
Kita menyaksikan secara langsung bahwa mahasiswa masa kini menginginkan IP yang baik dengan cara yang salah. Kurangnya persiapan adalah salah satu pemicu terjadinya kecurangan. Sehingga mahasiswa nekad dan tanpa berpikir panjang melakukan kecurangan. Mulai dari melihat jawaban teman, membuka buku, mencari jawaban lewat internet. Yang lebih parahnya lagi mahasiswa yang memang sudah berniat melakukan kecurangan membuat sebuah catatan kecil atau kamus kecil.
Disini Penulis tidak akan memaparkan mengenai bentuk kecurangan yang kerap dilakukan mahasiswa. Namun Penulis akan lebih menitik beratkan pada proses yang ditempuh oleh mahasiswa yang melakukan kecurangan. Bagi beberapa mahasiswa yang beruntung lolos menyontek tanpa diketahui pengawas atau memang sudah dibilang mahir melakukan aksi menyontek, kerap mendapatkan nilai yang bagus. Bahkan mampu mengalahkan mahasiswa yang jujur saat ujian. Namun pantaskan mahasiswa sebagai kaum intelektual melakukan proses seperti itu?
Jalan panjang mendapatkan gelar bukanlah hal yang mudah ditempuh. Namun haruskan mahasiswa melewatinya dengan penuh kecurangan? Mahasiswa sudah menghiraukan kejujuran. Padahal proses pembelajaran yang jujur menjadi kebutuhan dalam dunia pendidikan. Negara ini membutuhkan penerus yang jujur. Bukan penerus bangsa yang penuh kecurangan dalam setiap proses kehidupannya. Apa jadinya bila negeri ini dipimpin oleh bibit-bibit kecurangan?
Satu hal yang harus ditanamkan pada mahasiswa saat ini adalah ‘Yang terpenting itu adalah Proses.’ Banyak orang berpendapat bahwa hasil adalah segalanya. Dimana hasil menjadi patokan dan acuan seberapa jeniusnya seseorang. Namun untuk apa bila hasil baik dengan proses yang tidak baik? Proses jauh lebih penting dibandingkan hasil. Karena proses tidak akan mengkhianati hasil. Banggalah dengan hasil yang dilewati dengan proses kejujuran. Jangan pernah berbangga diri bahkan angkuh dengan hasil yang dilewati dengan ketidakjujuran. Karena itu sama saja telah menipu dan membodohi diri sendiri.
Tindakan kecurangan akan membunuh intelektualitas mahasiswa. Maka dari itu kita sebagai mahasiswa haruslah mengembalikan kembali citra dunia pendidikan. Tak ada kata terlambat untuk berubah. Mulailah dari sekarang untuk menanamkan kejujuran disetiap aspek kehidupan. Karena kejujuran adalah satu-satunya mata uang yang berlaku di dunia ini. (Siska Fajar Kusuma/Gemercik)
No comments:
Post a Comment