Penulis
Nama : Fitrawati
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Semua siswa siswi ada yang bergembira ada juga yang bersedih, gembira karena ia dinyatakan diterima di PTN melalui jalur SNMPTN dan ada juga yang sedih karena ia tak diterima di PTN melalui jalur SNMPTN. Fera namanya, ia salah seorang yang gagal masuk PTN melalui jalaur SNMPTN, ketika itu ia menangis dan menyatakan pada ibu dan ayahnya bahwa ia gagal, sungguh amat berat dan sakit ketika ia memberikan pernyataan itu pada ibu dan ayahnya. ia merasa tidak bisa memberikan yang terbaik atas harapan ibu dan bapaknya. Setiap malam ia menangis, bukan sekedar ia gagal masuk SNMPTN tapi ini tentang apa yang harus diberikan pada orang tua. Pada suatu hari ia bangkit dari tempat tidur dan mulai mendaftarkan diri untuk SBMPTN. Ia tidak patah semangat, dan sampai hari H nya tiba SBMPTN pun dimulai. Ia mengerjakan soal-soal dengan teliti, soal yang ia bisa ia kerjakan terlebih dahulu dan soal yang kira-kiranya ia tidak bisa dijawab ia kosongkan karena sistem penilaiannya sistem minus. Selesai sudah SBMPTN berlangsung tinggal menunggu hasil.
Menjelang dua minggu pengumuman ia mendaftarkan diri juga seleksi mandiri UI, ia daftar dan langsung mencetak kartu pesertanya. Tapi tempat testnya itu di luar kota yang sangat jauh dari tempat ia tinggal, kemudian ia berbicara kepada ayahnya bahwa ia ingin mengikuti seleksi mandiri UI, ia meminta ayahnya mengantarnya ke tempat lokasi. Dengan semangatnya ayahnyapun bersedia mengantar anaknya mengikuti seleksi mandiri di sebuah PTN terbaik.
Pagi, 12 Juni 2015 pukul 03.00
"Ayah ? bangun. mari kita berangkat" sahut Fera
Ayahnya sedang tidur yang sangat pulas, rasanya tak tega ia membangunkan Ayahnya setelah seharian bekerja.
"ehh iya, ayo segera siap-siap Fera" jawab ayahnya sambil terburu-buru dan tampak masih ngantuk.
setelah itu mereka berangkat, dingin sekali diperjalanan saat itu. Bulan dan bintan pun terharu dan mereka sanggup menjadi saksi atas pengorbanan seorang ayah itu.
Adzan subuh pun berkumandang disepanjang jalan, rasanya sedih sekali pengorbanan ayah ini yang rela mengorbankan waktu istirahatnya demi mengantar anaknya mencari jalan untuk masa depannya. Pada saat itu pula ayahnya sedang batuk-batuk, semakin menangis ia ia dala hati dan ia berdoa "Ya Allah terima kasih kau telah kirinkan aku seorang pahlawan, hamba tak sanggup Ya Allah melihat betapa besar pengorbannannya padaku, hamba juga tidak sanggup Ya Allah untuk membalas jasa-jasa ayah hamba. Ya Allah tolong berikan ia yang terbaik, tolong sayangi pahlawanku"
06.50 sampailah mereka pada depan gerbang tempat test seleksi mandiri UI berlangsung. 07.00 gerbang akan segera ditutup untungnya Allah masih memberikan kesempatan kepadanya 5 menit sebelum gerbang itu ditutup. Fera langsung cium tangan ayahnya dan ia berlari masuk gerbang. Ayahnya tersenyum dan ia duduk di samping gerbang dengan motor disampingnya. beberapa jam kemudian Fera keluar dari gerbang mencari Ayahnya, terlihat mobil-mobil berjajar depan gerbang dan tak terlihat seorangpun yang membawa motor, tetapi ada satu motor terlihat disebelah kiri dan di balik motor itu terlihat sedang duduk Ayahnya di bawah pohon rindang.
Sungguh mulia hati bapak itu hingga Fera tak sanggu menahan air matanya melihat kebaikan bapaknya itu. Sungguh ayah dalah pahlawan terdekat dalam hidup.
26 juni 2015 ia dinyatakan tidak lulus lada seleksi masuk UI dan 30 juni 2015 ia lolos SBMPTN di PTN.
No comments:
Post a Comment