Ibu bagaikan malaikat bagi seorang
anak. Sosok figure yan memperlihatkan kesabaran, keikhlasan dan kasih sayang
yang tak bisa diukur dengan apapun. Sudah sepantasnya kita selaku anak
menanamkan kepada diri sendiri untuk berbakti kepada Ibu. Bahkan Surga berada
di telapak kaki Ibu. Semua tetesan keringat seorang Ibu tak akan pernah tergantikan
oleh apapun. Tak akan ada yang bisa menandingi segala jasanya. Dari awal
mengandung sembilan bulan, berjuang melahirkan anaknya dan nyawalah sebagai
taruhannya. Ibu mampu menahan kesakitannya hanya demi bayi mungil yang ada di
dalam rahimnya. Ibu menutupi segala tangis dan deritanya hanya demi sang anak.
Melihat dari jasa seorang Ibu yang tak terbayar oleh apapun, maka tak heran
jika setiap tanggal 22 Desember selalu diperingati Hari Ibu di Indonesia.
Hari Ibu adalah salah satu bentuk
penghargaan bagi kaum ibu di Tanah Air. Tentunya tiap orang memiliki pandangan
mengenai Hari Ibu. Banyak orang menafsirkan Hari Ibu adalah peringatan atau
pernyataan terhadap peran Ibu dalam keluarganya, baik untuk suami ataupun
anak-anaknya. . Berbagai kalangan ada yang menyambut dengan antusias dan ada
pula yang acuh tak acuh. Beberapa alasan mereka ungkapkan. Ada yang merasa malu
bahkan enggan karena gengsi mengucapkan hari Ibu. Namun ada pula yang
menyambutnya dengan hangat dan penuh kejutan. Memberi kejutan kecil dengan
memberi hadiah atapun hanya sekedar memberi ucapan selamat. Tapi ada pula yang
bependapat bahwa mengutarakan kasih sayang kepada Ibu bukan hanya dilakukan
pada Hari Ibu saja. Tetapi juga dapat dilakukan setiap harinya bahkan setiap
detiknya.
Namun jika kita lihat dari sisi
sejarah terlahirnya Hari Ibu, apakah makna sebenarnya dari Hari Ibu? Peringatan
Hari Ibu diawali dari berkumpulnya pejuang perempuan Indonesia dari 12 Kota di
Jawa dan Sumatera. Pada saat itu mereka mengadakan Kongres Perempuan Indonesia
I pada tanggal 22 sampai 25 Desember 1928 di Yogyakarta. Penetapatan Hari Ibu
diputuskan dalam Kongres Perempuan III pada tahun 1938. Presiden Soekarno
menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden No.316
tahun 1959.
Nampak jelas dari sejarah Hari Ibu
bahwa Hari Ibu terlahir dikarenakan perjuangan kaum perempuan tanah air. Mereka
berkumpul untuk menyatukan pikiran, gagasan dan semangat untuk berjuang
memerdekakan Indonesia dan untuk memperbaiki kaum perempuan. Mereka juga
memperjuangkan hak-hak perempuan Indonesia. Maka dari itu makna dari Hari Ibu
itu sendiri bukan hanya sekedar penghargaan bagi Ibu yang telah melahirkan
kita. Namun juga sebagai penghargaan bagi seluruh perjuangan kaum perempuan. Baik
di jaman dulu maupun sekarang.
Sudah menjadi kewajiban dan PR bagi
kita semua untuk meneruskan perjuangan kaum perempuan. Kita sebagai kaum hawa,
harus mampu mengangkat kembali citra dan martabat seorang wanita. Sudah saatnya
kita bangkit dari penindasan. Kita perlu dan membutuhkan R.A Kartini yang memiliki keberanian dan kecerdasan di
jaman ini. Kita juga butuh Cut Nyak Dhien yang tabah dan tawakal di jaman
sekarang. Negri ini rindu sosok Dewi Sartika yang menanamkan nilai-nilai luhur
dan karakter bangsa melalui pendidikan. Negri ini juga merindukan dekapan Cut
Nyak Meutia yang kegigihannya selalu terpancar. Dan negara ini juga membutuhkan
pengganti para pejuang peremuan Indonesia lainnya.
Ini adalah salah satu tugas kita
sebagai generasi muda, baik mahasiswa ataupun mahasiswi. Sudah sepatutnya kita
sebagai mahasiswi kembali untuk menjadi mahasiswi yang seutuhnya. Mengibarkan
kembali perjuangan kaum perempuan. Bukan hanya berpangku tangan dan diam
terpaku mengikuti arus yang bisa menjerumus. Lihatlah sekeliling kita semua.
