Foto By: Rosi Risallah
(ket : Mahasiswa Unsil Sadar Sejarah berpoto di Taman Makam Pahlawan)
(ket : Mahasiswa Unsil Sadar Sejarah berpoto di Taman Makam Pahlawan)
Setelah Jepang
mengaku kalah kepada sekutu, pejuang Indonesia di Surabaya atau biasa dikenal
dengan “Arek-arek Surabaya” mulai melucuti senjata tentara Jepang yang masih
berada di Indonesia. Namun, tanpa tahu malu pihak NICA ( masih ada campur
tangan Belanda ) memberikan ultimatum untuk menyerahkan senjata tersebut kepada
pihak mereka.
Bangsa Indonesia
jelas terhina, kita sudah merdeka tapi mengapa Belanda terus ikut campur kepada
negara kita? Ditambah dengan dikibarkannya bendera merah putih biru di hotel
Yamato. Indonesia merasa menjadi negara merdeka yang tidak dihargai oleh
Belanda. Karena hal itu terjadilah perang dari tanggal 10 Nopember yang menjadi
awal mula hingga gugurnya lebih dari 6000 orang. Banyak rakyat mengungsi,
Surabaya hancur.
Karena itu
merupakan perang besar-besaran dan merupakan perjuangan dan perang pertama
setelah kemerdekaan, maka tanggal 10 Nopember diresmikan menjadi Hari Pahlawan Nasional.
Selasa, 10 Nopember
2015, Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Siliwangi mencoba mengingatkan
kembali kita tentang hari pahlawan. Berbagai acara mereka laksanakan untuk
memeringati hari pahlawan.
Diantaranya adalah
ziarah dan apel di Taman Pahlawan Nasional, Jalan Kusuma Bangsa. Ziarah ini
dihadiri oleh Walikota Tasikmalaya dan beberapa pihak lainnya. Para mahasiswa
menempuh perjalanan dari kampus dengan berjalan kaki.
Selanjutnya
terlaksana pula upacara resmi di Universitas Siliwangi, lalu setelah itu
tepatnya pukul 1 siang diadakan diskusi Mahasiswa Pendidikan Sejarah untuk
mengkritisi tentang “Mengapa Hari Pahlawan Nasional dapat Diperingati?”.
Diskusi berjalan dengan lancar dan dapat menghasilkan sedikitnya kesimpulan
yang sudah diuraikan diatas.
Salah satu
partisipan Teti Sumiati (Mahasiswi Pendidikan Sejarah angkatan 2015) mengatakan
“Acaranya sangat bermanfaat. Saya dapat mengetahui nama-nama pahlawan yang
sebelumnya tidak saya ketahui seperti Bapak Wiyardi yang merupakan pahlawan
asal Tasikmalaya. Lalu mengetahui lebih dalam tentang latar belakang hari
pahlawan, dan jelasnya acara ini dapat membuat kami lebih menghargai jasa
pahlawan. Acara ini sangat terasa kebersamaan dan perjuangannya. Karena jalan
kaki kami dapat mengambil hikmah sebagai anak muda janganlah banyak mengeluh.
Kalau jalan segini saja sudah capek, apalagi dengan perjuangan
pahlawan-pahlawan dahulu dalam melawan penjajah? Acara ini telah memberikan
kami pelajaran berharga.”
Ya, hari Pahlawan
memang tidak menjadi hari libur nasional. Namun dengan seperti itu, layaknya
kita dapat terus memperingati dan menghargai jasa para pahlawan. Mereka
berjuang bukan dengan gigit jari, mereka berjuang demi kita untuk memberikan
yang terbaik bagi negeri. Jangan hanya diam dan menjadi bangsa yang menikmati
lalu merusak negeri ini secara perlahan.
Pahlawan
mengingatkan kita tentang satu hal, perjuangan itu tidak mudah. Setelah kita
merdeka semua tidak akan berjalan tenang begitu saja. Setelah itu akan ada
kebahagiaan, maka layaknya hargailah jasa para pahlawan karena mereka berjuang
bukan untuk hal yang sia-sia di masa sekarang.
(Rosi Risalah
Prajabnasti)
No comments:
Post a Comment