PUASA identik dengan kelesuan, secara fisik tentunya. Ada yang
bilang bahwa untuk mengatasi kelesuan yang bakal terjadi, makan
sahur saja sekenyang-kenyangnya. Tindakan itu ternyata bukan
jawaban. Sebab, makan sahur yang terlalu kenyang justru membuat
tubuh akan lebih cepat mencerna makanan tersebut sehingga rasa lapar
lebih cepat terasa.
Selain itu, makan sahur terlalu kenyang
akan menyebabkan aliran darah menunumpuk pada bagian perut
sedangkan aliran darah ke otak menjadi berkurang. Hal inilah yang
akan mengakibatkan rasa ngantuk di pagi hari, badan lesu/lemas dan
daya tahan tubuh berkurang. Berikut ini adalah Tips bagaimana
menangkal rasa lesu/lemas selama puasa, menurut Mochammad Yuwono,
Dosen Fakultas Farmasi dari Universitas Airlangga Surabaya:
1. Meningkatkan Kadar Protein dari Menu Sahur
Pemilihan
menu makanan sahur ternyata memegang peranan penting. Menu makanan
pada umumnya sebagian besar terdiri atas karbohidrat, hanya
sebagian kecil berupa protein dan lemak. Dan hanya beberapa jam
saja setelah makan sahur, karbohidrat tersebut sudah tercerna.
Menurut
salah satu penelitian, pada puasa hari pertama dan kedua, glikogen
pada hati secara cepat menurun sampai 10%, akan tetapi kadar
glukosa dalam darah relatif konstan. Beberapa hari setelah puasa
berjalan, pengeluaran nitrogen dalam bentuk urea yang melewati air
kencing ternyata akan meningkat. Hal ini berarti, sedang terjadi
peningkatan degradasi protein dalam tubuh. Sementara, jumlah asam
lemak bebas (free fatty acid) selama berpuasa meningkat.
Sayangnya
di dalam tubuh manusia (mamalia), asam lemak bebas ini tidak bisa
digunakan untuk membentuk glukosa, meskipun glukosa ini sendiri
dapat dibentuk dari gliserol. Oleh karena itu, selama berpuasa,
energi utama untuk menghasilkan glukosa (gula) darah adalah
protein. Dengan demikian, apabila selama berpuasa Anda menginginkan
agar tidak cepat lapar dan loyo, serta berat badan tidak
berkurang, maka menu makanan sahur sebaiknya mengandung protein yang
cukup tinggi -selain konsumsi kabohodrat dan lemak- seperti
daging, ikan, susu, telur, keju (protein hewani) serta buncis,
kacang hijau, kedelai dsb (protein nabati).
2. Pilih Minuman yang Manis (Bergula)
Mengingat
rasa loyo badan berkaitan dengan kadar gula dalam darah, maka
minuman sahur hendaknya yang berasa manis, bukan air putih. Rasa
manis ini bisa diperoleh dari gula (tebu), madu atau gula jenis
lainnya. Jangan menggunakan pemanis buatan, karena pemanis ini tidak
berkalori.
3. Lakukan Makan Sahur Pada Kesempatan Terakhir
Maksudnya
adalah melakukan sahur pada saat-saat akhir waktu sahur berakhir.
Mengapa? Secara logika, jika makanan shur makin mendekati waktu
imsyak, tentunya proses pencernaan akan lebih tertunda. Akibatnya
rangsangan lapar dan rasa loyo badan pun akan tertunda pula.
4. Hindari Porsi Makan Sahur Melebihi Takaran Lazim
Seperti
dijelaskan sebelumnya, bahwa makan sahur yang berlebihan ternyata
membuat Anda justru akan menjadi lesu, ngantuk dan kurang gairah di
pagi hari. Sebaiknya Anda ambil saja porsi yang lazim. Demikian
pula pada saat Anda berbuka puasa, tentunya dengan alasan yang sama
Anda hendaknya tidak langsung mengisi perut secara membabi buta.
5. Tetap Melakukan Aktifitas Kerja Secara Normal
Di
dalam tubuh terdapat hormon-hormon yang berperan untuk
meningkatkan kadar gula darah yang bekerja melawan hormon insulin.
Berdasarkan percobaan, hormon-hormon anti-insulin ini lebih aktif
bekerja apabila Anda melakukan aktivitas. Sebaliknya hormon ini akan
berkurang apabila Anda menurunkan aktivitas fisik (tidur dan
bermalasa-malasan). Oleh karena itu, sebaknya selama bulan puasa
Anda tetap melakukan aktivitas normal. Hindari tidur dan
bermalas-malasan (khususnya setelah makan sahur), tapi bukan berarti
Anda bebas melakukan aktivitas kerja yang terlalu berat.
No comments:
Post a Comment