Persma Adalah Pahlawanku di Universitas Siliwangi - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Tuesday, 10 November 2015

Persma Adalah Pahlawanku di Universitas Siliwangi



BIODATA PENULIS
Nama               : Rini Saraswati
Jurusan            : Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Alamat                        : Kp. Babakan Rt/Rw : 006/003 Ds. Cidugaleun
                          Kec. Cigalontang Kab. Tasikmalaya 46463
No. Hp                        : 0857 9529 7160
Email               rinisaraswati65@gmail.com
Fb                    : Rini Saraswati
Blog                : rinisaraswati18.blogspot.com

            Hentakkan kaki di koridor luar kelas disertai canda tawa mengenai obrolan yang entah apa judulnya, seringkali menganggu konsentrasi belajar para mahasiswa. Sontak setelahnya sebagian dari mereka merasa ingin cepat keluar, ya memang karena arah fokus mereka bukan terhadap materi yang disampaikan dosen lagi melainkan terhadap rencana kegiatan mereka setelah jam mata kuliah berakhir. Tak terkecuali dengan Nadya Azzahra mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia.
            Saat itu, kondisi Nadya bisa dibilang dalam keadaan baik. Konsentrasinya tak pernah sedikitpun goyah. Pandangannya terus melekat terhadap mata lain yang kini menjadi pusat perhatiannya, siapa lagi kalau bukan Bunda Yuyun. Dosen yang selama ini menjadi motivasi bagi dirinya untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Akan tetapi, entah muncul darimana sebingkai kegelisahan mulai menerkam hati dan pikiran Nadya.
“oh Tuhan... butuh waktu berapa lama lagi aku untuk segera keluar menyelesaikan jam mata kuliah ini? Aku harus pergi.” Ucapnya dengan suara yang tak begitu keras tapi dapat terdengar oleh teman sejawatnya yang bernama Nabila.
“kamu kenapa Nad? Ada masalah? Mata kuliah bunda tinggal sepuluh menit lagi kok.” Bisik Nabila ke telinga Nadya.
            Nadya tak begitu mengenyahkan perkataan temannya itu. Ia hanya mengangguk pelan dan kembali mencoba mengarahkan fokus perhatiannya lagi terhadap materi yang sedang disampaikan. Tapi anehnya, cara itu tak begitu berhasil. Nadya tetap merasa gelisah. Kemudian, Nadya ambil pulpen dan menulis di secarik kertas.
Aku akan selalu mengingatmu dalam hal apapun
Segala tentangmu dan segala pesan dan amanatmu terhadapku
Aku akan mencoba mencintai apa yang kamu cintai
Aku akan coba menjalani apa yang selama ini kamu jalani
Aku akan melanjutkan cita-cita dan perjuanganmu, Nar
            Sepuluh menit yang terasa menyesakkan itu pun berlalu, lantas Nadya pergi ke Mesjid untuk menunaikan Shalat Ashar. Setelahnya, Nadya langsung bergegas ke tempat yang sedari tadi menjadi fokus dalam hati dan pikirannya. Ya, Nadya pergi ke sebuah bascamp UKM yaitu Pers Mahasiswa.
            Persma bagi Nadya bukan hanya sebuah keinginan semata tetapi lebih mengarah ke sebuah kebutuhan. Entah mengapa hal itu bisa terjadi. Yang ia tahu, di persma ia menemukan sebuah kebebasan. Di persma ia menemukan sebuah kesempatan. Kini ia tak lagi membungkam semuanya sendirian. Yang ia tahu dan yang ingin ia beritahukan dapat dengan mudah ia luapkan di Persma. Sejak saat itu ia menyadari bahwa persma adalah pahlawan baginya. Disepanjang jalan Nadya teringat sesuatu.
Jumat, 19 juni 2015
            Suasana terasa sangat sepi di persimpangan jalan. Disana terlihat dua orang anak remaja yang mengenakan seragam putih abu. Mereka duduk bersebelahan sembari menatap ke arah jalan. Kebetulan saat itu sedang hujan deras. Seorang Remaja laki-lai tersebut memulai pembicaraan kepada seorang wanita disampingnya.
“nad, kamu kenapa? Kalau kamu ada masalah kamu bilang sama aku. Jangan apa-apa kamu simpan sendirian. Masalah kamu harus kamu hadapi. Jangan kamu hanya meratapinya saja. Kamu ceritakan semuanya kepada oranglain yang kamu percaya. Apabila kamu ga sanggup. Cobalah kamu ceritakan nya lewat tulisan. Apa yang kamu inginkan. Segala yang mengganjal dalam pikiran mu tuangkanlah disana. Menulislah Nad, jangan kamu sia-siakan bakat kamu itu. Kamu harus terus berkarya. Kamu jangan hanya berhenti pada satu titik saja. Kamu pasti bisa. Kamu pasti bisa. Mulailah nad.” Kata laki-laki disamping Nadya.
            Sejak saat itu, Nadya tersadar kemampuan dia yang lemah dalam berbahasa bukan alasan baginya untuk tidak menuangkan berbagai ide dan gagasan dalam pikirannya. Ia bisa menulis. Apa yang ingin ia ungkapkan bisa tersampaikan kepada orang lain lewat itu. Dan di Pers Mahasiswa itulah segala aspirasinya dapat ditampung tanpa terkecuali. Entah itu sebuah berita, essai, ataupun karya sastra.
Terimakasih Dinar, terima kasih Pers Mahasiswa dan terima kasih Universitas Siliwangi.

***


No comments:

Post a Comment