PENDIDIKAN SEJARAH UNSIL MENGKRITISI HARI PAHLAWAN TASIKMALAYA - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Wednesday, 11 November 2015

PENDIDIKAN SEJARAH UNSIL MENGKRITISI HARI PAHLAWAN TASIKMALAYA




Foto By: Rosi Risallah
(ket : Mahasiswa Unsil Sadar Sejarah berpoto di Taman Makam Pahlawan)

Setelah Jepang mengaku kalah kepada sekutu, pejuang Indonesia di Surabaya atau biasa dikenal dengan “Arek-arek Surabaya” mulai melucuti senjata tentara Jepang yang masih berada di Indonesia. Namun, tanpa tahu malu pihak NICA ( masih ada campur tangan Belanda ) memberikan ultimatum untuk menyerahkan senjata tersebut kepada pihak mereka.

Bangsa Indonesia jelas terhina, kita sudah merdeka tapi mengapa Belanda terus ikut campur kepada negara kita? Ditambah dengan dikibarkannya bendera merah putih biru di hotel Yamato. Indonesia merasa menjadi negara merdeka yang tidak dihargai oleh Belanda. Karena hal itu terjadilah perang dari tanggal 10 Nopember yang menjadi awal mula hingga gugurnya lebih dari 6000 orang. Banyak rakyat mengungsi, Surabaya hancur.

Karena itu merupakan perang besar-besaran dan merupakan perjuangan dan perang pertama setelah kemerdekaan, maka tanggal 10 Nopember diresmikan menjadi Hari Pahlawan Nasional.

Selasa, 10 Nopember 2015, Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Siliwangi mencoba mengingatkan kembali kita tentang hari pahlawan. Berbagai acara mereka laksanakan untuk memeringati hari pahlawan.
Diantaranya adalah ziarah dan apel di Taman Pahlawan Nasional, Jalan Kusuma Bangsa. Ziarah ini dihadiri oleh Walikota Tasikmalaya dan beberapa pihak lainnya. Para mahasiswa menempuh perjalanan dari kampus dengan berjalan kaki.

Selanjutnya terlaksana pula upacara resmi di Universitas Siliwangi, lalu setelah itu tepatnya pukul 1 siang diadakan diskusi Mahasiswa Pendidikan Sejarah untuk mengkritisi tentang “Mengapa Hari Pahlawan Nasional dapat Diperingati?”. Diskusi berjalan dengan lancar dan dapat menghasilkan sedikitnya kesimpulan yang sudah diuraikan diatas.

Salah satu partisipan Teti Sumiati (Mahasiswi Pendidikan Sejarah angkatan 2015) mengatakan “Acaranya sangat bermanfaat. Saya dapat mengetahui nama-nama pahlawan yang sebelumnya tidak saya ketahui seperti Bapak Wiyardi yang merupakan pahlawan asal Tasikmalaya. Lalu mengetahui lebih dalam tentang latar belakang hari pahlawan, dan jelasnya acara ini dapat membuat kami lebih menghargai jasa pahlawan. Acara ini sangat terasa kebersamaan dan perjuangannya. Karena jalan kaki kami dapat mengambil hikmah sebagai anak muda janganlah banyak mengeluh. Kalau jalan segini saja sudah capek, apalagi dengan perjuangan pahlawan-pahlawan dahulu dalam melawan penjajah? Acara ini telah memberikan kami pelajaran berharga.”
Ya, hari Pahlawan memang tidak menjadi hari libur nasional. Namun dengan seperti itu, layaknya kita dapat terus memperingati dan menghargai jasa para pahlawan. Mereka berjuang bukan dengan gigit jari, mereka berjuang demi kita untuk memberikan yang terbaik bagi negeri. Jangan hanya diam dan menjadi bangsa yang menikmati lalu merusak negeri ini secara perlahan.

Pahlawan mengingatkan kita tentang satu hal, perjuangan itu tidak mudah. Setelah kita merdeka semua tidak akan berjalan tenang begitu saja. Setelah itu akan ada kebahagiaan, maka layaknya hargailah jasa para pahlawan karena mereka berjuang bukan untuk hal yang sia-sia di masa sekarang. 

(Rosi Risalah Prajabnasti)

No comments:

Post a Comment