RATUSAN MAHASISWA BANDUNG TUNTUT JOKOWI TURUN
Lebih
dari 500 Aliansi Mahasiswa Cinta Indonesia di Bandung, Senin, 16 Maret 2015 menggelar aksi unjuk
rasa di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat.
Dalam aksinya para mahasiswa yang berasal dari sejumlah Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) di Jawa Barat memberi ultimatum kepada Jokowi-JK untuk membereskan segala permasalahan yang sedang menghimpit bangsa.
Para mahasiswa juga memampang spanduk besar berupa 'Surat Peringatan' (SP)
pertama untuk Jokowi-JK. Melalui SP itu, mahasiswa menuntut pemerintah
mengembalikan subsidi BBM, menurunkan harga berbagai barang kebutuhan pokok,
menstabilkan nilai tukar rupiah, serta menasionalisasikan aset negara.
Pengamat politik dari FISIP Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Muradi
menilai, para mahasiswa itu turun karena sudah tak tahan menghadapi situasi sosial-ekonomi
yang makin memburuk. Kurang dari 1 tahun masa jabatannya, kebijakan Jokowi membuat rakyat menjerit.
"Isu yang mereka usung soal kenaikan harga dan pengembalian subsidi BBM
sangat relevan dengan apa yang dirasakan masyarakat. Jadi, momentum aksi mereka
pas sekali," ujar Muradi, Selasa, 17 Maret 2015.
Sejak pemerintahan Jokowi-JK berkuasa Oktober 2014 lalu, baru kali ini ada
gerakan protes dari mahasiswa yang cukup besar. Sebelumnya ada aksi di Jakarta
yang cukup menyita perhatian publik yaitu soal dukungan kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun, karena isunya terlalu elit, mahasiswa tak
terusik dengan isu tersebut.
Kini di tengah situasi ekonomi yang memburuk yang ditandai dengan kenaikan
harga berbagai kebutuhan pokok, mahasiswa bergerak. "Mahasiswa di Bandung merasa harus memulai gerakan itu karena mereka punya
beban historis," papar Muradi.
Dalam sejarahnya, lanjut Muradi, mahasiswa di Bandung selalu menjadi pelopor
gerakan seperti yang terjadi pada tahun 1996, 1997, 1998, atau jauh sebelum itu
pada tahun 1966, 1974, sebelum muncul gerakan Malari yang dipelopori Hariman
Siregar.
Selain faktor sejarah, cerita dia, gerakan mahasiswa di Bandung ini juga karena
bacaan sosial mereka. Sebagai bagian dari masyarakat, mahasiswa di tatar Sunda
itu merasa tidak bisa diam begitu saja menghadapi berbagai kesulitan masyarakat
akibat pemerintahan yang tidak mampu memperbaiki keadaan.
Lalu, apakah aksi mahasiswa di Bandung ini akan membesar dan meluas diikuti
oleh mahasiswa di daerah lainnya?
"Tergantung respon dari pemerintah, kalau
pemerintah segera merespon, gerakan ini akan menjadi prematur,"
tukas Muradi yang juga mantan aktivis dan pernah menjabat Koordinator Forum
Mahasiswa Bandung '98, aliansi 85 kampus se-Bandung Raya.
No comments:
Post a Comment