Hari Ibu Untuk Seluruh Wanita Indonesia - GEMERCIK MEDIA

Breaking

Wednesday, 23 December 2015

Hari Ibu Untuk Seluruh Wanita Indonesia



            Ibu bagaikan malaikat bagi seorang anak. Sosok figure yan memperlihatkan kesabaran, keikhlasan dan kasih sayang yang tak bisa diukur dengan apapun. Sudah sepantasnya kita selaku anak menanamkan kepada diri sendiri untuk berbakti kepada Ibu. Bahkan Surga berada di telapak kaki Ibu. Semua tetesan keringat seorang Ibu tak akan pernah tergantikan oleh apapun. Tak akan ada yang bisa menandingi segala jasanya. Dari awal mengandung sembilan bulan, berjuang melahirkan anaknya dan nyawalah sebagai taruhannya. Ibu mampu menahan kesakitannya hanya demi bayi mungil yang ada di dalam rahimnya. Ibu menutupi segala tangis dan deritanya hanya demi sang anak. Melihat dari jasa seorang Ibu yang tak terbayar oleh apapun, maka tak heran jika setiap tanggal 22 Desember selalu diperingati Hari Ibu di Indonesia.

            Hari Ibu adalah salah satu bentuk penghargaan bagi kaum ibu di Tanah Air. Tentunya tiap orang memiliki pandangan mengenai Hari Ibu. Banyak orang menafsirkan Hari Ibu adalah peringatan atau pernyataan terhadap peran Ibu dalam keluarganya, baik untuk suami ataupun anak-anaknya. . Berbagai kalangan ada yang menyambut dengan antusias dan ada pula yang acuh tak acuh. Beberapa alasan mereka ungkapkan. Ada yang merasa malu bahkan enggan karena gengsi mengucapkan hari Ibu. Namun ada pula yang menyambutnya dengan hangat dan penuh kejutan. Memberi kejutan kecil dengan memberi hadiah atapun hanya sekedar memberi ucapan selamat. Tapi ada pula yang bependapat bahwa mengutarakan kasih sayang kepada Ibu bukan hanya dilakukan pada Hari Ibu saja. Tetapi juga dapat dilakukan setiap harinya bahkan setiap detiknya.

            Namun jika kita lihat dari sisi sejarah terlahirnya Hari Ibu, apakah makna sebenarnya dari Hari Ibu? Peringatan Hari Ibu diawali dari berkumpulnya pejuang perempuan Indonesia dari 12 Kota di Jawa dan Sumatera. Pada saat itu mereka mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada tanggal 22 sampai 25 Desember 1928 di Yogyakarta. Penetapatan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan III pada tahun 1938. Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden No.316 tahun 1959.
            Nampak jelas dari sejarah Hari Ibu bahwa Hari Ibu terlahir dikarenakan perjuangan kaum perempuan tanah air. Mereka berkumpul untuk menyatukan pikiran, gagasan dan semangat untuk berjuang memerdekakan Indonesia dan untuk memperbaiki kaum perempuan. Mereka juga memperjuangkan hak-hak perempuan Indonesia. Maka dari itu makna dari Hari Ibu itu sendiri bukan hanya sekedar penghargaan bagi Ibu yang telah melahirkan kita. Namun juga sebagai penghargaan bagi seluruh perjuangan kaum perempuan. Baik di jaman dulu maupun sekarang.

            Sudah menjadi kewajiban dan PR bagi kita semua untuk meneruskan perjuangan kaum perempuan. Kita sebagai kaum hawa, harus mampu mengangkat kembali citra dan martabat seorang wanita. Sudah saatnya kita bangkit dari penindasan. Kita perlu dan membutuhkan R.A Kartini  yang memiliki keberanian dan kecerdasan di jaman ini. Kita juga butuh Cut Nyak Dhien yang tabah dan tawakal di jaman sekarang. Negri ini rindu sosok Dewi Sartika yang menanamkan nilai-nilai luhur dan karakter bangsa melalui pendidikan. Negri ini juga merindukan dekapan Cut Nyak Meutia yang kegigihannya selalu terpancar. Dan negara ini juga membutuhkan pengganti para pejuang peremuan Indonesia lainnya.