Begitu banyak penindasan pada kaum perempuan. Kasus kekerasan Rumah Tangga yang
selalu menjadi sorotan media merupakan salah satu contoh penindasan kepada kaum
perempuan. Lalu kupu-kupu malam yang tak hentinya bahkan semakin bertambah
menjadi sebuah cerminan bahwa kini perjuangan kaum perempuan sudah tidak
dihargai lagi. Gadis ABG yang sudah tidak memiliki lagi rasa malu, moral dan
akhlakpun semakin hari semakin rusak. Merusak citra dan menginjak harga diri
seorang perempuan. Teringat akan masa lalu, dimana jaman Ibu Kartini, wanita
dipaksa menjual harga dirinya kepada Belanda. Namun wanita jaman sekarang
dengan rela menjual harga dirinya hanya demi sejumlah uang. Ibu Kartini
berusaha menyadarkan wanita dari kebodohan, namun kini wanita telah rela menjadi
bodoh dan tak ternilai. Jika dulu wanita dipaksa untuk memuaskan pria, namun
kini wanita dipertontonkan lewat iklan berbagai media. Para pelaku bisnis
memanfaatkan dan mempblubikasikan keindahan wanita untuk mempengaruhi presepsi
manusia. Kurangnya pendidikan, keimanan dan motivasi pada diri sendiri yang
menjadi faktor utamanya. Untuk itu ilmu pengetahuan baik agama ataupun ilmu
lainnya sangat penting dan menjadi kunci bagi kaum perempuan. Memotvasi diri
sendiri agar selalu menjadi perempuan baik dan benar bagi nusa, bangsa dan
agama.
Bukan hanya mahasiswi, namun
generasi muda lainnya yaitu mahasiswa juga harus menjaga dan melindungi martabat
wanita. Saling menghargai dan tolong menolong. Selalu mengutamakan keselamatan
kaum perempuan. Dan mampu untuk membimbing bahkan menjadi imam yang bisa
membawa kaum perempuan ke Surga yang dijanjikan Tuhan. Memberi kasih sayang dan
menghargai kaum perempuan. Tidak melalukan kekerasan fisik ataupun nonfisik.
Karena wanita itu tercipta dari sebagian tulang rusuk laki-laki. Bukan dari
tulang kaki yang bisa dinjak-injak. Bukan dari tulang kepala karena wanita
bukan untuk menjadi pemimpin. Tapi wanita tercipta dari tulang rusuk pria
karena dekat dengan hati. Hal ini dikarenakan wanita menjadi penenang hati
pria.
Siapa juga yang tak kenal dengan
kalimat “Wanita adalah racun dunia.” Kalimat yang menyudutkan wanita namun
memang benar adanya. Seperti yang kita ketahui sudah banyak tokoh-tokoh
legendaris dunia yang hancur hanya karena bujuk rayu seorang wanita. Hal ini
membuktikan bahwa peran wanita sangat berpengaruh dan bisa terbilang dahsyat.
Rayuan wanita dapat menjerumuskan pria pada lembah dosa yang hina. Betapa
banyak kasus terputusnya persaudaraan hanya karena wanita. Wanita juga sangat
berperan dalam kehidupan. Segala urusan bisa diatasi dengan tangan seorang
wanita. Mengubah yang kotor menjadi bersih. Mengubah yang keras menjadi lembut.
Yang bengkok menjadi lurus. Bahkan wanita dapat bermain sulap dengan mengubah
hati sekeras batu menjadi hati bagaikan seorang malaikat.
Maka dari itu kita harus berbangga
diri menjadi kaum wanita. Dan kita juga harus bersyukur karena hidup di jaman
emansipasi wanita. Dimana hak-hak wanita sudah diakui dan tak terbelenggu lagi.
Inilah makna sebenarnya dari Hari Ibu. Bukan hanya untuk seluruh Ibu yang ada
di Indonesia. Namun juga untuk kita selaku kaum perempuan. Berbanggalah menjadi
salah satu bagian yang luar biasa di dunia ini. Dimana perempuan dapat
menghancurkan dunia. Dimana seorang laki-laki akan kalah hanya karena harta,
tahta dan wanita. Begitu berpengaruhnya kaum wanita bagi dunia. Kita harus
berusaha menghapus citra dan kesana hina terhadap wanita. Kita para wanita
harus mengajarkan dan memberi contoh baik kepada cikal bakal penerus kita. Kita
adalah guru utama yang seharusnya mengajarkan norma, budaya dan moral bagi
pemimpin di masa depan. Karena kita mempunyai banyak kesempatan untuk membentuk
pribadi anak cucu kita agar lebih baik. Jadilah perempuan Indonesia yang tetap
menjaga martabat dan kembali memperjuangkan kaum perempuan. Selamat hari Ibu
untuk seluruh Ibu yang berada di Indonesia. Kalian sangat luar biasa melahirkan
generasi muda cemerlang yang menjadi pemimpin masa depan bangsa. Tak lupa,
selamat hari Ibu kepada seluruh kaum perempuan Indonesia. Akhir kata ada
kutipan dari Dian Sastrowardoyo, “Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah
tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi, karena meraka akan menjadi
seorang Ibu. Ibu-ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas.”
(Siska Fajkus/Gemercik)
No comments:
Post a Comment