Apa
yang kita ketahui apabila mendengar istilah Mading? Istilah asingkah? Semua
orang pasti mengetahui istilah Mading yang merupakan kepanjangan dari Majalah
Dinding. Berbagai pesan, informasi, kabar, pengetahuan dan catatan-catatan
untuk dikomunikasikan berada disana. Namun, apakah Mading di Uniersitas
Siliwangi berperan sebagaimana mestinya? Apakah terawat dengan baik ataukah
sebaliknya?
Majalah Dinding adalah salah satu
media komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Mading merupakan media
komunikasi paling praktis untuk menciptakan komunikasi antarpihak dalam
lingkungan tertentu. Mading tersebar luas di setiap lingkungan kita berada. Di
Balai Desa, di SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi begitupula dengan Fakultas selalu
terdapat majalah dinding sebagai media komunikasi dan informasi. Hal ini
membuktikan bahwa cara inilah yang paling sederhana dan praktis untuk
menyampaikan komunikasi. Kita dapat mencurahkan dan mengungkapan apapun gagasan
kita melalui tulisan. Tulisan itu dapat kita jadikan salah satu penghias Mading
Universitas Siliwangi. Penyajiannya dapat berbentuk tulisan, gambar, ataupun
kombinasi dari keduanya.
Dengan adanya Mading, bermacam-macam
informasi dapat disampaikan dengan mudah. Pembaca juga akan mendapatkan
pengetahuan dan wawasan baru. Bukan hanya itu, mading bermanfaat sebagai wadah
kreatifitas dan tempat aspirasi untuk setiap orang. Penulis dapat menuangkan
segala pikiran, opini, imajinasi, fantasi dan gagasannya. Semua curahan hatinya
terwakili melalui sebuah tulisan. Mading menjadi tempat aspirasi diri pembaca yang
telah dituliskan oleh penulis. Sebagai generasi muda, kita harus peka terhadap
lingkungan sekitar. Karena tak dapat dipungkiri bawah lingkungan sekitar kita
memiliki banyak persoalan yang harus kita ungkap. Bukan untuk dirahasiakan.
Namun kita harus mengetahui dan mencari solusi untuk masalah yang sedang
terjadi.
Salah satu upaya untuk meningkatkan
minat baca Mahasiswa adalah dengan adanya Majalah Dinding. Dunia akan begitu
terasa luas bila kita senang membaca. Dunia sudah berada digenggaman kita apabila
kita mau untuk membaca. Kebiasaan membaca akan menambah pengetahuan diberbagai
bidang. Semakin sering membaca, maka pengetahuan akan terus bertambah. Tanpa
kita sadari, kecerdasan kita akan terus meningkat melalui membaca. Ini adalah
bukti bahwa Mading adalah jembatan penghubung untuk menambah pengetahuan,
ketangkasan berfikir dan terbentuknya kecerdasan.
Namun realitanya bahwa saat ini
Universitas Siliwangi mengalami kemarau Majalah Dinding. Mading disetiap
penjuru Fakultas seperti hanya sebagai penghias saja. Tak berperan dan
berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini perlu dicari apa penyebabnya dan
bagaimana untuk mengatasi kemarau ini. Kita tak bisa berdiam diri melihat wadah
kreatifitas terbengkalai tak bermanfaat. Perlu ada aksi nyata untuk mengatasi
permasalahan ini.
Beberapa faktor pendorong terjadinya
kemarau Mading adalah masih banyak Mahasiswa yang menganggap remeh peran
Mading. Mahasiswa cenderung acuh dan tak ada hasrat untuk melirik Mading. Kurangnya
pengetahuan Mahasiswa mengenai manfaat Mading dan pengetahuan jurnalistikpun
menjadi faktor pendorong kemarau mading.
Maka dari itu kita harus mencari
solusi tepat agar kemarau Mading tak berkepanjangan. Kunci sukses dalam
pembuatan Mading adalah seperti slogan ‘Dari Mahasiswa untuk Mahasiswa.’ Slogan
itu berarti bahwa harus ada kedekatan antara pemberi informasi dengan pembaca
informasi. Manajemen redaksi perlu meningkatkan atau bahkan mencari ide baru
untuk menciptakan Mading yang lebih menarik perhatian Mahasiswa untuk membaca.
Memberi nuansa baru pada Mading dan memberikan informasi terbaru yang sedang
hangat.
Mahasiswa juga perlu adanya rasa
kepekaan untuk melihat lingkungan sekitar. Aktif mencari tahu mengenai
informasi dan ikut berperasan untuk memberi saran dan kritik terhadap masalah
yang sedang terjadi. Janganlah menjadi Mahasiswa yang pasif. Namun kita perlu
menjadi Mahasiswa yang aktif. Aktif dalam berbagai bidang. Aktif dalam hal
positif. Menjadi Mahasiswa yang sesuai fungsinya dan berperan untuk menjadi
penggerak perubahan.
Maka dari itu, kita sebagai Generasi
Siliwangi perlu untuk menggerakan kembali dan membangun bersama peran Majalah
Dinding. Majalah Dinding akan kembali berfungsi bila adanya kebersamaan, kerja
sama dan sikap saling menghargai antara penulis dengan pembaca. Marilah kita
lestarikan Mading dan menghapus kemarau Mading yang sedang terjadi. Jika bukan
Generasi Siliwangi yang melestarikan Mading, siapa lagi? Jika tidak dimulai
dari sekarang, kapan lagi?
(Siska Fajar Kusuma-Pers Mahasiswa Universitas Siliwangi)
No comments:
Post a Comment