            Ini adalah salah satu tugas kita sebagai generasi muda, baik mahasiswa ataupun mahasiswi. Sudah sepatutnya kita sebagai mahasiswi kembali untuk menjadi mahasiswi yang seutuhnya. Mengibarkan kembali perjuangan kaum perempuan. Bukan hanya berpangku tangan dan diam terpaku mengikuti arus yang bisa menjerumus. Lihatlah sekeliling kita semua. Begitu banyak penindasan pada kaum perempuan. Kasus kekerasan Rumah Tangga yang selalu menjadi sorotan media merupakan salah satu contoh penindasan kepada kaum perempuan. Lalu kupu-kupu malam yang tak hentinya bahkan semakin bertambah menjadi sebuah cerminan bahwa kini perjuangan kaum perempuan sudah tidak dihargai lagi. Gadis ABG yang sudah tidak memiliki lagi rasa malu, moral dan akhlakpun semakin hari semakin rusak. Merusak citra dan menginjak harga diri seorang perempuan. Teringat akan masa lalu, dimana jaman Ibu Kartini, wanita dipaksa menjual harga dirinya kepada Belanda. Namun wanita jaman sekarang dengan rela menjual harga dirinya hanya demi sejumlah uang. Ibu Kartini berusaha menyadarkan wanita dari kebodohan, namun kini wanita telah rela menjadi bodoh dan tak ternilai. Jika dulu wanita dipaksa untuk memuaskan pria, namun kini wanita dipertontonkan lewat iklan berbagai media. Para pelaku bisnis memanfaatkan dan mempblubikasikan keindahan wanita untuk mempengaruhi presepsi manusia. Kurangnya pendidikan, keimanan dan motivasi pada diri sendiri yang menjadi faktor utamanya. Untuk itu ilmu pengetahuan baik agama ataupun ilmu lainnya sangat penting dan menjadi kunci bagi kaum perempuan. Memotvasi diri sendiri agar selalu menjadi perempuan baik dan benar bagi nusa, bangsa dan agama.

            Bukan hanya mahasiswi, namun generasi muda lainnya yaitu mahasiswa juga harus menjaga dan melindungi martabat wanita. Saling menghargai dan tolong menolong. Selalu mengutamakan keselamatan kaum perempuan. Dan mampu untuk membimbing bahkan menjadi imam yang bisa membawa kaum perempuan ke Surga yang dijanjikan Tuhan. Memberi kasih sayang dan menghargai kaum perempuan. Tidak melalukan kekerasan fisik ataupun nonfisik. Karena wanita itu tercipta dari sebagian tulang rusuk laki-laki. Bukan dari tulang kaki yang bisa dinjak-injak. Bukan dari tulang kepala karena wanita bukan untuk menjadi pemimpin. Tapi wanita tercipta dari tulang rusuk pria karena dekat dengan hati. Hal ini dikarenakan wanita menjadi penenang hati pria.

            Siapa juga yang tak kenal dengan kalimat “Wanita adalah racun dunia.” Kalimat yang menyudutkan wanita namun memang benar adanya. Seperti yang kita ketahui sudah banyak tokoh-tokoh legendaris dunia yang hancur hanya karena bujuk rayu seorang wanita. Hal ini membuktikan bahwa peran wanita sangat berpengaruh dan bisa terbilang dahsyat. Rayuan wanita dapat menjerumuskan pria pada lembah dosa yang hina. Betapa banyak kasus terputusnya persaudaraan hanya karena wanita. Wanita juga sangat berperan dalam kehidupan. Segala urusan bisa diatasi dengan tangan seorang wanita. Mengubah yang kotor menjadi bersih. Mengubah yang keras menjadi lembut. Yang bengkok menjadi lurus. Bahkan wanita dapat bermain sulap dengan mengubah hati sekeras batu menjadi hati bagaikan seorang malaikat.

            Maka dari itu kita harus berbangga diri menjadi kaum wanita. Dan kita juga harus bersyukur karena hidup di jaman emansipasi wanita. Dimana hak-hak wanita sudah diakui dan tak terbelenggu lagi. Inilah makna sebenarnya dari Hari Ibu. Bukan hanya untuk seluruh Ibu yang ada di Indonesia. Namun juga untuk kita selaku kaum perempuan. Berbanggalah menjadi salah satu bagian yang luar biasa di dunia ini. Dimana perempuan dapat menghancurkan dunia. Dimana seorang laki-laki akan kalah hanya karena harta, tahta dan wanita. Begitu berpengaruhnya kaum wanita bagi dunia. Kita harus berusaha menghapus citra dan kesana hina terhadap wanita. Kita para wanita harus mengajarkan dan memberi contoh baik kepada cikal bakal penerus kita. Kita adalah guru utama yang seharusnya mengajarkan norma, budaya dan moral bagi pemimpin di masa depan. Karena kita mempunyai banyak kesempatan untuk membentuk pribadi anak cucu kita agar lebih baik. Jadilah perempuan Indonesia yang tetap menjaga martabat dan kembali memperjuangkan kaum perempuan. Selamat hari Ibu untuk seluruh Ibu yang berada di Indonesia. Kalian sangat luar biasa melahirkan generasi muda cemerlang yang menjadi pemimpin masa depan bangsa. Tak lupa, selamat hari Ibu kepada seluruh kaum perempuan Indonesia. Akhir kata ada kutipan dari Dian Sastrowardoyo, “Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi, karena meraka akan menjadi seorang Ibu. Ibu-ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas.”

(Siska Fajkus/Gemercik)

No comments:

Post a Comment