PROSES BELAJAR DAN MENGAJAR YANG KURANG EFISIEN MENENTUKAN KUALITAS INTELEKTUAL INDIVIDU - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Sunday, 21 January 2018

PROSES BELAJAR DAN MENGAJAR YANG KURANG EFISIEN MENENTUKAN KUALITAS INTELEKTUAL INDIVIDU

Sumber Foto : Google

         Proses belajar dan mengajar adalah dua hal penting dalam dunia  yang terdapat interaksi antara pengajar dan pelajar. Baik itu ditingkat sekolah maupun tingkat universitas. Tujuan dari adanya proses belajar dan mengajar ini tentunya untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh setiap individu dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagaimana diketahui bahwa belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan, dengan pengertian kegiatan yang terikat oleh tujuan, terarah pada tujuan, dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian merumuskan tujuan yang akan dicapai merupakan aspek terpenting yang harus diperhatikan guru dalam mengajar.  

Namun ironisnya, proses belajar mengajar yang diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia kini mulai menyimpang dan kehilangan arah, karena banyak para pengajar yang hanya sekedar mengajar hanya untuk menggugurkan kewajibannya dan hanya berorientasi pada upah atau gaji. Kemudian banyak pengajar yang tidak kompeten dan mengajar pada bidang yang tidak sesuai dengan pendidikan terakhirnya. Masalah ini sangat menentukan hasil belajar siswa yang jika diajar oleh guru yang tidak profesional di bidangnya, maka siswa tersebut tidak akan mendapatkan pengajaran secara maksimal.

 Berdasarkan teori yang saya lihat tentang masalah ini, guru adalah seorang pendidik yang harus memiliki persyaratan yang berkaitan dengan kompetensi (kemampuan profesional) dari guru tersebut. Karena kemampuan profesional yang dimiliki oleh guru akan menentukan kualitas/mutu dari profesi guru tersebut.

Dalam studi basic Education Quality (EPP,1992) ditemukan bahwa guru yang bermutu ditentukan oleh 4 faktor utama, yaitu: (1) Kemampuan profesional, (2) Upaya profesional, (3) Waktu yang tercurah untuk kegiatan profesional, (4) Akuntabilitas. Seorang peserta didik tidak akan efisien melakukan pembelajaran jika pengajar/guru tersebut tidak menguasai mata pelajaran yang akan diajarkan secara keseluruhan, karena bisa dilihat dari kemampuan mengajar seorang guru tersebut.

Seorang peserta didik harus mendapatkan umpan balik (feed back) yang sesuai, semua itu dilihat dari pentingnya proses belajar mengajar dalam kegiatan pendidikan yang juga mementingkan peserta didik karena peserta didik berhubungan dengan diperolehnya umpan balik dalam kegiatan pendidikan yang secara tidak langsung juga melibatkan pengajar (guru) yang memiliki peran penting dalam aktivitas pendidikan. Berdasarkan teori kependidikan, setiap kegiatan yang berorientasi kepada tujuan memerlukan umpan balik dari pelaksanaan usaha pencapaian tujuan itu. Tanpa adanya umpan balik tersebut, akan sulit untuk dapat diketahui apakah kegiatan yang sedang dilakukan cukup efektif untuk mencapai tujuan atau tidak. Dengan memperoleh umpan balik pada kegiatan pendidikan yang sedang berjalan, pendidik dapat mengubah kegiatan pendidikan yang sedang dilaksanakan itu.

Hal ini tidak semuanya bergantung pada guru yang mengajar. Orientasi peserta didikpun harus diarahkan pada tujuan yang positif, karena pada saat ini, orientasi mereka hanya terfokus pada ijazah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini memang tidak sepenuhnya salah, tetapi tidak akan timbul umpan balik dari mereka, dan berarti bahwa proses belajar berlangsung sia-sia karena tidak ada hasil yang nyata dari peserta didik.

Adapun peserta didik yang berorientasi pada prestasi, belajar sungguh-sungguh, namun metode belajarnya yang kurang efisien. Metode yang mereka gunakan adalah metode I Hear and I See. Mereka hanya sekedar mendengarkan apa yang diucapkan gurunya dan hanya membaca sekilas, tanpa pemahaman yang lebih mendalam terhadap apa yang didengar dan dibacanya. Tidak adanya rasa penasaran untuk lebih menggali lagi suatu hal yang kurang mereka pahami .

Menurut ahli psikologi Gestalt, seseorang dikatakan belajar apabila ia memperoleh pemahaman (insight) dalam situasi yang problematis. Pemahaman tersebut ditandai dengan adanya peristwa transfer. Dapat diartikan bahwa pemahaman yang diperoleh dari situasi, dibawa dan dimanfaatkan ke dalam situasi lain yang mempunyai pola dan struktur yang sama atau hampir sama secara keseluruhan. Oleh karena itu, peserta didik bukan hanya bersikap teoretis, yang berorientasi pada teori untuk mendapatkan nilai yang bagus, namun harus ada suatu pengaplikasian dari sesuatu yang ia dengar dan ia baca untuk dapat diterapkan dalam kehidupan.


Dapat diambil kesimpulan dari paragraf diatas bahwa setiap kegiatan belajar mengajar perlu adanya aspek keefektifan di bidang kependidikan maupun di bidang pengajaran. Karena dengan demikian dapat menghasilkan peserta didik  yang lebih berpotensi dan lebih menguasai bidangnya, semua itu sangat berkaitan dengan seorang pendidik dan pengajar yang profesional dan dapat mengajar serta mendidik siswa secara maksimal. Jika seorang pengajar mengajar tidak sesuai dengan keahliannya akan berdampak negatif terhadap siswa, dan pengajar tersebut seharusnya telah menguasai mata pelajaran sebelum diajarkan kepada siswa. Seorang peserta didik pun harus mampu memberikan umpan balik yang nyata, sebagai evaluasi dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

No comments:

Post a Comment