi EO, tidak ada berbasis pergerakan. Lewat fakultas pertanian ialah upaya pencerahan, penyadaran pada mahasiswa yang ada di UNSIL teruslah disuarakan," tutur Hamdan.
Mahasiswa Fakultas Pertanian berharap pada pemerintah untuk memfasilitasi terkait kesejahteraan, seperti dalam swasembada pangan yang di dalamnya ada pembagian pupuk, pembagian bibit dan pembagian alat. Namun dalam tuntutan pada pemerintah diharap pula peningkatan sumber daya manusia di Petani, karena saat ini petani tidak efektif. “Data dari BPS, dari 600.000 bayi yang lahir di Tasikmalaya, 600 itu gizi buruk. Pun Tasikmalaya juga sebagai kota termiskin se Jawa Barat. Itu yang harus kita rubah, karena julukan untuk Kota Tasikmalaya akan bertambah, bukan hanya Kota Santri, tapi juga Kota Miskin, Kota Banjir, dan lain-lain, ”jelas Hamdan.
Hamdan berharap untuk mahasiswa harus istiqomah terkait dengan pergerakan-pergerakan, penyuaraan-penyuaraan keadilan, karena itu yang sulit. “Kita berharap lebih banyak diskusi terkait kebijakan dari pemerintah yang tidak pro terhadap rakyat,” tutup Hamdan. (Ifithal&Ainun)
No comments:
Post a Comment